Masjid Raya Cordoba
Awal pendirian Masjid Raya Cordoba sebagai masjid rintisan dibangun secara bertahap berdampingan dengan gereja San Vicente dengan membeli sebagian lahan gereja. Hingga 30 tahun kemudian pada tahun 786 Masjid Raya Cordoba dibangun secara besar-besaran setelah pihak gereja merelakan puing-puingnya dibeli oleh amir Andalusia. Uang dinar emas sebesar 100.000 sebagai harga yang disepakati oleh Amir Andalusia dengan pihak eksGereja San Vicente.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Cordoba menjadi pusat peradaban “baru” untuk memperbaiki tanah air bangsa Vandal yang masih terbelakang. Islam bisa diterima bahkan mengakar di Andalusia karena menyajikan alternatif yang lebih sehat pada masyarakat yang terjebak dalam sistem sosial yang koruptif serta mengalami dekadensi moral.
Sebagai sumber hikmah murni dan ilmu pengetahuan, Cordoba berusaha sekuat tenaga menjadikan masyarakat Andalusia bebas dari buta huruf. Jose McCabe dalam bukunya The Moorish Civilization in Spain menuliskan sebuah aib jika ada petani Muslim tidak bisa membaca dan menulis, sementara di jaman yang sama, raja-raja Eropa tidak mampu menulis nama mereka sendiri. Selanjutnya bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis yang dihasilkan masyarakat Andalusia, melainkan ilmu-ilmu pengetahuan modern.
Ilmu kedokteran, astronomi, teknologi, pertanian dan lain-lain sebagai hasil silaturahmi dengan peradaban Islam lainnya di Baghdad atau dengan peradaban Kristen Katolik di Yunani dan Romawi. Ilmu-ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi yang masih berupa filosofi atau pengetahuan dasar disempurnakan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim baik di Baghdad maupun Cordoba.
Ilmuwan-ilmuwan muslim ternama Andalusia antara lain Abu Qasim al-Zahrawi bidang kedokteran bedah, Abbas bin Firnas bidang teknologi penerbangan, Abu Marwan bin Zuhr bidang ilmu penyakit, Asy-Syarif al-Idrisi ilmuwan bidang geografi, Ibnu Rusyd bidang filsafat dan masih banyak lagi.
Baca sambungan di halaman 3: Perkembangan Ilmu Al-Quran
Discussion about this post