PWMU.CO– Tarikan politik Pemilu 2024 menjadi ujian bagi pimpinan baru Muhammadiyah hasil muktamar di Surakarta.
Demikian pernyataan M. Din Syamsuddin yang diterima PWMU.CO, Senin (21/11/2022).
Din mengatakan, kepemimpinan pusat Muhammadiyah seperiode ke depan menghadapi tantangan berat terutama dengan agenda demokrasi Indonesia pada 2024.
“Walaupun sudah ada Khittah Politik bahwa Muhammadiyah tidak memiliki hubungan struktural-organisatoris serta tidak berafiliasi dengan partai politik manapun, namun terhadap tarikan politik yang kuat dari berbagai kelompok kepentingan politik, tiadalah mudah bagi Muhammadiyah untuk berkelit,” kata Din yang menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015.
Dalam kaitan itulah, sambung Din, kepemimpinan Muhammadiyah dituntut untuk beristiqamah. Menurut dia, pendekatan terakhir untuk menjaga kedekatan yang sama (keep close) dengan berbagai kekuatan politik belumlah cukup.
”Pendekatan itu masih perlu diikat dengan keteguhan pada prinsip untuk menjalankan politik tinggi. Setinggi-tinggi siasat, sedalam-dalam akidah,” tandasnya.
Din percaya tantangan itu bisa dihadapi pimpinan baru ini. ”Alhamdulillah Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah telah berlangsung lancar secara bermarwah dan bermartabat menghasilkan keputusan-keputusan yang bernas untuk kemajuan organisasi pada masa mendatang,” tutur Din yang sekarang jadi Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu Jakarta.
Dia menyebutkan, terpilihnya 13 anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah merupakan hasil maksimal yang bisa diisepakati 2.558 muktamirun.
”Walaupun masih banyak wajah lama, tapi komposisi Tim 13 secara relatif menampilkan keseimbangan antara yang lama dan yang baru, yang tua dan yang muda,” ujarnya.
Menurut dia, secara khusus terpilihnya Prof Dr Haedar Nashir MSi dan Prof Dr Abdul Mu’ti MEd sebagai ketua umum dan sekretaris umum juga merupakan kesepakatan ideal.
”Keduanya telah berhasil pada periode lalu memajukan Persyarikatan Muhammadiyah. Kini ditantang untuk semakin memajukannya lagi,” katanya.
Penilaian Din, keduanya mumpuni dan serasi untuk menjadi pilot dan co-pilot pesawat besar Muhammadiyah untuk terbang memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta.
Yang penting selain itu adalah komposisi PP Muhammadiyah harus memungkinkan gerak organisasi lebih dinamis, responsif, dan progresif berkemajuan.
Bagi segenap warga Muhammadiyah, kata dia, untuk menyatakan sami’na wa atho’na dan siap mendukung dan membantu pucuk pimpinan organisasi sambil mengawal dan mengawasinya mengemban amanat.
Soal penambahan anggota PP, menurut Din, walaupun pesan dari Anggaran Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah tidak wajib, namun karena sudah menjadi kebijakan selama beberapa periode terakhir, dan mempertimbangkan tantangan luaran yang semakin besar dan berat maka penambahan enam orang, tidak lebih dari seperdua yang dipilih, perlu dan penting.
”Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk itu perlu mempertimbangkan darah-darah segar baik yang sudah masuk jajaran 39 atau dari luar. Selain kader-kader muda, juga perlu diperhatikan para tokoh perempuan,” tandasnya.
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post