Tujuh Strategi Aisyiyah sebagai Gerakan Perempuan Berkemajuan

Idha Rahayuningsih saat menjelaskan tema Milad Ke-15 Aisyiyah (Ain Nurwindasari/PWMU.CO)

Tujuh Strategi Aisyiyah sebagai Gerakan Perempuan Berkemajuan, liputan kontributor PWMU.CO Gresik:  Ain Nurwindasari.

PWMU.CO – Tujuh Strategi Aisyiyah sebagai Gerakan Perempuan Berkemajuan disampikan Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik Idha Rahayuningsih MPsi

Dia menyampaikannya dalam Pertemuan Ke-7 Corps Mubalighat Aisyiyah (CMA) se-Kabupaten Gresik yang diikuti oleh anggota CMA wilayah utara di Gedung Dakwah Muhammadiyah PCM Dukun, Ahad (12/6/2022). 

Hadir pula pemateri lain yaitu Wakil Ketua Pimpinan Wialayah Muhammadiyah Gresik Drs Mahfudz Asrofi MSI dan Ketua Mejelis Tabligh PDA Gresik Muyassaroh SPdI.

Idha Rahayuningsih mengupas tema Milad Ke-105 Aisyiyah: Perempuan Berkemajuan Mengusung Peradaban Utama. Dia mengawali materinya dengan memaparkan visi Aisyiyah sebagai organisasi perempuan berkemajuan.

“’Aisyiyah adalah organisasi gerakan perempuan yang berperan untuk mewujudkan kehidupan perempuan yang berkemajuan, yaitu perempuan yang alam pikiran dan kondisi kehidupannya maju tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi secara struktural ataupun kultural,” terangnya.

Lebih rinci lagi, Idha menjelaskan perempuan berkemajuan adalah mereka yang mampu mengaktualisasikan keimanan dan ketawaannya kepada Allah SWT, serta pengamalan amal shalehnya dalam melaksanakan tugas kekhalifahannya secara leluasa, baik di ruang domestik maupun publik.

“Jadi memang Aisyiyah ini sasaran utamanya adalah perempuan. Bagaimana perempuan kita berdayakan dan bisa mengoptimalkan perannya secara leluasa. Oleh karena itu sekarang sudah tidak lagi masanya menanyakan apakah boleh wanita keluar rumah. Tapi lebih kepada apa peran yang bisa kita berikan kepada umat,” terangnya.

Ia menekankan tiga visi Aisyiyah yaitu Islam berkemajuan, gerakan pencerahan, dan perempuan berkemajuan.

“Visi Islam berkemajuan yaitu sebagai penyangga keagamaan yang tidak akan pernah habis dikontekstualisasi dan berakselerasi pada zaman-zaman yang akan datang. Sedangkan visi gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan,” tegasnya.

Ia pun menjelaskan bahwa gerakan pencerahan merupakan jawaban atas problem kemanusiaan, berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan persoalan persoalan lain.

Tujuh Strategi Gerakan Perempuan Berkemajuan

Adapun visi perempuan berkemajuan, Idha kembali mengingatkan terkait tujuh strategi yang telah dirumuskan oleh Aisyiyah sebagai gerakan perempuan berkemajuan. 

Yaitu pengembangan gerakan keilmuan; penguatan keluarga sakinah; reaktualisasi usaha praksis; peran keumatan dan kemanusiaan; peran kebangsaan; posisi organisasi dan ideologisasi; dan dinamisasi kepemimpinan.

Selanjutnya, Idha membedah tujuh strategi Aisyiyah sebagai gerakan perempuan berkemajuan di atas.

Pertama, pengembangan gerakan keilmuan. Menurutnya, gerakan keilmuan sejalan dengan spirit al-Quran.

“Banyak ayat yang menginspirasi gerakan keilmuan. Dua di antaranya adalah yang tercantum dalam surat al-Alaq ayat 1-5, dan al-Mujadalah ayat 11,” paparnya.

Oleh karena itu diperlukan adanya gerakan keilmuan yang berbentuk dorongan, pemberian kesempatan, serta penyiapan fasilitas agar masyarakat dari usia dini sampai usia lanjut  dapat  memperoleh akses untuk mengembangkan diri.

Baca sambungan di halaman 2: Membangun Keluarga Sakinah

Idha Rahayuningsih saat menjelaskan tema Milad Ke-15 Aisyiyah (Ain Nurwindasari/PWMU.CO)

Membangun Keluarga Sakinah

Strategi kedua yaitu pembinaan keluarga sakinah, yang merupakan salah satu program prioritas Aisyiyah. 

“Keluarga merupakan tempat persemaian, pengembangan, dan pembinaan generasi penerus bangsa. Padahal tantangan yang menghadang pada era keterbukaan dan kebebasan informasi sungguh berat,” terangnya.

Ia pun mencontohkan beberapa kasus yang mencerminkan rapuhnya sebuah keluarga yang menjadi dampak dari tidak adanya pembinaan keluarga sakinah di tengah-tengah masyarakat.

Di antaranya ketika ada anak yang menjadi korban keretakan rumah tangga orang tuanya sehingga berdampak pada perkembangan akademik maupun psikologis anak tersebut.

“Jadi broken home, perselingkuhan, itu tidak mengenal latar belakang pendidikan, usia, gender ataupun status sosial tertentu, itu bisa terjadi di semua kalangan. Dan itu terjadi ketika tidak ada perhatian khusus pada pembentukan keluarga sakinah. Itulah mengapa Aisyiyah konsen dalam pembinaan keluarga sakinah ini,” jelasnya.

Ia lalu mengutip surat at-Tahrim ayat 6: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Strategi gerakan perempuan berkemajuan selanjutnya ialah reaktualisasi usaha praksis. 

“Salah satu kekuatan Aisyiyah adalah adanya berbagai usaha  praksis yang terwujud dalam kegiatan pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, masyarakat, kesadaran hukum, pendidikan kewargaan, dan penguatan jamaah di basis akar rumput,” terangnya.

Adapun strategi perempuan berkemajuan berupa peran keumatan, kemanusiaan dan kebangsaan, diperlukan karena permasalahan bangsa Indosesia secara umum juga sangat komplek, sehingga memerlukan perhatian khusus.

“Di samping itu ada kelompok masyarakat usia lanjut (lansia), dan masyarakat berkebutuhan khusus atau difabel yang juga memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu Aisyiyah diharapkan bisa memberikan perannya,” jelasnya.

Syarat Perempuan Berkemajuan

Berkaitan dengan visi perempuan berkemajuan yang dirancang oleh Aisyiyah, Idha menjabarkan beberapa syarat perempuan berkemajuan. Hal ini ia kutip dari Prof Dr Siti Chamamah Soeratno, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah periode 2000-2005 dan 2005-2010.

“Enam syarat perempuan berkemajuan di antaranya adalah memiliki integritas, mempunyai  komitmen, memiliki militansi, mempunyai daya juang solidaritas atau ukhuwah, memiliki wawasan luas atau pandangan dunia Islami, dan memiliki  profesionalitas berbasis ideologi gerakan,” urainya.

Idha menegaskan enam syarat—bisa dikatakan sebagai ciri perempuan berkemajuan yang dipaparkan oleh Prof Chamamah Soeratno—adalah sejalah dengan nilai-nilai di dalam al-Qur’an.

Nilai integritas, sesuai dengan surat ash-Shaf ayat 2-3; komitmen perjuangan sesuai dengan surat as-Saff  4 dan 11; nilai militansi sesuai dengan surat Ash-Shaf ayat 14 dan At-Taubah ayat 41; memiliki wawasan luas sesuai dengan surat Al-Alaq ayat 1-5 dan al-Mujadilah ayat 11.

Dan nilai profesionalitas sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:

“Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘Bagaimana maksud amanat disia-siakan?” Nabi menjawa, ‘Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.’” (HR Bukhari).

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version