Agar Menulis Berita Kebaikan Tak Terjerumus Riya

Rokok, Tuhan 9 Senti dan Hilangnya Adab, tenungan di Hari tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei 2021 oleh M. Anwar Djaelani, pegiat Islam tinggal di Sidoarjo.
M. Anwar Djaelani: Agar Menulis Berita Kebaikan Tak Terjerumus Riya (Sketsa foto Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Agar Menulis Berita Kebaikan Tak Terjerumus Riya; Oleh M. Anwar Djaelani, penulis sepuluh buku termasuk Terampil Jurnalistik Tampil Simpatik

PWMU.CO – Berita adalah laporan atas sebuah peristiwa, terkait dengan fakta dan datanya. Hal yang dilaporkan mencakup 5W+1H, yaitu: what (apa yang terjadi), when (kapan terjadinya), where (di mana terjadinya), who (siapa pelaku/yang terlibat), why (mengapa hal itu terjadi), dan how (bagaimana proses terjadinya).

Hal yang kita laporkan merupakan fakta dari peristiwa yang benilai berita. Termasuk bernilai berita jika peristiwa yang dimaksud memenuhi unsur; aktual, faktual, penting, dan menarik.

Prinsip penulisan berita adalah: Pertama, mendahulukan fakta terpenting. Dalam hal penulisannya, dikenal dengan pendekatan model piramida terbalik. Kedua, tidak mencampurkan fakta dengan opini. Ketiga, berimbang (balance, covering both side).

Pedoman umum menulis berita, selain yang telah disebut di atas:

Tulis, Beritakanlah!

Menulislah berita, jangan ragu-ragu. Tulislah, sebab dengan pembiasaan, menulis berita itu semudah bercerita di keseharian kita. Jika ada bedanya, hanya karena berita yang kita tulis harus memuat unsur 5W+1H. 

Tampillah simpatik, tulislah berita! Kabarkan kebaikan di sekitar kita. Semoga dengan cara itu, akan semakin banyak orang yang tergerak untuk membuat kebaikan dalam berbagai skala kehidupan. 

Aktivitas mana yang bita kita beritakan? Banyak, asal kita aktif melakukan berbagai kegiatan yang berada pada bingkai amal shalih. 

Berikut ini, sekadar contoh. Suatu saat Anda menghadiri seminar “Menjadi Orangtua Inspiratif”. Pembicaranya, seorang pakar keayahbundaan yang terkenal. Catatlah, terutama bagian-bagian penting seminar itu. Lalu, segera setelah itu, tulisah berita tentang aktivitas Anda itu. Jangan lupa “rumus” 5W+1H.

Selanjutnya, ini contoh yang lain. Suatu ketika Anda mengikuti pelatihan kepenulisan. Hadir sebagai pelatih, seorang penulis nasional yang terbilang lengkap kecakapannya. Dibilang lengkap, karena dia aktif menulis artikel di berbagai media dan telah menulis puluhan buku. Sama, catatlah bagian-bagian penting pelatihan itu. Kemudian, segera setelah itu, tulisah berita terkait kegiatan Anda itu. Tentu, dengan berpedoman pada kaidah penulisan berita.

Kemudian, satu contoh lagi. Suatu waktu, Anda menjadi salah seorang relawan yang sedang menyampaikan amanah bantuan kemanusiaan di sebuah daerah bencana. Tulislah berita tentang itu. Jika saat menulis Anda tak lupa dengan hal-hal yang harus dipenuhi agar layak disebut berita, insya Allah tulisan Anda akan bisa menggugah siapapun yang membacanya.  

Agar Tak Riya

Sungguh, di sekitar kita, terdapat banyak bahan untuk bisa kita beritakan. Maka, tulislah! Kabarkan kebaikan kepada dunia!

Mengabarkan kebaikan? Apa tidak khawatir tergelincir kepada sikap riya’, sesuatu yang dilarang agama? 

Atas adanya kekhawatiran itu, bersyukurlah, bahwa masih ada alarm yang berfungsi normal di diri kita. Selanjutnya, atas hal itu, kita memang harus berhati-hati.

Pertama, tata niat dengan sebaik-baiknya. Bahwa di saat kita menulis berita dan mempublikasikannya, itu semua dalam rangka berbagi semangat “berlomba-lomba dalam kebaikan”. Itu semua, semata-mata untuk meraih ridha Allah. Kedua, hal yang kita beritakan faktual, tidak dilebih-lebihkan.

Mari, tampillah simpatik! Tulislah berita, sebarkan kabar kebaikan di sekitar kita. Semoga dengan cara itu, akan semakin banyak orang-orang baik di bumi ini. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version