PWMU.CO – Kegiatan Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kenjeran Surabaya ini patut dicontoh. Dua dimensi ibadah dalam Islam bisa mereka praktikkan sekaligus pada Ahad, (26/2) lalu.
Diawali shalat Subuh berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan Kajian Ahad Pagi, sarapan bersama, dan pemeriksaan kesehatan. Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap Ahad ke-4 ini berlangsung di Masjid Al-Mukhlis Jalan Tambak Wedi Suroso I/34 Surabaya.
Ketua PCPM Kenjeran Habibur Rasyid menjelaskan bahwa kegiatan yang bekerja sama dengan Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kenjeran itu sebagai wujud konsep hablum minallah (ibadah ritual) dan hablum minannas (ibadah sosial). “Setelah bermunajat dan siraman ruhani, kita gembirakan masyarakat dengan pemeriksaan kesehatan,” ujarnya.
Sementara itu Wakil Ketua PCM Kenjeran Drs Sidiq WiyonoMM yang bertindak sebagai penceramah dalam Kajian Ahad Pagi memaparkan tentang fenomena orang yang buta hatinya. Dengan mengutip Alquran Surat Al-Isra ayat 72, Sidiq menjelaskan bahwa orang yang buta hatinya di dunia ini—karena menempuh jalan sesat dan durhaka kepada Tuhan—maka di akhirat akan buta pula hatinya dan tersesat jauh dari jalan yang benar.
“Saat itu, tidak ada waktu lagi untuk bertobat dan mencari keselamatan dari azab Tuhan. Kepada mereka diberikan catatan amalnya di tangan kirinya. Mereka itulah orang-orang yang celaka disebabkan karena kesesatan dan kedurhakaannya kepada Tuhan,” ungkapnya.
(Baca juga: Agar Masjid Tak Kalah Menarik dari Warkop bagi Generasi Muda)
Oleh karena itu, kata Sidiq, manusia perlu melakukan proses merenung, memikirkan, memahami, dan mengamalkan setiap ceramah agama agar tidak buta pengetahuan. “Memahami agama atau mencari ilmu tidak dibatasi usia. Maka, agar umat Islam tidak buta pengetahuan diperlukan pembiasaan membaca,” pesannya.
Sidiq menyarankan, ketika pengajian hendaknya dibiasakan mendengarkan dan menulis. “Sepulang kajian, tulisan itu direnungi dan dihayati. Apa yang diyakini benar segera diamalkan. Tidak kalah pentingnya, dengan ditulis, ilmu kita abadi, karena bisa diajarkan atau diwariskan,” jelas Sidiq. (Ferry Yudi AS/MJ)
Discussion about this post