PWMU.CO – Kehadiran SD Muhammadiyah 4 di Jalan Sudimoro, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, menjadi tonggak penting dakwah Persyarikatan di daerah yang “rawan” itu. Pasalnya, sebelum SD itu berdiri tahun 1972, telah berkembang sebelumnya Perguruan Katholik Santo Yusuf.
“Sebelum ada SD Muhammadiyah ini, rata-rata warga sekitar menyekolahkan anaknya di Santo Yusuf milik orang Nasrani, yang juga punya gereja terbesar di Kecamatan Lowokwaru,” tutur Suwaji, sesepuh Muhammadiyah Mojolangu, kepada pwmu.co, Jumat (17/2) pagi.
(Baca: Ayo! Bantu Selamatkan SD Muhammadiyah 5 Tanjung dari Ancaman Pembongkaran)
Kondisi seperti itu, tuturnya, hampir merata di Kota Malang. “Sebelum SD Muhammadiyah atau SD Islam yang lain eksis, hampir semua warga menyekolahkan anaknya di sekolah Kristen,” ujar anggota Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang ini.
Bukan itu saja. Menurut Suwaji, tantangan juga datang dari ormas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). “Pengaruhnya luar biasa karena mereka bergerak door to door. Dan hampir semua diberi beasiswa, meski sekolahnya di tempat lain,” ujar. “Nah, sejak PRM Mojolangu menggencarkan gerakannya—salah satunya dengan pendirian SD Muhammadiyah ini—mulailah tercerahkan masyarakat Mojolangu,” tutur dia.
(Baca juga: Prihatin Ada yang Kesulitan Biayai Sekolah, Lazismu Bantu Siswa SD Muhammadiyah 5 Malang)
Sekretaris Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Mojolangu Mulyani menambahkan, SD Muhammadiyah 4 didirikan di tengah-tengah masyarakat yang heterogen, baik ekonomi, agama, sosial, maupun pendidikan.
“Masyarakat sekitar yang belum begitu maju, membuat tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ada di Dusun Sudimoro bertekat mendirikan sekolah. Dengan harapan masyarakat dapat mengenyam pendidikan yang berbasis Islam,” ujarnya, (16/2).
Sementara itu Kepala sekolah SDM 4 Hana Ayudha mengatakan, bahwa yang sekolah yang dipimpinya ini fokus dalam bimbingan keislaman dan keilmuan dengan sistem Full Day School (FDS, sekolah seharian).
“FDS ini merupakan salah satu gerakan inovasi peningkatan pelayanan masyarakat. Sebab program ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya,’’ ujarnya.
(Baca juga: Dirancang Jadi Wadah Perkaderan sejak Dini, Inilah Profil SD Muhammadiyah 9 Malang)
Hana menambahkan, ada yang berbeda dari SD ini dibanding lainnya. Selain memberikan dasar di bidang Ismuba, scientific, dan kreativitas, ada diajarkan juga ‘Kind Learning of Inclusive’. “Kami mengajarkan anak menjadi pribadi yang inklusif (terbuka), karena dalam Muhammadiyah tidak boleh eksklusif (tertutup). Siswa Muhammadiyah harus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” ungkapnya. Menurut Hana, menanamkan sikap itu harus sejak kecil.
Keunggulan lainnya, kata Hana, SD Muhammadiyah 4 konsisten menjaga kedekatan dan pola pembelajaran yang menyenangkan. “Aktivitas keseharian peserta didik SDM 4 Malang ini sangat khas, karena memadukan keserasian sekolah dengan wali murid,” katanya. Soal keserasian itu dibenarkan Izzudin Fuad Fathony, salah satu wali murid. “Ketika pengecoran di Kampus II, para walimurid berkumpul ikut kerja bhakti membantu,” katanya.
(Baca juga: Jika Wali Murid Ikut Kerja Bakti Bangun Fisik Sekolah)
Lokasinya yang terjepit di tengah gang kecil di Jalan Sudimoro, Mojolangu, Kota Malang, tak menghalangi SD Muhammadiyah 4 ini menjadi sekolah favorit. “Untuk pendaftaran peserta didik baru melalui jalur inden, sudah penuh sampai tahun 2019,” kata Hana. Dan yang terpenting, SD ini telah mampu membendung pengaruh sekolah Nasrani dan LDII. Tak ada lagi anak umat Islam yang sekolah di Santo Yusuf. Hebat! (Uzlifah)