PWMU.CO– Lakukan 5 hal ini supaya mencapai bahagia di dunia dan di akhirat dipaparkan oleh Ir H Tamhid Masyhudi, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ketika ceramah di Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember, Ahad (9/10/2022).
Tahmhid Masyhudi menyampaikan, sesungguhnya hidup ini yang paling diinginkan adalah kebahagiaan, bahagia di dunia dan di akhirat.
”Setiap hari kita berdoa ihdinas shirotol mustaqim. Tunjukkanlah jalan yang lurus. Kita baca setiap 17 kali dalam sehari, belum lagi jika ditambah dengan shalat malam atau shalat sunnah yang lain,” katanya.
Ia juga menyampaikan ada doa lain yang dilantunkan setiap setelah shalat yaitu doa sapu jagat.
”Aku bendino dungo tapi uripku kok yon gene ae.. kenapa? Atau jangan-jangan hanya lafal tidak sampai ke dalam hati, hanya keluar dari mulut saja,” ujarnya.
Menurut dia, agar doa yang setiap hari dilafalkan tersebut mantap dalam hati, maka harus memaknai hidup ini dengan lakukan 5 hal ini untuk mencapai bahagia dunia dan di akhirat.
Pertama, ada relasi antara manusia dengan sang pencipta. Harus yakin bahwa Allah adalah dzat yang menciptakan manusia dan Allah adalah dzat yang kita sembah.
”Di dunia ini banyak orang yang lahir menjadi orang Islam, maka anak cucunya menjadi Islam, tetapi tidak terlalu yakin dengan yang diimani itu. Banyak orang yang tidak mengenal Islam maka jadi orang yang agnotis tidak bertuhan, ada yang komunis menolak agama, ada yang hidupnya hedonis yang menikmati hidupnya dengan apa saja yang ada di dunia ini,” tuturnya.
Tamhid mencontohkan kehidupan Nabi Ibrahim yang dituliskan dalam buku Lentera Hati tulisan Quraish Shihab. Dimulai dari saat Nabi Ibrahim mencari Tuhan, kemudian saat di dalam hidupnya Nabi Ibrahim banyak sekali ujian dari Allah, dan ketika Nabi Ibrahim ingin tahu bagaimana kehidupan setelah kematian.
Dari kisah tersebut merupakan jalan sebagai manusia kita harus yakin kepada Allah. ”Meyakinkan diri atas apapun yang Allah hadapkan pada kita,” ungkapnya.
Kedua, adanya relasi manusia dengan alam. Sebagai manusia kita harus menjadikan ilmu pengetahuan untuk memanfaatkan alam dan menjadikannya untuk menopang kehidupan kita.
”Menguasai ilmu pengetahuan menundukkan alam, maka alam akan memberikan kemudahan untuk kita,” tuturnya.
Kalau dulu kita ke Mekkah menggunakan kapal butuh satu bulan, sambung dia, sekarang kita menggunakan pesawat hanya beberapa jam,” imbuhnya.
Ketiga, adanya relasi antar sesama di antara kita. Relasi antara manusia dengan manusia, dengan pendekatan yang adil dan ihsan. ”Pendekatan adil dan ihsan inilah bapak-ibu sekalian yang akan menjamin kehidupan kita ini,” tandasnya.
Mengutip dari Ibnu Taimiyah. Tamhid menjelaskan, jika suatu negeri dalam pemerintahannya memiliki jiwa-jiwa adil maka pastilah di negeri itu terjamin kehidupan penduduknya. ”Maka penduduknya akan menjadi penduduk yang bahagia,” jelasnya.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz, katanya, selalu menukil ayat dari surat an-Nahl yang sering dipakai di dalam akhir khutbah Jumat tentang keadilan. ”Innallah ya’muruna bil adli wal ihsan dan seterusnya, itu dijadikan pengingat untuk menjadi pedoman hidup kita,” terangnya.
Keempat, memahami bahwa hidup pasti ada ujian dari Allah swt. ”Agar kita bahagia kita harus memahami bahwa hidup di dunia ini tidak mulus-mulus saja, pasti banyak ujian dan cobaan maka itulah yang dirumuskan i’tila wal munafasah, ujian dan cobaan menjadi bagian dari hidup kita dengan memaknai bahwa itu untuk mengokohkan iman kita seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim tadi,” tegasnya.
Kelima, meyakini kehidupan setelah mati. Memahami suatu saat kematian akan datang dan ada kebangkitan dan kehidupan selanjutnya. ”Alaqotul mas’ulliyah, pertanggung jawaban kita kepada Allah, apapun yang panjenengan lakukan di dunia ini akan ditanyakan oleh Allah swt,” ujarnya.
”Jika lakukan 5 hal ini, yakinlah di akhirat kelak panjenengan semua, akan ditolong Allah swt, sesuai dengan doa kita rabbana aatina fiddunya khasanah wa fil akhiroti khasanah wa kina adzaba annaar,” ungkasnya menutup ceramah.
Penulis Muhammad Fajar Al Amin Editor Sugeng Purwanto