Nilai Kalor Olahan Limbah
Aris menerangkan, pelet ramah lingkungan itu tergolong baru di pasaran, yakni beredar sejak awal tahun 2022. Namun akhir-akhir ini permintaan biopelet cenderung melejit semenjak ada larangan impor batu bara. “Sehingga banyak yang lari ke bahan bakar alternatif dengan kalor yang sama,” ungkapnya.
Pertanyaan kritis datang dari salah satu siswa, Qiswa Keyko Widiantono. Yakni mengapa perlu dibedakan berdasarkan asal limbahnya, tidak dicampur saja.
Sambil menunjuk kemasan berisi biopelet hasil olahan dari limbah kayu, Aris menerangkan, itu bagus untuk bahan bakar alternatif. “Kalau nilai kalor dari kayu ini 4500 kal/kg. Kita sudah uji lab di Sucofindo dan lainnya,” ujarnya.
Kemudian dia menunjuk kemasan lainnya berisi biomassa berwarna lebih kuning karena dari olahan limbah pertanian seperti sekam dan gabah. Kata Aris, itu bagus untuk pengganti pasir hewan peliharaan seperti kucing dan kelinci. “Kalau untuk animal ini kalornya hanya 3400 kal/kg,” imbuhnya.
Setelah menyimak pemaparan Aris, beberapa siswa yang sudah menemui hasil olahan limbah itu akhirnya antusias berbagi pengalaman mereka. Salah satunya Muhammad Zayyan.
Siswa yang akrab disapa Ian itu bercerita sudah pernah menggunakannya sebagai pengganti pasir di kandang kucingnya. Sedangkan Kalya Auni Aminuddin menyatakan biasa menggunakannya sebagai makanan hamster.
Baca sambungan di halaman 3: Diskusi Kritis Interaktif
Discussion about this post