Kisah Panglima Perang Usamah bin Zaid di Peluncuran ME Awards 2022; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Sebelum Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr Saad Ibrahim MA resmi meluncurkan Muhammadiyah Education Awards Special Edition 2022 secara daring (12/8/22), dia mengajak peserta belajar dari kisah Usamah bin Zaid.
Saad—sapaan akrabnya—awalnya menerangkan, Zaid bin Haritsah—anak angkat Nabi SAW—punya anak yang salah satunya bernama Usamah. “Dengan kata lain, Usamah bin Zaid ini cucu Nabi,” ujarnya.
Ketika Usamah bin Zaid berusia 17 tahun, sambungnya, di mana tugas Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul di dunia hampir selesai, Nabi Muhammad—menjelang wafatnya—menunjuk Usamah bin Zaid menjadi panglima perang.
Ternyata, di antara orang-orang yang jadi prajurit di peperangan itu ada tokoh-tokoh kuat seperti Umar. “Tapi Nabi menyerahkan utusan ini ke anak yang masih muda, usianya 17 tahun,” ungkap Saad.
Usamah bin Zaid dikirim bersama para tentara untuk menghadapi Romawi, salah satu negara superpower di sekitar Yastrib. Sebab, Nabi mendengar, salah seorang bangsa Romawi itu memeluk Islam. Gubernur itu dizalimi, dibabisi, maka Nabi SAW mengirim tentara yang dipimpin Usamah bin Zaid.
“Dalam perjalanan, belum sampai terjadi peperangan, mereka mendengar Nabi telah wafat. Maka Usamah dengan para tentaranya kembali ke Madinah,” sambungnya.
Setelah itu, Abu Bakar menggantikan Muhammad. “Abu Bakar meneruskan misi itu dan tetap menunjuk Usamah bin Zaid menjadi panglima,” terangnya.
Walaupun ada senior, Abu Bakar tetap bersikukuh karena menurutnya itulah yang Nabi Muhammad putuskan, sehingga dia akan meneruskannya. “Singkat cerita, Usamah dalam peperangan itu menang dan membawa harta rampasan yang banyak, tidak pernah sebanyak itu terjadi pada masa Nabi,” ungkapnya.
Baca sambungan di Halaman 2: Makna di Balik Kisah