Kiai Ahmad Munir, Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Wafat

Kiai Ahmad Munir, Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Wafat (Istimewa/PWMU.CO)

Kiai Ahmad Munir, Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Wafat; Liputan Fathurrahim Syuhadi, kontributor PWMU.CO Lamongan

PWMU.COInnaalilahi wainnaailaihi raaji’uun. Telah berpulang ke haribaan Allah SWT KH Ahmad Munir bin Niswah binti Syarqowi bin M Shalih bin Muthmainnah binti Asiyah binti Kiai Harun bin K Qamaruddin, malam ini (Selasa 8/11/2022) pukul 21.50 WIB secara mendadak. Alamat beliau Jalan Niaga Utara Blimbing, Paciran, Lamongan.

Demikian bunyi chat WhatsApp di berbagai group yang mengabarkan wafatnya Kiai Ahmad Munir Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan Jawa Timur.

Sebagaimana dituturkan Drs Agus Thoha MSi—dosen STIT Muhammadiyah Paciran dan dosen FEB Umla Kampus Paciran—-Selasa (8/11/2022) kondisi Kiai Ahmad Munir sangat sehat. Dia masih melaksanakan tiga kegiatan yaini menghadiri wisuda di Umla, pelantikan rektor Umla, dan shalat gerhana bulan di Masjid Darussalam Blimbing Paciran

Agus Thoha .emeramgkan, pada saat berangkat dalam kondisi sangat fresh, kemudian sampai rumah Kiai Ahmad Munir mengeluh agak kecapekaan dan lemas. Memang mobilisasi kiai Ahmad Munir sangat padat di usianya yang ke-82 tahun.

“Mengajar, berdakwah dan berdagang itulah aktiivias beliau sehari harinya,” ungkap Agus Thoha

Riwayat Hidupnya

Ahmad Munir lahir di Desa Paciran, Kecamatan Paciran Lamongan 82 tahun lalu. Ia anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Abdurrahman bin H Anwar dan Niswah Binti Syarqowi. Adapun saudara Ahmad Munir yaitu Ymi Saroh dan Nur Hadi.

Dari perkawinan Ahmad Munir dengan Mufarrohah dikaruniai lima anak yakni Rahmad Jauhar, Ahmad Nubail, Nashir Akbar, Ahmad Dzahabi dan Hurriyatin. Salah satu putranya Ahmad Nubail menjadi Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki.

Sehari-hari aktivitas Ahmad Munir menjadi guru dan mengajar di lingkungan Pondok Modern Muhammadiyah Paciran. Juga menjadi dosen di SelolahTinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Paciran dan STIE Muhammadiyah Paciran (sekarang bergabung ke Universitas Muhammadiyah Lamongan alias Umla). Selain itu sehari-harinya adalah berdagang sembako bersama istrinya.

Kiai Ahmad Munir juga pernah menjadi Kepala MIM Paciran. Kemudian menjadi Kepala MTs Pondok Modern Muhammadiyah Paciran yang pertama. Saat ini masih menjabat sebagai anggota Badan Pengurus Haruan (BPH) STIT Muhammadiyah Paciran.

Baca sambungan di halaman 2: Aktivis Tulen

Kiai Ahmad Munir (kanan) foto nersama seusai pelantikan Rektor Umla, Selasa (8/11/2022) siang. Kiri Agus Thoha. (Istimewa/PWMU.CO)

Aktivis Tulen

Drs Moh Nadjih Bakar MSi sahabat seperjuangannya di Paciran, menjelaskan aktivitas Kiai Ahmad Munir di Persyarikatan Muhammadiyah sangat banyak. Sewaktu remaja ia sudah aktif di Bidang Dakwah Pimpinan Daerah (PD) IPM Lamongan tahun 1971-1975. Saat itu Moh Nadjih Bakar sebagai Sekretaris Umum PD IPM Lamongan.

Lebih lanjut, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan periode 1978-1995 ini menyaksikan Kiai Ahmad Munir aktif di Persyarikatan mulai dari tingkat ranting sampai pusat. Ia pernah menjadi Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Paciran, kemudian menjabat Sekretaris dan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Paciran. Bahkan dia cukup getol berdakwah lewat pendidikan dengan menjadi anhgoya Majelis Pendidikan dan Kebudayaan—kini Majelis Dikdasmen—baik di PCM Paciran maupun PDM Lamongan.

Kemudian Kiai Ahmad Munir pada periode 1995-2000 terpilih menjadi salah satu anggota PDM Lamongan. Sebelumnya ia dipercaya menjadi Ketua Majelis Tarjih PDM Lamongan pada periode Kiai Abdul Fatah dan pada periode Kiai Abdurrahman Syamsuri sempat menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Pendidikan dan Kebudayaan dan Wakil Ketua Majelis Tarjih

Di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, sejak periode 1995-2000 beberapa kali Kiai Ahmad Munir menjadi anggota Majelis Tarjih. Pada periode sekarang menjadi Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid.

Sedangkan di tingkat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai Ahmad Munir dipercaya menjadi anggota Majelis Tarjih dan Tajdid.

Kesan Orang Dekatnya

Dalam pandangan Agus Thoha sejawatnya di STIT Muhammadiyah Paciran Kiai Ahmad Munir dikenal sangat mudah bergaul. Pembawaannya kalem dan. lemah lembut. Hidupnya sangat sederhana dan tawadlu

“Dengan seluruh dosen, Kiai Ahmad Munir menjadi pusat curhatan teman teman dosen terkait hukum Islam. Beliau suka ngasih saran soal obat herbal jika temen dosen ada yang sakit,” ungkapnya

Lebih lanjut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Umla ini merasa kehilangan dengan wafatnya Kiai Ahmad Munir. “Beliau kiai yang kharis matik dan dalam ilmu agamanya, khusunya masalah tarjih,” katanya.

Sementara itu, Moh Nadjih Bakar muridnya saat kelas III PGA (Pendidikan Guru Agama) Muhammadiyah Paciran yang selanjutnya menjadi teman seperjuangan mengungkapkan Kiai Ahmad Munir merupakan guru yang sangat baik, familiar, dan kritis cuma nyantai

“Kia Ahmad Munir adalah pembelajar yang sangat baik. Beliau hanya sekolah di Madrasah Islam Paciran dan belajar secara otodidak dengan bimbingan pamannya yaitu KH M. Ridlwan Syarqawi,” kata Ketua PCM Paciran periode 2005-2010

Jenazah Kiai Ahmad Munir dimakamkan siang ini di makam keluarganya di Sidokumpul kelurahan Blimbing Paciran Lamongan. Sebelumnya, jenazah dishalatkan di Masjid Darussalam Blimbing dan Masjid At Taqwa Paciran. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version