Tanda-Tanda Orang Bahagia Dikaji Pengajian Ahad Pagi Al Manar; Liputan Ismini, kontributor PWMU.CO Ponorogo.
PWMU.CO – Seperti Ahad-Ahad biasanya, sebelum pukul 06.00 WIB, Ahad (11/12/22), halaman Masjid Al-Manar yang letaknya satu kompleks dengan Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) sudah dipadati oleh ribuan jamaah yang mengikuti Pengajian Ahad Pagi.
Pengajian yang mengusung tema “Merawat Cinta Kasih dalam Berumah Tangga” ini menghadirkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Dr Moh. Sulthon Amien MM sebagai penceramah.
Tidak seperti biasanya, ada yang menarik ketika Pengajian Ahad Pagi berlangsung. Jamaah yang hadir telah mempersiapkan kertas dan bolpoin. Di gerbang pun panitia juga telah menyediakan dua alat itu untuk mengantisipasi jamaah yang tidak membawanya.
Ternyata, Sulthon dalam ceramahnya meminta jamaah untuk menulis bagaimana tanda-tanda orang bahagia. Bukan tanpa alasan ia meminta jamaah melakukan itu. Hal itu sebagai bahan review tentang kehidupan, yang kemudian dijadikan bahan ceramah di pagi itu.
Penceramah asal Surabaya tersebut lalu mengawalinya dengan membaca al-Quran Surat ar-Rum ayat 21 beserta terjemahannya.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Tanda-Tanda Orang Bahagia
Dari ayat tersebut, ia menekankan pentingnya merawat cinta dalam keluarga. Bentuk cinta tersebut ditandai dengan kebahagiaan. “Orang yang bahagia itu ada tanda-tandanya, dan ini sangat bisa terlihat yakni tabassumuka fi wajhi akhika. Senyummu di hadapan saudaramu.
Menurutnya tanda bahagia paling mudah dilihat adalah, pertama, dengan tersenyum, di mana itu merupakan sedekah paling ringan dan mudah untuk menghilangkan ketegangan. Ia juga meminta jamaah serentak menengok ke arah kanan kemudian berbalik ke belakang untuk sama-sama tersenyum melihat saudaranya.
“Semua harus tersenyum melihat saudaranya yang di belakang. Jika belum senyum maka nanti akan tetap di sini,” candanya di sela ceramah. Tanda ini, lanjutnya harus dijadikan kebiasaan agar kita benar-benar bisa bahagia.
Tanda kedua adalah memanggil dengan panggilan yang baik, seperti tidak malu untuk mengucap atau memanggil ‘sayang’ kepada pasangan, panggilan yang baik kepada anak, dan lain-lain. Menurutnya sangat penting untuk merawat kasih sayang dalam berumah tangga meskipun usia tidak muda lagi.
“Panggilan baik itu diajarkan dalam agama kita, maka dari itu biasanya orang-orang parenting memanggil anaknya selalu dengan panggilan yang baik, seperti anak pintar, anak cantik, anak shalih. Itu agar menjadi doa untuk anaknya,” tambahnya.
Pengajian diakhiri dengan kalimat Arab liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalā. Allah sedang menguji siapa di antara kita yang baik amalnya.
“Bahagia tidak harus memiliki rumah magrong-magrong (megah) dan jabatan tinggi. Namun dunia ini adalah penjara bagi orang Mukmin, tempat untuk meningkatkan skill menuju surga-Nya,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post