Lima Mimpi Besar Seorang Kader Muhammadiyah; Oleh Aji Damanuri Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tulungagung; Dosen IAIN Ponorogo.
PWMU.CO – Bagi saya, Muhammadiyah bukan hanya organisasi tetapi rumah tempat bernaung. Sudah banyak capaian berbagai bidang yang membanggakan yang diraih Muhammadiyah di usianya yang seabad ini. Namun sebagai seorang kader saya tetap memiliki beberapa impian besar sebagai wujud implementasi Islam berkemajuan.
Di antara kemajuan yang dicapai ada beberapa hal yang tampak konvensional, kalau tidak disebut tradisional, karena kalah maju dengan yang lain. Impian di kala tidur akan hilang begitu bangun, namun impian ketika terjaga menjadi sebuah cita-cita yang terus bisa dilakukan pada dunia nyata.
Pusat-pusat keunggulan tampak lahir dari rahim non-Muhammadiyah, seperti pusat studi al-Qur’an yang mengedepankan qiraah, tahfidh, tahhim, dan taf’il. Pusat keunggulan pendidikan, pusat ekonomi dan bisnis, banyak lahir dari aksi-aksi pribadi dan kelompok yang relatif baru. Meski baru namun mampu menggeser paradigma lama dan menjadi tradisi peradaban dunia baru khususnya bagi generasi milenial, generasi Z, generasi 5.0 yang telah melek teknologi sejak kelahirannya.
Lima Impian
Oleh karena itu saya memiliki beberapa impian bagi Muhammadiyah tercinta, sebuah aplikasi yang mudah, murah, nyaman, dan sederhana sesuai dengan bidangnya.
Pertama, dalam bidang keagamaan saya memimpikan Muhammadiyah memiliki satu aplikasi ibadah komprehensif yang praktis dan mudah, memuat semua aspek ibadah praktis yang dibutuhkan umat.
Ada tutorial ibadah mahdhah sesuai rukun Islam ala Manhaj Tarjih yang dilengkapi dasar rujukan yang telah di-tarjih, baik hadits maupun pendapat ulama dalam satu klik. Dilengkapi dengan aplikasi hisab menentukan arah kiblat dan waktu shalat. Meskipun sudah ada namun jika diterbitkan oleh Muhammadiyah, sebagai penggerak hisab, lebih mengena.
Juga ada aplikasi hitung zakat kontemporer dilengkapi dengan dalil dan pilihan bayar yang langsung terintegrasi dengan layanan bank. Saya pernah memiliki aplikasi yang didasarkan pada Fikih Zakat Yusuf Qardhawi, dan memimpikan Muhammadiyah memiliki hal yang lebih baik. Semua yang harus dikeluarkan zakatnya disertai dengan dalil yang melandasinya.
Saya juga bermimpi Muhammadiyah melahirkan para dai berkemajuan yang bukan saja menguasai berbagai kitab namun juga menyampaikan dengan segar dan mencerahkan. Tentu aplikasi yang baik itu mudah dioperasionalkan, berpenampilan menarik, dan tentu saja keren bagi generasi milenial sebagai kader masa depan.
Kedua, dalam bidang pendidikan saya juga bermimpi Muhammadiyah memiliki lembaga bimbel nasional yang mampu berdiri sejajar dengan Ruang Guru. Bisa saja dinamakan Ruang Kader yang diasuh oleh guru-guru profesional Muhammadiyah.
Bukan saja menyediakan bimbel ilmu-ilmu umum atau eksakta, namun juga ilmu al-Islam dan Kemuhammadiyah, dan pembelajaran al-Qur’an. Tentu nuansa Islam berkemajuan harus terlihat nyata sebagai wahana pembelajaran dan pengaderan.
Pendidikan Muhammadiyah tidak mundur hanya saja yang lain lari lebih cepat. Karenanya butuh akselerasi gerakan yang lebih cepat dan merata bagi semua lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Ketiga, dalam bidang ekonomi saya memimpikan Muhammadiyah menjadi pioner digital bussines organisasi keagamaan. Memiliki market place yang mampu bersaing dan berdiri sejajar dengan Shopee, Lazada, Bukalapak, Grap, Go Jek dan lain-lain.
Semua kader dan masyarakat umum bisa menikmati market place dengan baik dan terjamin etika bisnis islamnya. Selain market place juga memiliki lembaga ekspedisi yang kuat dengan memanfaatkan jaringan struktural sampai ke ranting dengan prinsip simbiosis mutualisme. Akhirnya terbentuk konglomerasi Muhammadiyah yang kuat secara sistem dan memiliki jiwa kedermawanan seperti Abu Bakar, Amr bin Ash, dan Usman bin Affan. Konon Amerika dikuasai oleh orang-orang Yahudi diaspora yang jumlahnya tidak lebih dari 2 persen penduduk karena menguasai ekonomi dan teknologi.
Baca sambungan di halaman 2: Mimpi tentang Laboratorium