Menitipkan Keluarga pada Allah
Pagi masih belia. Sekitar pukul 02.30, Ahad (26/6/22), saya dan istri melakukan perjalanan dari rumah di Desa Bungah, Kecamatan Bungah, menuju Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik. Ini adalah titik kumpul pertama seluruh jamaah dari KBIH Baitul Atiq Gresik sebelum pemberangkatan kloter 31 dilepas Bupati Gresik di Kantor Pemkab.
Tetesan air mata pun tak terbendung ketika perjalanan menuju Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Ahad (26/6/22) pukul 07.30. kalimat talbiyah terus menderas dari lisan. “Ya Allah, jadikan hamba bisa dan mampu menjadi tamu-Mu yang terbaik.”
Ketika roda bus melaju, pandanganku terus melambung di atas awan. Ya Allah, kutitipkan putra putriku pada-Mu saat hamba menjadi tamu-Mu. Engkaulah pemilik kerajaan dunia akhirat ini. Jagalah mereka. Jagalah putri-putra kami di rumah.
Sebelum berangkat, tugas sebagai orangtua pun telah kuselesaikan. Mendaftarkan anak di jenjang TK, SD, SMA, dan persiapan daftar ulang yang ada di bangku kuliah. Semua sudah lunas, kecuali mendampingi putri kedua, Kirana Aura Zahy saat wisuda purnasiswa di SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik, yang berbarengan dengan keberangkatan.
“Maafkan ayah, anakku. Doa ayah selalu untukmu. Semoga pendidikan di SMA nanti tambah sukses.”
Ada derai air mata menyeruak. Tetesan air mata memulas pipi saat iringan doa. Tidak bisa menyaksikan anak mengikuti prosesi wisuda dan berfoto bersama anak sambil memegang ijazah. Sekarang, dia hanya ditemani kakaknya, Nadya Mazayu Nur Sabrina, yang duduk di bangku kuliah semester II di Unesa.
Hati gemetar dan air mata tak terelak menetes ketika mendapat info di WA group keluarga, pukul 10.30 bahwa anak saya yang diwisuda mendapat dua prestasi pengembangan diri tingkat provinsi dan kabupaten di bidang penulisan.
“Ya, terima kasih atas curahan rahmad dan hidayah-Mu.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post