PWMU.CO– Tips membangun ekonomi umat disampaikan Ketua Lazismu Jawa Timur Drh Zainul Muslimin dalam Pengajian Ahad Pagi PCM Lakarsantri Surabaya, Ahad (21/8/2022).
Zainul Muslimin menyebutkan core business Muhammadiyah yang terkenal itu sekolah, rumah sakit, masjid. ”Kita selalu membanggakan itu. Ternyata organisasi di luar kita juga mengembangkan amal usaha yang lebih unggul dari kita,” katanya.
Dia mencontohkan MINU, Insan Kamil, dan Nurul Fikri di Sidoarjo makin diminati masyarakat yang bisa mengungguli sekolah Muhammadiyah. ”SD Nurul Fikri di Sukodono berdekatan dengan sekolah negeri yang gratis ternyata siswanya tetap banyak. Sementara guru-guru kita mengeluh murid berkurang gara-gara Covid,” ujar Zainul yang juga Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo.
Ternyata yang terjadi adalah Nurul Fikri bisa menjual keunggulan sekolahnya mencetak murid bisa hafal 30 juz ketika lulus.
”Masyarakat jadi tertarik menyekolahkan anaknya ke situ meskipun biayanya sangat mahal. Jadi sekolah gratis, sekolah murah belum tentu menarik minat masyarakat. Keunggulan yang bermanfaat bagi masyarakat yang menjadi daya tarik,” tuturnya.
Karena itu dia menyarankan semua sekolah Muhammadiyah menciptakan keunggulan. Itulah tips membangun ekonomi umat yang pertama. Dengan keunggulan itu bisa bersaing dengan sekolah lain. Mendapatkan murid banyak dan meningkatkan kesejahteraan guru.
Digitalisasi
Tips membangun ekonomi umat yang kedua adalah digitalisasi. Karena zaman sekarang menuntut kecepatan, jangkauan luas, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan.
Dia mencotohkan Resto Bunda Nur milik istrinya di Buduran Sidoarjo yang mulai dibuka 11-11-2011. Ketika pandemi Covid datang tahun 2020 terpaksa tutup. ”Masjid saja jamaah berkurang, shalat Jumat saja ditiadakan, sekolah tutup, apalagi makan di restoran, semua restoran banyak yang tutup,” ceritanya.
Di masa pandemi ini marak online. Sekolah online, kerja online, rapat online, bisnispun online. Ternyata di tengah kesulitan itu terbuka kemudahan. Di tengah pandemi Covid, orang-orang ada yang kirim makanan ke teman atau tetangganya yang isoman.
”Peluang bisnis itu yang kita tangkap. Kita menawarkan paket kiriman makanan. Mulailah memanfaatkan media sosial, WA grup, memasarkan. Respon berdatangan banyak sekali,” katanya.
Restoran tutup tetapi dapur tetap buka melayani bisnis kuliner online. ”Di masa pandemi itu omset malah meningkat tiga kali lipat. Biasanya Rp 3 juta per hari menjadi Rp 9 juta. Bahkan pernah satu hari mencapai Rp 45 juta,” tandasnya.
Zaman digitalisasi berupa online ini harus kita ikuti. Bahkan pengajianpun berubah menjadi online dan hybrid yang jamaahnya bisa jutaan. ”Pengajian model tatap muka ini pesertanya sangat terbatas. Tapi lihat pengajian online Aa Gym, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Hanan Attaki pengikutnya jutaan orang di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Dia contohkan lagi Ustadz Adi Hidayat sewaktu galang dana untuk Palestina lewat online dalam waktu sepekan bisa kumpulkan Rp 30 miliar. ”Lazismu juga Rp 30 miliar tapi itu selama dua bulan melibatkan ratusan orang mengerahkan Lazismu daerah,” tuturnya.
Dalam era digital ini juga perlu membuat konten untuk ditawarkan ke masyarakat. Konten menarik menjadi viral. Hal itu berpengaruh bagi kemajauan amal usaha kita.
Berbasis Data
Tips membangun ekonomi umat ketiga, berbasis data. Data itu penting untuk membuat keputusan yang cepat, tepat, dan akurat. ”Dalam berorganisasi kita punya pengalaman ketika meminta laporan, semua orang terlambat setor. Kemungkinannya ada dua. Pertama, memang tidak ada data yang dilaporkan karena tidak punya kegiatan. Kedua, tidak ada catatan data kegiatan sehingga baru mencari-cari ketika diminta,” katanya.
Padahal Allah mengajari kita dengan menugaskan dua malaikat yang bertugas mencatat semua perbuatan manusia sehingga semua manusia di dunia ini ada catatannya. ”Kalau manusia itu diberhentikan sewaktu-waktu alias mati, tidak bingung, karena catatan amalan sampai detik terakhir terbaca,” tandasnya.
Kalau kita berorganisasi tidak punya catatan data terus tiba-tiba mati, mau tanya ke siapa data itu? ”Itulah pentingnya data untuk membangun ekonomi umat dan mengembangkan dakwah. Kalau PCM punya data jumlah penduduk, berapa jumlah kader, berapa jumlah masjid, sekolah, maka bisa perencanaan bisa lebih baik,” tandasnya.
Karena itu patut direnungkan ketika kita yang tiap hari berdoa supaya diberi rezeki yang berlimpah ternyata Allah memberi rezeki pas-pasan, karena ketika tak biasa dengan basis data. ”Kalau diberi rezeki hingga triliunan makin bingung membuat laporannya lha wong berapa jumlah nol triliun saja gak tahu,” seloroh Zainul Muslimin.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto