Dakwah Muhammadiyah Menggembirakan atau Menyeramkan? Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah 2005-2015 Prof M Din Syamsuddin MA PhD membahas dakwah menggembirakan, Ahad (25/12/2022).
Prof Din, sapaannya, menyampaikan pada Pengajian Ahad Pagi di halaman Masjid al-Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Kata dia, dakwah menggembirakan termasuk istilah khas Muhammadiyah. “Penggembira bergembira, dakwahnya pun harus menggembirakan!” terangnya.
Usai mengetahui jawaban jamaah yang hadir pagi itu lebih banyak penggembira daripada peserta, Prof Din mengungkap memang sebenarnya semua sama-sama punya niat berjuang di jalan Allah. “Oleh karena itu sama-sama berpeluang mendapat pahala dan ridha Allah SWT,” tutur Prof Din.
Prof Din mengingatkan, “Saya sering katakan kita bermuhammadiyah untuk mencari ridha Allah SWT. Tahun 1991, ketika saya menyelesaikan program doktor di UCLA, promotor saya dalam menulis disertasi seorang profesor besar beragama Yahudi, pernah menjadi promotor Amin Rais. Beliau tahu saya aktivis Muhammadiyah. Jadi Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah.”
Sang promotor lantas bertanya, “Apa yang membawa banyak jutaan manusia bergabung dengan Muhammadiyah di Indonesia? Dulu 30 juta orang, sekarang estimasi 50 juta.”
Hujan-hujanan ke Tabligh
Saat Prof Din menjawab untuk mencari ridha Allah, promotornya geleng-geleng kepala tak percaya. “Tidak mungkin datang ke tabligh berpanas-panasan,” ujarnya menirukan ucapan sang promotor, lalu menambahkan, “Atau seperti sekarang (hujan-hujanan),” ucapnya disambut tawa jamaah.
Sejak awal kajian, gerimis memang sudah mengguyur mereka, lalu rintiknya semakin deras menjelang akhir kajian. Sebagian jamaah yang tidak kebagian tenda maupun tempat lesehan di pelataran masjid pun rela berdiri sambil memakai payung.
Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) itu menguatkan, “Hujan ini barakah untuk menyambut PWM Jatim yang baru.”
“Sering Jatim kalau ada tabligh akbar, di depan saya ada truk ibu-ibu berkerudung kuning. Inilah kita bermuhammadiyah, tidak ada tujuan atau niat selain semata-mata mencari ridha Allah. Maka keikhlasan adalah dasar kita bermuhammadiyah,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Prof Din menanyakan, “Apakah dakwah Muhammadiyah menggembirakan atau menyeramkan?” Sebab dia tahu di luar sana berseliweran komentar, “Banyak orang Muhammadiyah dakwahnya keras. Sedikit-sedikit tahayul, bid’ah, dan khurafat (TBC).”
Kata Ketua PRM Pondok Labu Jakarta itu, “Jika kamu berkeras hati, merasa menang sendiri, maka banyak orang akan lari dari sekelilingmu. Dakwah kita harus menggembirakan!”
Adapun penggembira dan pemberi peringatan itu sifat Rasulullah SAW. Dalam ayat al-Quran Allah berfirman, “Sesungguhnya kami telah mengutuskan wahai Nabi, sebagai pemberi kesaksian pembuktian, pemberi kabar gembira!”
Secara sederhana, kata Prof Din, tiga karakter itu telah a-Quran nyatakan. “Kita harus menjadi syahidan. Gak bisa menjadi pemberi peringatan kalau belum tampil sebagai pemberi bukti,” terangnya untuk karakter pertama.
Pembukti dan Pemberi Kabar Gembira
Kedua, jadisyuhada (bukti). “Dakwah harus dimulai dari diri sendiri,” imbau Prof Din.
Baru setelah itu, ketiga, jadi dai dengan izin Allah. “Merujuk wahyu Allah, sunnah Rasulullah. Tidak putus bertahajud bermunajat kepada Allah. Mengahdirkan Allah dalam dakwah, baru kita menjadi pelita cahaya yang mencerahkan!” ungkapnya.
Menurut Prof Din, tiga itulah yang menjadi bekal semuanya untuk meneruskan dakwah Islamiyah yang menggembirakan.
“Sebenarnya membasmi TBC itu penting. Tidak dapat dibayangkan umat Islam berada seperti sekarang ini kalau tidak ada Muhammadiyah. Karena sering diikuti sinkretisme (Pencampuan budaya sebelum Islam), sementara dakwah Islam belum lengkap tuntas,” ujar suami Rashda Diana itu.
Prof Din tak bisa membayangkan kalau tidak ada gerakan seperti Muhammadiyah yang mengoreksinya. Dia berharap Muhammadiyah ke depan meneruskan dakwahnya.
“Alhamdulillah misi utama umat mengajak kepada kebaikan lewat layanan pendidikan, kesehatan, sosial, dan pemberdayaan ekonomi. Baru yang kedua amar makruf nahi munkar. Ini dua syarat meraih kemenangan! Kadang yang kedua ini kurang dilaksanakan Muhammadiyah,” tutupnya. (*)
Discussion about this post