Tips Bikin Anak Semangat Ibadah meski Ibu Lagi Berhalangan; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Bagaimana cara anak tetap semangat beribadah meski melihat ibunya sedang tidak shalat karena berhalangan?
Anisa–salah satu peserta Kajian Parenting SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jawa Timur, ibunda Aisyah Trimesa Afandi kelas II Crissan–mengungkap betapa dirinya telah berusaha menjadi contoh yang baik untuk anaknya dengan mengajak shalat berjamaah.
“Anak saya perempuan. Ada saatnya saya tidak bisa beribadah karena berhalangan, saat itu anak saya jadi kayak malas,” ujarnya. Padahal dia sudah menyemangati, “Ayo, kakak shalat dulu.” Tapi kadang sang anak mengucap, “Mama juga enggak shalat gitu.”
Kata Erlan Iskandar ST–sang narasumber tunggal–yang harus orangtua pahami, landasan ibadah ialah rasa cinta kepada Allah. “Kata para ulama, mahabatullah (rasa cinta pada Allah) itulah landasan dalam beribadah. Buat anak beribadah karena ingin dicintai dan disayang oleh Allah,” tutur Ketua Yayasan Anak Muslim Ceria itu.
Sebaliknya, jangan kondisikan anak beribadah karena takut dihukum, dipaksa, dan lain sebagainya. “Kalau mahabbatullah ini sudah terbentuk maka kita akan lebih mudah mengingatkan anak,” terangnya di Aston Inn GKB, Jumat (2/12/2022) siang.
Misal anak bilang tidak mau shalat, kata Kak Erlan, orangtua bisa mengingatkan, “Mau disayang Allah nggak? Kalau mau, ayo shalat!”
Rasa cinta pada Allah menurutnya memang harus terus-menerus dipupuk dan ditanamkan dalam diri anak.
Akhlak Anak Penurut
Kemudian, Erlan menjawab pertanyaan berikutnya, “Anak pertama nurut-nurut saja, anak yang kedua kok tidak?” Padahal disekolahkan di sekolah yang sama.
Dia lantas memastikan terlebih dahulu, berapa usia anak kedua. Setelah tahu usianya kelas V, Erlan mengungkap ada banyak faktor-faktor penyebab yang membuat anak suka membantah apa yang orangtua perintahkan kepadanya.
Pertama, bisa jadi anak membantah gara-gara memang itu karakter di fase tumbuh kembang usianya. Syekh Ahmad Nasir Athoyar di dalam kitabnya Kaifatul Robbi Abnaaka menyebutkan, di antara karakter anak ada fase karakter anak kecil.
“Pada umumnya mereka punya karakter yang namanya al-inad, artinya keras kepala. Susah diberi tahu,” ungkap Ketua Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA) Yogyakarta itu.
Kedua, anak berbuat seperti itu karena melihat dari lingkungan sekitarnya. “Mereka belajar dari apa yang mereka lihat. Mereka perbuat dari apa yang mereka dapat. Maka yang harus ditanya terlebih dahulu, bagaimana Ibu terhadap ayah atau bagaimana ayah kalau dibilangin sama Ibu?” ujar Erlan di hadapan wali siswa SD Mugeb kelas I-VI.
Kadang-kadang, lanjutnya, anak sering melihat perseruan antara ayah dan ibunya. Bisa pula mencontoh dari tontonan dan tayangan-tayangan tv sehingga bisa berpengaruh pada kepribadian anak. “Gara-gara nonton sinetron, anak ikut-ikutan melawan orangtua,” contoh Koordinator www.muslimah.or.id ini.
Erlan menegaskan, akhlak adalah karunia Allah SWT. “Oleh karenanya, para ulama mengatakan, sesungguhnya akhlak merupakan karunia (pemberian). Maka kalau pengin anak kita berakhlak mulia, berarti banyak-banyak doakan,” tuturnya.
Dia juga mengingatkan agar orangtua saat di depan anak jangan sampai terlalu sering membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan lainnya. “Karena khawatir ini yang justru malah menjadi kesempatan untuk semakin berpaling dari track fitrahnya yang lurus. Ah, sudahlah aku selalu kalah kok sama kakakku itu. Kakakku nurut. Aku mendingan jadi anak yang bandel aja,” jelas alumnus Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta itu.
“Tetap anggap anak kita spesial dan banyak-banyak doakan kepada Allah SWT. Yang penting kita konsisten saja meresponnya karena konsistensi orangtua itu akan berdampak pada kematangan konsep diri anak. Jadi ibu terus berjuang. Semoga Allah mudahkan,” ujarnya mengakhiri. (*)
Discussion about this post