Hukum Islam paling Adil
Betapa frustasinya seseorang jika dibohongi, apalagi oleh orang yang sudah begitu dipercaya. Sama sakitnya juga orang yang beriktikad jujur masih juga dicurigai atau tidak dipercaya. Begitulah hukum sebab akibat.
Maka dalam Islam, mengedepankan sikap husnudhan atau positive thinking menjadi suatu hal yang integral dari konsepsi ini. Sebab dibutuhkan situasi atau suasana yang kondusif dalam kehidupan masyarakat Muslim.
Dan baru jika benar-benar terbukti dengan syarat dan ketentuan syariat, hukuman yang berlandaskan syariat ini ditegakkan dengan seadil-adilnya. Dan memang hanya hukum islamlah yang paling adil jika manusia memahami.
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.
Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”. (al-Maidah 49).
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” (al-Maidah 50).
Kejujuran berarti bentuk ketaatan seorang Mukmin terhadap hukum Allah. Karena kujujuran itu sendiri disebabkan perbuatan yang dilakukan adalah benar dan sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Jika perbuatan kita buruk atau tidak sesuai dengan kebenaran maka pasti kita akan sulit menjadi orang yang jujur, karena pasti kita akan berusaha menutupi kesalahan-kesalahan kita tersebut.
Dengan berusaha menutupi kesalahan dan kebobrokan kita itu maka perbuatan atau tindakan yang kita lakukan adalah berupa kebohongan dan kedustaan.
Maka penyebab kita menjadi pembohong tiada lain adalah karena tindakan kita salah atau pasti tidak benar. Dan jika hal itu kita lakukan dengan terus-menerus maka akan menyebabkan hati kita terjangkiti penyakit nifaq atau munafiq.
Hilangkan Keraguan
Oleh karena itu hadits di atas menjelaska, hal yang meragukan harusnya tidak dilakukan. Penyebab kita ragu karena kita tidak memiliki ilmu, padahal ilmu itulah yang menjadikan kita tidak menjadi orang peragu, dan bahkan menjadikan kita menjadi orang yang yakin.
Maka penguasaan ilmu menjadi mutlak sebelum kita ingin untuk menjadi apapun. Dengan kata lain jangan coba-coba kita menginginkan menjadi apapun tanpa kita memiliki ilmu tentang apa yang menjadi keinginan atau cita-cita kita tersebut. Karena hasilnya jika kita bonek (bondo nekat) tanpa ilmu akan justru memalukan dan bahkan memilukan.
Orang yang jujur akan mengalami ketentraman dan juga menentramkan orang lain. Tetapi sebaliknya orang yang bohong, maka sesungguhnya ia sendiri ragu dengan apa yang ia lakukan sendiri. Karena kebohongan justru membawa kepada keraguan.
Maka dalam hal ini sangat dilarang kita hanya menjadi orang yang ikut-ikutan tanpa tahu ilmunya. Karena pasti kita tidak akan dapat meyakini dengan benar jika kita belum mengilmuinya. Jadilah keyakinan kita menjadi dipaksakan yakin atau terpaksa yakin.
Bagaimanapun ilmu merupakan hal yang mutlak yang wajib kita miliki. Untuk kita dengan mantap menjalankan apa saja tanpa keraguan. Sehingga ketika orangpun bertanya kepada kita, maka kita akan menjawabnya dengan mantap dengan penuh keyakinan. Sebagaimana nantinya kita juga akan ditanya oleh sang pemberi amanah kehidupan ini yaitu Allah Subhanahu wa Taala terhadap apa yang kita lakukan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Jika Pemimpin Berbohong adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 25 Tahun XXVI, 3 Juni 2022/3 Dzulqadah 1443
Discussion about this post