Sebenarnya Apa yang Kita Cari di Dunia Ini? Liputan Ain Nurwindasari, kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Kajian bakda Subuh edisi akhir Agustus Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB kali ini, Ahad (28/8/2022) diisi oleh Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Muchamad Arifin MAg.
Arifin mengawali kajiannya dengan mengajak jamaah untuk memaknai makna bersyukur. “Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah karena bersyukur itu adalah kunci kebahagiaan hidup, kunci ketenangan hidup. Jangan pernah bermimpi kita bisa hidup tenang dan bahagia kalau kita tidak bersyukur,” ucapnya.
Sambil menyampaikan pesan itu ia menampilkan slide ‘Bukanlah kebahagiaan yang menjadikan manusia bersyukur, tapi bersyukurlah yang menjadikan manusia bahagia’.
“Salah satunya adalah kita pada pagi hari ini datang ke rumah Allah, ke majelis ibadah, ke majelis taklim, dalam rangka mengikuti kewajiban, panggilan kewajiban yang telah dipanggil oleh muadzin kita, hayya ‘alash sholah, tidak semua telinga yang dipanggil kemudian melangkahkan kakinya ke masjid,” tuturnya.
Menurut Kepala Bidang Agama Sosial Budaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur itu, orang yang bisa melangkahkan kaki ke masjid itu adalah bagian mensyukuri nikmat Allah.
Ia lantas mengutip sebuah hadits:
“Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka salah satu kakinya akan menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat.’ (HR Muslim No. 666)
“Kita semua sama-sama diberi kaki oleh Allah, tapi tidak semua kaki itu mampu diajak untuk melangkahkan kakinya ke masjid. Ada yang bisa melangkahkan kakinya ke luar negri, ke tempat-tempat wisata, tetapi tidak semua kaki untuk bisa diajak ke rumah Allah,” terangnya.
Sebenarnya Apa yang Kita Cari?
Arifin lantas mengajak jamaah bersyukur kepada Allah. Ia menampilkan sebuah video dengan narasi:
“Saudaraku, sebenarnya apa yang kita cari. Kita hidup di gunung, merindukan pantai. Kita hidup di pantai merindukan gunung. Kalau kemarau kita tanya kapan hujan, kalau musim hujan kita tanya kapan kemarau.
Diam di rumah inginnya pergi, setelah pergi inginnya ke rumah. Waktu tenang ingin cari keramaian, waktu ramai ingin cari ketenangan. Ketika masih bujang mengeluh ingin menikah, sudah berkeluarga mengeluh belum punya anak. Setelah punya anak mengeluh biaya hidup dan pendidikan.
Saudaraku, ternyata sesuatu itu tampak indah karena belum kita miliki. Kebahagiaan tidak akan didapatkan kalau kita selalu memikirkan apa yang belum ada, tapi mengabaikan apa yang kita miliki. Jadilah pribadi yang selalu bersyukur, dengan rahmat dan nikmat yang sudah kita miliki.
Syukuri apa yang sudah kita miliki, sebagai modal untuk kemuliaan hidup, karena hidup adalah waktu yang dipinjamkan, dan harta adalah amanah yang dipercayakan yang nantinya semua itu akan dipertanggung jawabkan.
Bersyukurlah atas napas yang masih kita miliki. Bersyukurlah atas keluarga yang kita miliki. Bersyukurlah atas pekerjaan yang kita miliki. Bersyukur dan terus bersyukur dalam segala hal. Allah SWT berfirman di Surat Ibrahim 7: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Dunia Tempat Bersyukur
“Bersyukurlah, bersyukurlah karena bersyukurlah yang akan mengantarkan kebahagiaan hidup kita,” ucapnya.
Arifin melanjutkan, “Bersyukurlah karena bersyukur adalah permintaan Allah dan kewajiban kita, sebagaimana di dalam an-Nahl ayat 78,” ucapnya.
Ia lantas menyitir ayat:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (an-Nahl:78)
Menurutnya, alasan manusia perlu bersyukur adalah karena kehebatan proses penciptaan manusia.
“Karena kita harus ingat bahwa suatu saat ketika hidup di dalam rahim ibu kita, bagaimana Allah mempertemukan antara sperma dan ovum, kemudian dari sperma dan ovum itu membentuk segumpal daging, kemudian membentuk calon manusia, menjadikan ahsani taqwim, menjadikan kita pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kita bersyukur. Maka bersyukur itu adalah permintaan Allah dan kewajiban yang harus kita kerjakan,” terangnya.
Ia lantas menyitir terjemah ayat:
‘Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.’ al-Mukminun ayat 14:
Menurutnya ketika proses penciptaan manusia adalah di alam rahim, adapun di dunia adalah tempat bersyukur.
“Rahim tempat proses penciptaan manusia, dunia adalah tempat bersyukur, kemudian ketiga adalah kita akan sampai tempat penantian, karena di sini (alam barzakh) adalah tempat menanti, bukan tempat beribadah,” tandasnya.
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post