Desa Lohayong Punya Masjid Terindah di Flores laporan Aditio Yudono dari Pulau Solor.
PWMU.CO– Sehari bermalam di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Safari Dakwah Lazismu PWM Jawa Timur berlanjut menuju ke Desa Lohayong, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur.
Kami bertiga, Wakil Ketua PMW Jatim Prof Dr Thohir Luth, Ketua Lazismu Jatim Drh Zainul Muslimin, dan Aditio Yudono, Sekretaris Lazismu Jatim. Kami diantar keluarga besar warga Lohayong, desa tanah kelahiran Prof Thohir Luth.
Dari Hotel Sahid T-More di pinggiran Kota Kupang, Selasa (30/8/2022) siang, rombongan bergegas ke Bandara El Tari menumpang pesawat Wings Air jenis ATR berbaling-baling menuju Larantuka.
Perjalanan udara dari Bandara El Tari menuju ke Bandara Gewayantana Larantuka hanya 45 menit. Pesawat berpenumpang 80 orang ini terbang tidak terlalu tinggi sehingga pemandangan melintasi lautan dan selat serta pulau-pulau di NTT itu tampak begitu jelas dari jendela kabin.
Suara mesin pesawat sedikit mengusik telinga. Tapi perjalanan enjoy saja. Pesawat mendarat mulus di Bandara Gewayantana Larantuka. Bandara ini hanya didarati pesawat jenis ATR dan berbagai pesawat ringan lainnya.
Rombongan disambut oleh keluarga Lohayong yang ada di Larantuka. Sudah menjadi kewajiban dan ciri khas persaudaraan warga Lohayong di manapun berada akan mengantar jemput dan menyambut jika ada keluarga atau sesama warga singgah di suatu daerah.
Dari Bandara Gewantayana menuju Pelabuhan Larantuka perjalanan sepanjang 11 Km diantar dengan mobil. Sampai di pelabuhan, Kapal Motor Trisakti berkapasitas 50 orang sudah menunggu. Namun kapal motor ini datang khusus untuk rombongan Lazismu PWM Jatim menuju ke Desa Lohayong.
Perjalanan laut selama 40 menit ditempuh dari Pelabuhan Larantuka di Pulau Flores menyeberang ke Pulau Solor. Suasana perjalanan dengan kondisi lautan nan membiru bersih plus view perbukitan Pulau Adonara dan Flores yang memesona.
Walau pulau-pulau itu gersang dengan sedikit rerimbunan pepohonan tapi menampilkan pemandangan yang eksotis. Penyeberangan lintas Selat Flores, Adonara, dan Solor sungguh mengesankan.
Disambut Tari Perang
Menjelang pelabuhan, dua perahu motor berputar-putar di sekitar kapal menyambut kedatangan rombongan. Di dermaga pun sudah menunggu ratusan orang warga Desa Lohayong untuk menjemput.
Pulau Solor berpenduduk 25 ribu jiwa. Ada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Solor Timur, Solor Barat, dan Solor Selatan. Kecamatan Solor Timur penduduknya 13 ribu jiwa 99 persen muslim. Solor Barat dan Selatan penduduknya 12 ribu jiwa, 90 persen Kristen. Di Kecamatan Solor Timur yang mayoritas penduduknya muslim terdapat 17 desa.
Turun dari perahu, ada ucapan selamat datang dari perwakilan keluarga besar warga Lohayong. Kemudian tampil Tari Perang Hedung. Tarian ini dimainkan 10 penari remaja dan anak-anak dengan berbusana adat diiringi tetabuhan beduk dan drum.
Rombonganlantas diarak oleh para penari menuju ke Masjid al-Munawwarah. Menurut Prof Thohir Luth, masjid ini termegah di Pulau Solor. Bahkan se Kabupaten Flores Timur. Masjid al-Munawwarah ini usai diresmikan sebulan yang lalu oleh keluarga besar Yayasan Gewayantana NTT. Menghabiskan dana Rp 7 miliar. Lazismu Jatim turut memberikan donasi.
Pengajian Umum
Malamnya usai shalat Isya, Ketua Lazismu Jatim Zainul Muslimin, didapuk sebagai penceramah pada pengajian umum di masjid tersebut yang dihadiri ratusan jamaah warga Desa Lohayong dan sekitarnya.
Ustadz Zainul mengajak kaum muslimin berlomba dalam kebaikan dan beramal saleh. Tujuannya sebagai bekal dan tabungan di kehidupan akhirat kelak. Sambil melontarkan kuis berhadiah, dia mendorong generasi muda masjid di Lohayong ini agar senantiasa menyuarakan kebaikan dan menebar kebermanfaatan kepada yang membutuhkan melalui media sosial. Generasi muda jangan gagap dengan digitalisasi.
Usai pengajian, di halaman masjid ada pagelaran Tari Beku. Ditarikan oleh setiap perwakilan keluarga warga desa. Dalam tarian ini seluruh anggota keluarga besar membentuk lingkaran dengan saling bergandengan tangan diiringi tabuhan beduk dengan irama khas Pulau Solor.
Tarian ini ditujukan untuk membina kekerabatan dan kebersamaan yang melambangkan kerukunan, persaudaraan dan perdamaian antar warga. Tarian Beku berakhir menjelang larut malam. Setelah itu warga pulang.
Editor Sugeng Purwanto