Mimpi tentang Laboratorium
Keempat, saya memimpikan Muhammadiyah memiliki jejaring laboratorium nasional bahkan internasional. Bukan saja untuk menyokong perkembangan rumah sakit namun juga sebagai layanan masyarakat luas. Ketika anak saya makan-makanan yang meragukan dilihat dari halalan thayyibah dan meragukan dari sisi medis saya bisa membawa barang tersebut untuk diuji di laboratorium Muhammadiyah yang tersebar di pelosok nusantara.
Masyarakat bisa melakukan general check up rutin berkala sesuai tingkat kepentingannya dengan mudah, cepat, dan akurat. Mengubah mindset masyarakat bahwa ke laboratorium ketika sakit, namun mengantisipasi lebih awal sebelum terkena penyakit untuk diambil sikap yang tepat.
Kelima, saya memimpikan Muhammadiyah menguasai dunia informasi dan menjadi rujukan. Muhammadiyah memiliki buzzer positif yang membanjiri media sosial dengan konten-konten positif. Literasi digital keagamaan, sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, paling tidak selalu bertengger di permukaan Google, bukan terkubur di dasarnya karena kualitas dan kuantitasnya yang kurang.
Karena tidak mungkin kita melarang orang belajar lewat Google, maka harus dibanjiri dengan konten yang benar, apa lagi bidang keagamaan. Media-media onlineMuhammadiyah menjadi rujukan yang selalu dicari karena memberikan informasi yang akurat dan solutif bagi kehidupan.
Itulah beberapa mimpi yang sering hadir di benak dan otak saya. Tentu sebagai seorang kader saya tidak mungkin menuntut orang lain mewujudkan mimpi saya. Paling tidak saya mengajak para kader yang memiliki mimpi yang sama, atau yang belum untuk memiliki mimpi bersama atau menyempurnakan mimpi saya.
Saya selalu teringat penggalan lirik lagu Laskar Pelangi, “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya. Laskar pelangi takkan terikat waktu, bebaskan mimpimu di angkasa, warnai bintang di jiwa. Menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga, bersyukurlah pada Yang Kuasa Cinta kita di dunia, selamanya sinta kepada hidup memberikan senyuman abadi, walau hidup kadang tak adil tapi cinta lengkapi kita”.
Dunia ini tempat kita mewujudkan impian, dan Muhammadiyah menjadi lahan yang tepat untuk mewujudkannya. Saya selalu berdoa semoga kedepan mimpi saya terwujud di Muhammadiyah sebagai gerbong pengusung isu Islam berkemajuan untuk memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta. Boleh jadi mimpi saya sudah ada yang terwujud, namun saya belum tahu. Mohon maafkan saya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni