Etos Membangun Sistem
Alumnus S3 dari Universitas Gadjah Mada ini kemudian menjelaskan etos membangun sistem. Dia mengisahkan, saat membangun persarikatan Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan belajar pada organisasi Budi Oetomo.
Sehingga lahirlah organisasi (Muhammadiyah). Waktu itu belum ada tradisi membangun organisasi. Bahkan ada paham di tubuh umat Islam, kalau organisasi itu bid’ah.
Dia lantas bercanda, “Memang benar bid’ah karena bikinan. Tapi kan bukan urusan ibadah dalam arti ibadah mahdhah. Itu urusan muamalah.”
Akhirnya, Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah hadir di Jawa Timur tahun 1924, setahun setelah RS Muhammadiyah di Yogyakarta berdiri. “Dr Soetomo yang meresmikan rumah sakit tersebut, menyampaikan Muhammadiyah punya prinsip welas asih,” ungkapnya.
Welas asih yakni menanamkan ajaran cinta kasih kepada orang-orang yang berkekurangan dengan teologi al-Maun. Di mana orang-orang yang punya akses pada kekuasaan itu justru membuka akses dan tangannya untuk memberi kepada pihak yang memerlukan.
Suami dari Noordjannah Djohantini ini meluruskan, itu berbeda dengan ajaran Darwinisme yang berprinsip siapa yang kuat pasti menang. “Itulah yang dipakai kapitalisme, maka yang lemah tidak pernah menang! Karena yang menang akan mengakumulasikan kemenangannya tidak untuk orang lain, tapi untuk dirinya,” imbuhnya.
Dalam membangun sistem, lanjutnya, Muhammadiyah telah menerapkan semua aset atas nama organisasi. Sehinggga ketika tidak lagi menjabat maupun dipanggil Allah maka sudah lepas urusan dan tidak ada sangkut paut dengan urusan pribadi.
Dia mengingatkan, “Sekarang sistemnya harus good governence. Yang harus shiddiq, amanah, tabligh, fathanah. Tata kelola yang baik. Insyaallah Muhammadiyah ini membangun sistem yang good governence.”
Dia berharap, negara harus lebih mengajarkan kepada Muhammadiyah perihal good governence. “Karena negara mengelola seluruh Tanah Air dan segala urusan rakyat harus dikelola sebaik-baiknya,” ujarnya.
Maka, kata Prof Haedar, alangkah mulia petinggi negara jika shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Sebaliknya, kalau korupsi, menyalahgunakan kekuasaan secara terbuka maupun tersembunyi, apalagi kalau bersama-sama sehingga lebih kuat, kata Prof Haedar bisa menimbulkan disorder atau ketidakpastian hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Baca sambungan di halaman 3: Etos Kerja Terbaik
Discussion about this post