Kecelakaan, Guru SD Mugeb Fatihul Ihsan Wafat dalam Keadaan Berpuasa; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Suasana duka menyelimuti keluarga besar SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jawa Timur. Salah satu guru terbaiknya, Fatihul Ihsan SPd meninggal dunia, Kamis (15/9/22). Pria kelahiran Gresik, 6 Juni 1984 itu wafat dalam keadaan berpuasa.
Hal ini diketahui dari Sekretariat SD Mugeb Nur Umaroh SPd. Pasalnya, sekitar pukul 15.35 WIB, dia menginformasikan di grup WhatsApp sekolah, “Untuk ustadz/ah yang hari ini shaum, bisa mengambil satu kotak susu untuk bekal ifthar.”
Kemudian, kata Umaroh, Fatih termasuk salah satu guru yang mengambil bekal ifthar pada sore menjelang kepulangan itu.
Fatih mengalami kecelakaan sewaktu pulang kerja. Saat ini belum diketahui jelas kronologi kecelakaan hingga Fatih—sapaannya—langsung meninggal di tempat kejadian perkara. Tepatnya, di jalan raya sekitar kawasan industri JIIPE, Desa Banyutami, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, sekitar pukul 17.35 WIB.
Mendapat kabar pria yang menjadi wali kelas V sekaligus Koordinator Kelas V dan VI itu kecelakaan, Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi, Waka Agus Suprayitno SPd, dan beberapa guru SD Mugeb langsung menyusul ke lokasi sekitar pukul 17.55 WIB. Polsek Manyar menanganinya. Jenazah akhirnya dibawa dengan ambulans ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ibu Sina Gresik.
Para guru SD Mugeb mengantar jenazah dari RSUD Ibnu Sina ke rumah duka sekitar pukul 21.40 WIB. Hingga pukul 22.25 WIB, jenazah masih dishalatkan di masjid dekat rumahnya.
Fatih tinggal di RT 2 RW 10 Dusun Druju, Pangkah Kulon, Kecamatan Ujungpangkah, Gresik. Jenazah langsung dimakamkan malam ini di Makam Pangkah.
Kode Pamitan
Kode pamitan ternyata telah Fatih sampaikan pada rekan kerjanya Asmaul Khusnah SPdI, Rabu (14/9/22). “Dia sudah ngode aku. Kemarin siang pun sambang kelasku. Dia duduk di depan. Bilang minta maaf dan diminta memintakan maaf ke teman-teman,” ungkap Asmaul.
Amanat itu Fatih titipkan kepadanya. Dia mengira Fatih hanya bercanda. “Ternyata gak tahunya seperti ini. Saya ndak tahu kalau bakal serius sampai perpisahan seperti ini,” imbuhnya.
Tak disangka, sore tadi dalam perjalanan pulang kerja, Asmaul sekilas melihat korban kecelakaan dengan warna pakaian yang tampaknya dia kenali. “Aku cuma lihat jam tangan dan celana cokelatnya saja. Segera aku menepi. Tubuhnya utuh tertidur di jalan. Muka dan badan ditutupi,” ungkapnya.
“Gak biasanya aku melihat karena aku paling takut kecekalaan. Aku paksakan beranikan diri berhenti dan bertanya. Berharap bukan temanku,” terang dia.
Kini dia bersyukur memutuskan berani melihat sore itu. “Alhamdulillah ku beranikan melihat jenazah terakhir kalinya. Beliau tidak hanya sekadar teman kerja tapi seperti kakak bagi saya,” ucapnya.
Fatih Menyatakan Pasrah
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Pembinaan dan Pembiasaan Karakter (PPK) Nur Hamidah SPd dengan gemetar dan lemas menyampaikan, dirinya juga tak menyangka salah satu guru Ismubanya pergi secepat ini.
Padahal siangnya, kata Mida—sapaannya—timnya menggoda dan terus memotivasi Fatih yang esok didapuk menjadi MC Ceremony Jumat Pagi (16/9/22). Ini bermula dari Koordinator Pembiasaan Ahmad Mujahidul Authon SPd melalui pesan WhatsApp menginfokan di grup, esok jadwal Fatih bertugas MC.
“Demikian info yang bisa kami sampaikan. Atas perhatiannya kami doakan panjang umur dan menjadi bagian dari penduduk surga,” pesan Authon pada pukul 13.51 WIB.
Setelah pengumuman itu rilis, para guru lainnya menyemangati Fatih. Sebab, Fatih kukuh tidak mau menjadi MC. “Saya sudah pasrah. Sudah saya pasrahkan ke al-Ustadz Mujahidul Authon untuk menggantikan,” pesan Fatih untuk yang terakhir kalinya di grup para guru pembiasaan kelas V dan VI itu.
Siang itu, Mida memutuskan tetap Fatih yang menjadi MC sesuai jadwalnya. “Tidak usah menyiapkan MC cadangan,” tuturnya. Dia sangat berharap Fatih mau mencoba menjadi MC karena sejauh ini dia belum pernah dan menyatakan belum siap.
Mendengar kabar duka, Mida langsung lemas. “Biasanya (bertemu saat) beliau ambil air minum di Kantor PPK, hari ini tidak bertemu sama sekali. Hanya komunikasi lewat grup itu,” kenangnya.
Tak Ada Tanggungan
Rekan lainnya, Kaiisnawati SPd pun langsung deg-degan mendengar kabar Fatih kecelakaan. “Tadi sore rapat proyek kelas V sama aku. Terakhir keluar dari perpustakaan sama aku. Tak sapa, ‘Aku pulang dulu tadz!’. Tadz Fatih senyum,” kenangnya.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 16.45 WIB. Saat dia pamit, Fatih masih di perpustakaan. “Masih nyantai, pegang HP sambil senyum-senyum,” ungkapnya.
Begitu pula dengan Koordinator Olahraga, Sains, dan Teknologi (OST) Rizqi Nur Firdausi SPd. Sore itu dia sempat ditelepon Fatih yang menjadi guru pendamping ekstrakurikuler futsal kelas IV dan V itu.
Saat itu Fatih mengabarkan bolanya sudah dia simpan di lokernya. “Semuanya sudah di loker, sama proposal kalau sudah di tanda tangani kabari,” ujarnya. Dia menceritakan sudah membuat proposal program kerjanya.
Dia juga menceritakan sudah menuliskan rincian programnya di data server. “Sudah tak taruh di Excel, uangnya sudah saya setorkan. Saya tidak ada tanggungan lagi nggeh, Us,” ujarnya.
Rizqi–sapaannya–tak menyangka itu menjadi percakapan terakhir mereka. “Semuanya benar-benar diselesaikan sore ini,” imbuh Rizqi.
Fahilan juga terpukul. “Ya Allah, tidak ada yang tahu umur seseorang,” renungnya. Sebab, saat hendak pulang menuju parkiran sekitar pukul 17.00 WIB, dia sempat berpapasan dengan Fatih di pantry.
“Meski biasanya saya selalu sapa, tapi tadi tidak sempat menyapa karena (Fatih) masih video call sama anaknya,” ungkapnya.
Fahilan mendengar jelas, saat itu anaknya berkata, “Ayah, aku sekarang main bola!” Sambil memperlihatkan tiga bola basket yang dibawanya, Fatih menjawab dengan ceria, “Ayah juga habis main bola.”
Fatih meninggalkan seorang istri Ma’sumiyah Marwati dan tiga anak. Ketiga anaknya ialah Muhammad Mahir Al Ihsani (lahir 2013), Muhammad Ziyad Al Ihsani (2016), dan Shine Muhammad Alfatih Al Ihsani (2019).
Semoga husnul khatimah. (*)
Discussion about this post