Menonjol di Muhammadiyah
Kiprah keorganisasian Abdul Malik Ahmad di Muhammadiyah, cemerlang. Berikut ini, di antaranya.
Pada 1934 mendapat amanah sebagai Ketua Majelis Idarah Kauman Padang Panjang. Pada 1936 menjadi pengajar di Kulliyatul Muballighin. Pada 1938 menjadi Direktur Tabligh School Isteri. Pada 1941 sebagai Direktur Kulliyatul Muballighat.
Pada masa kepemimpinannya di Majelis Idarah, Abdul Malik Ahmad berhasil mengelola amal usaha pendidikan, seperti Forebel School (taman Kanak-kanak), Madrasah Ibtidaiyah, HIS Med de Qur’an, Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah, dan Kulliyatul Muballighin.
Meski dikenal vokal dan sempat dianggap “pemberontak” karena terkait Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), 1958-1961, nama Abdul Malik Ahmad tetap baik. Ada apa dengan PRRI?
Kemunculan PRRI terkait persoalan hubungan pusat dan daerah pada akhir tahun 1950-an. Semakin meruncingnya persoalan antara pusat-daerah juga ikut menyeret Muhammadiyah Daerah Sumatera Tengah dalam kancah politik praktis. PRRI membawa sebagian aktivis Muhammadiyah, termasuk Abdul Malik Ahmad, masuk ke pusaran masalah itu. Keputusannya bergabung dengan PRRI, didasarkan atas prinsip dia menolak kehadiran PKI di parlemen dan kabinet, kedekatan SUkarno dengan PKI, serta teror yang dilancarkan massa simpatisan PKI (baca http://digilib.uinsby.ac.id)
Reputasi Abdul Malik Ahmad tetap baik. Lihatlah, pada Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang pada 1971 dia mendapat amanah sebagai Wakil Ketua I PP Muhammadiyah. Sejak saat itu, hingga tahun 1985 dia mendampingi AR Fachruddin memimpin Muhammadiyah.
Berprestasi di Birokrasi
Abdul Malik Ahmad berkarir di birokrasi. Karirnya, bersinar. Pada 1947, Abdul Malik Ahmad ditunjuk sebagai Wakil Kepala Jawatan Sosial Sumatera Barat.
Menjelang Agresi Militer II, dia dilantik sebagai Wakil Bupati Militer Lima Puluh Kota. Setahun setelah Agresi Militer II, pada 1950, Abdul Malik Ahmad ditetapkan sebagai Kepala Jawatan Sosial Sumatera Tengah.
Lancar di Politik
Setelah pemilu 1955, aktifitas Abdul Malik Ahmad makin padat. Dia terpilih sebagai anggota Konstituante dari Partai Masyumi.
Meski menjadi anggota Konstituante, dia tetap aktif di Muhammadiyah. Lalu, pada Konferensi Muhammadiyah Sumatera Tengah ke-27 pada 1956, Abdul Malik Ahmad terpilih sebagai Ketua Muhammadiyah Daerah Sumatera Tengah periode 1956-1958.
Baca sambungan di halaman 3: Tegas Berprinsip
Discussion about this post