Mantan Guru SMKM 6 Modo Wafat, Pesan untuk Anaknya Bikin Haru; oleh Mohamad Su’ud, Kepala SMK Muhammadiyah 6 Modo, Lamongan.
PWMU.CO – Rasa duka masih menyelimuti keluarga Susilohadi, suami almarhumah Mukti, yang meninggal dunia, Sabtu (11/6/2022). Duka cita juga masih melanda keluarga besar SMK Muhammadiyah (SMKM) 6 Modo, Lamongan, Jawa Timur.
Beberapa tamu masih tampak keluar masuk rumah. Sore itu, Rabu (15/6/2022) saya bersama dengan Ria Aristya dan Nanik Purwati bertakziah di rumah duka, di Desa Banjargondang Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan. Kami disambut senyum penuh kekeluargaan suami, ibu kandung, dan ibu mertua almarhumah.
“Maafkan kesalahan istri saya Pak-Bu. Apabila dulu selama mengajar di SMKM 6 Modo ada kesalahan,” kata Susilohadi.
Kami dipersilakan duduk di pelataran rumah sambil lesehan. Seorang wanita remaja bergegas keluar dari dalam rumah sambil membawa beberapa minuman botol. “Maafkan Ibu, nggeh,” tutur Sus Setiya Ningsih, anak pertama almarhumah. Matanya masih nampak lembab.
Banyak cerita kebaikan yang disampaikan keluarga kepada kami. Kami pun menyimak dengan tenang.
Pesan Ibu kepada Anak Pertama
“Apa pesan ibu kepada kamu, Nduk?” tanya saya kepada Setiya—panggilan keseharian.
Dengan tenang dia menjawab, “Saya harus menjaga adek dan saya tidak boleh cepat-cepat menikah,” ungkap mahasiswi Universitas Negeri Malang ini.
Setiya tampak mewarisi gen ibunya. Dia periang, ulet, dan cerdas. Setiya menceritakan awal-awal mendaftar kuliah. Dia didampingi oleh ibunya, karena ayahnya saat itu masih bekerja di luar Jawa, yakni Kalimantan Tengah. Mukti sangat sayang dan perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya.
Wajar, jika sosok Setiya mendapat pesan berharga untuk menjaga adiknya, Martina Wulansari, yang masih duduk di kelas 7 SMP. Setiya ingin melanjutkan cita-citanya, menjadi pendidik seperti ibunya. Jurusan Pendidikan Fisika adalah pilihannya sejak SMP dan ibunya juga menyetujui.
Kisah Sakit Mukti
Susilohadi, hampir empat bulan mendampingi istri di salah satu rumah sakit di Pare. “Tanggal 7 Pebruari 2022 saya bawa ke rumah sakit,” tuturnya sambil berkaca-kaca.
Sepanjang waktu itu Mukti hanya bisa berbaring, sebentar-bentar duduk. “Saya juga mendapat pesan agar jangan sampai dua anaknya putus sekolah,” jelas pria yang sekarang aktif di pertanian ini.
Sebenarnya Mukti sudah merasakan sakit sejak dua tahun terakhir. Namun itu diabaikan. Kalah dengan semangat dan kepadatan kegiatan di sekolah. Sakitnya belum kunjung sembuh, sang suami terpanggil pulang dari kerja Kalimantan Tengah, Juni 2021.
Baca sambungan di halaman 2: Mukti, Sosok Guru Suka Bertanya