Dampak Wabah PMK Sudah Dirasakan Peternak: Takut Dikarantina, Tak Ada Pemasukan: Liputan kontributor PWMU.CO asal Lamongan: Mohamad Su’ud
PWMU.CO – Dampak penyakit mulut dan kaki (PMK) yang belum ada tanda redah, sangat terasa bagi pedagang dan peternak sapi. Apalagi beberapa pasar hewan ditutup oleh instansi terkait.
“Selama satu bulan saya tidak melakukan jual beli ternak. Saya hanya merawat saja dan melakukan upaya bila muncul gejala sejenis PMK,” tutur Manaf, pedagang asal Desa Tritunggal, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Sabtu (11/6/2022).
Dengan nada datar, pria yang sudah 19 tahun menekuni berdagang sapi ini secara jujur menyampaikan penghasilan keluarga terhenti. Sementara kebutuhan terus meningkat.
Harapannya, wabah ini cepat berakhir dan kembali normal seperti semula.
Ketika ditanya PWMU.CO, apakah sudah pernah melaporkan gejala Penyakit sapi ini kepada instansi pemerintah, dengan lugas Manaf mengatakan belum pernah.
“Kami sengaja tidak melaporkan, karena takut dikarantina, seperti pandemi Covid-19,” jelas pria 54 tahun ini, di sela menyaksikan aksi sosial tim kesehatan hewan dari SMK Muhammadiyah 6 Modo Lamongan Jawa Timur.
Hal yang sama juga dialami oleh Duha, yang juga pedagang sapi. “Dua pekan saya tidak keluar. Biasanya saya ke pasar Babat, Lamongan, Tuban dan Bojonegoro,” ungkap lulusan Madrasah Aliyah Negeri Babat tahun 2006 itu.
Pria, 34 tahun yang masih membujang ini, sejak lulus sekolah berprofesi sebagai pedagang sapi. “Selama tidak jual beli sapi, tidak ada pemasukan, padahal saya harus menanggung ekonomi keluarga,” tandas Duha.
Resep Alami Pengobatan Penyakit Sapi
Dalam kesempatan yang sama, Manaf berbagi resep alami, bila ada sapi yang terindikasi PMK. “Siapkan garam, asem dan temu, lalu diblender, lalu diambil airnya. Selanjutnya diminumkan,” terangnya.
Ajaib, tidak lebih dari 24 jam, sapi yang awalnya tidak mau makan, akhirnya lahap makan.
Hal tersebut dibenarkan Iswandi, tenaga medis SMK Muhammadiyah 6 Modo. Praktisi peternak ini juga sudah melakukan hal yang sama dan memperlakukan ternak miliknya.
Iswandi berpesan, agar para peternak tidak menggantungkan pada penanganan dari instansi. “Lakukan inovasi dari produk alami. Ini sebagai langkah awal melakukan tindakan preventif,” tegas pria yang juga gur itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni