Santri Karangasem Ujian Halaqah dan Bahasa. Liputan Zulfatus Salima, Kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Santri Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan melaksanakan ujian halaqah dan bahasa. Ujian ini berlangsung selama satu jam setengah untuk mengukur kemampuan baca al-Quran dan bahasa.
Pembina bagian halaqah, Naila Nur Saffanah SPd menjelaskan, sistem belajar santri untuk memahami al-Quran dibagi menjadi 53 kelompok yang terdiri dari 4 kelas. Yaitu kelas 1 dan 2 setara dengan kelas 7 dan 8 SMP, serta kelas 4 dan 5 atau setara kelas 10 dan 11 SMA.
Kamis malam (2/6/2022), kegiatan ini diikuti oleh kelas 5 sebanyak 64 santri di Musholla Asrama Putri. Hal ini dilakukan karena pada hari kedua, kelas 5 akan menjadi pengawas untuk kelas 1, 2 dan 4.
Sedangkan hari kedua, Jumat pagi (3/6/2022) diikuti oleh 383 santri yang dibagi menjadi 3 tempat ujian. Tempat pertama, kelas 4 di Musholla dan sekitarnya, kemudian kelas 1 di depan kamar lantai 2, terakhir di depan kamar lantai 3 adalah kelas 2.
Ustadzah Nafa sapaan akrabnya menyampaikan, ujian halaqah ini untuk mengetahui kemampuan anak sehingga dapat dibagi pada kelas tahsin atau tahfidz.
“Anak yang ngajinya masih kurang lancar, belajarnya di kelas tahsin dulu agar paham hukum bacaan dalam Quran. Tapi, tetap ada tahfidznya, hanya saja jam tahsin lebih banyak. Nah, sebaliknya juga kelas tahfidz masih ada materi tahsinnya. Hanya materi keduanya berbeda,” terangnya.
Santri Rutin Berlatih Muhadatsah
Sedangkan menurut Ummi Shofiyah, pembina bagian bahasa menyampaikan, sebelum ujian bahasa ini dilaksanakan, setiap 3 kali dalam seminggu santri melakukan muhadatsah atau conversation (percakapan). Kosa kata dalam 3 bahasa juga telah dipasang di tempat-tempat yang sering santri lalui.
Bagi Ustadzah Nafa dan Ustadzah Ummi, keduanya berpesan agar pengetahuan halaqah dan bahasa tidak hanya dipelajari saat akan ujian saja. Melainkan juga pada kesehariannya dan bersungguh-sungguh lagi untuk tahun yang akan datang.
“Ilmu yang sudah disampaikan saat halaqah agar diterapkan saat membaca al-Quran agar dipahami betul, dan untuk tahun depan juga lebih semangat, bersungguh-sungguh untuk belajar,” ucap Ustadzah Nafa.
Terakhir, Ustadzah Ummi meminta agar kosa kata yang diketahui para santri bisa dipakai dalam keseharian. Menurutnya, karena bahasa sangat penting dipraktikkan dalam berkomunikasi sehari-hari
“Bahkan untuk memahami suatu ilmu diperlukan bahasa, sehingga bisa menjadi seseorang yang bermanfaat untuk sekitarnya,” katanya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post