PWMU.CO – Jadilah pendakwah seperti padi. Itulah yang disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, Ustadz Masro’in Assafani MA, pada Dauroh Motivasi Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Al Mizan Muhammadiyah Lamongan, Rabu (1/6/2022)
Kegiatan yang berlangsung di Masjid Al Ghoihab Al Mizan Lamongan ini diikuti oleh santriwan-santriwati kelas 3 diniyah dan 6 diniyah. Untuk yang putri dilaksanakan di aula pondok putri, dan yang putra dilaksanakan di masjid al-Ghoihab Al Mizan putra.
Ustadz Masro’in Assafani di awal mengatakan, seorang santri seyogyanya nanti agar menjadi pendakwah atau mubaligh.
“Pendakwah dan mubaligh bukan hanya orang yang menjadi penceramah di depan. Namun pak supir, penjual itu juga pendakwah,” ungkapnya.
Masro’in menambahkan, menjadi mubaligh harus bisa berinteraksi dengan orang lain, baik orang kalangan usia muda, sampai tua.
Maka dari itu, kata Masro’in, pendakwah harus menguasai berbagai bahasa, termasuk belajar Bahasa Jawa krama juga, “Karena untuk berinteraksi dengan orang tua, jangan sampai pakai bahasa ngoko,” ujarnya mengingatkan.
Ketua Majelis Tabligh PDM Lamongan tersebut melanjutkan, mubaligh harus suka membaca. Jangan sampai seperti matahari tanpa sinar.
“Kalau jadi bintang, jadilah bintang yang indah. Kalian sekarang mondok ini, alhamdulillah sudah mendapat modal. Tinggal ke depan dipraktekkan dan dikembangkan di masyarakat,” pesannya.
Kemudian, menurutnya, pendakwah juga harus bisa menghadapi beragam corak manusia. Misalnya menghadapi presiden, gubernur, ustadz, tentu semua ada ilmunya sendiri-sendiri.
Masro’in memberikan contoh, ketika seseorang menjadi imam sholat, maka harus melihat makmumnya. Jangan sampai, ketika menjadi imam, sudah merasa hafal al-Quran, lalu membacakan satu juz al-Quran dalam satu rakaat.
“Kalau di pondok tidak apa-apa menjadi imam membacakan beberapa juz al-Quran. Tapi ketika di masyarakat jangan di samakan seperti di pondok,” katanya.
Falsafah Padi
Kemudian Masro’in menjelaskan, falsafah padi. Baginya, padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban, bagian dari makanan pokok.
“Jadilah pendakwah seperti padi. Padi begitu ditanam, tumbuh dan berdiaspora. Berbuah, terus berisi semakin merunduk, dan dipanen petani,” ucapnya.
“Ketika jadi orang yang tinggi. Maka jangan sampai lupa dengan guru-gurumu. Kalau sukses maka datangi gurumu, kalau bisa kasih sebagian hartamu,” imbuh penulis Buku 99 Mutiara Hati tersebut.
Filosofi pertama, menurutnya,
padi adalah lambang akhlaq mulia dan murah hati (sosial) yang sangat tinggi. Kedua, setelah ditanam, tumbuh dan beranak pinak, padi menyiapkan generasi.
“Ketiga, setelah beranak pinak dan padat, padi kemudian berbuah. Semula biji kosong (tegak lurus), berwarna hijau, lalu menguning padat berisi dan merunduk, lambang bahwa jika seseorang semakin berilmu, semakin rendah hati. Jangan seperti firman Allah dalam QS Luqman ayat 18,” terangnya.
Keempat,
padi adalah makanan pokok sehari-hari. Gambaran orang kaya yang murah hati.
Kelima, jerami dari hijau menguning dan lapuk, tanda hidup kemudian mati untuk kembali kepada Yang Maha Suci.
“Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS al-Baqarah ayat 261, al-Kahfi ayat 45 dan 46, serta al-Hadid ayat 17-21,” terangnya.
Maka dari itu, menurut Masroin, belajar dari filosofi padi, maknanya yaitu pertama, menebar benih generasi di penjuru bumi, sebagai sarana beramal dan memuji.
“Kedua, semakin tua, harusnya penuh dzikir, tunduk menuju ilahi robbi.
Ketiga, akhir kehidupan dalam ketundukan, menghadap ilahi membawa kalimat suci,” paparnya.
Strategi Dakwah
Strategi, kata Ustadz Masro’in, yaitu ilmu dan seni menggunakan semua sumberdaya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Dan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
“Dakwah menurut bahasa yaitu ajakan, panggilan, seruan, dan tabligh (menyampaikan). Sedangkan menurut istilah, upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran Islam,” jelasnya.
Menurutnya, metode dakwah secara umum, Allah SWT berfirman dalam QS an-Nahl ayat 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
Kunci Sukses Dakwah Rasulullah
Kunci sukses dakwah Rasulullah, kata Masro’in, pertama, Rasulullah tidak pernah putus asa dan selalu memberi maaf kepada orang yang berbuat nista (ali-Imran ayat 159). Kedua,
Rasulullah senantiasa rendah hati, tenang, tabah dan tidak gentar menghadapi lawan (al-Anfal ayat 45).
Ketiga, Rasulullah sangat merasakan penderitaan umat yang tidak tau kebenaran, keras kemauannya untuk kesejahteraan umat, dan sangat kasih sayang kepada sesama muslim (at-Taubah ayat 128).
Keempat, Rasulullah yakin, bahwa agama yang disyiarkan itu adalah agama yang hak, yang dapat mengalahkan yang batil (al-Isra ayat 80).
Kelima,
Rasulullah berkemauan keras memikirkan umat, agar mau beragama secara benar (al-Furqon: 30). Keenam, Rasulullah benar-benar jihad dengan mengorbankan harta, tenaga dan jiwa (al-Ankabut : 69)
Ketujuh, Rasulullah sangat yakin bahwa Allah pasti menolong umat yang membela agama Allah (Muhammad : 7). Delapan, Rasulullah, dan pengikutnya bersifat tegas terhadap kaum kuffar, berkasih sayang sesamanya, penuh pengabdian kepada Allah (QS al-Fath : 29). Sembilan, Rasulullah dalam bimbingan wahyu. (an-Najm: 1-4)
dan Rosulullah sangat tinggi ahlaqnya (al -Qolam : 4).
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni