Dua Pekan Pembiasaan Shalat di Masjid, Siswa SD Mugeb Tertib; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – “Saya senang banget lihat siswa SD Mugeb ini sudah sangat tertib. Mohon dipertahankan. Mencetak ahli matematika itu biasa, mencetak ratusan kader berakhlak itu luar biasa dan SD Mugeb bisa. SD Mugeb is the best!”
Demikian bisik Muhammad Adekha, warga yang tinggal di sekitar sekolah dan ikut berjamaah di Majsid Al-Khoory Kampus Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) KH Faqih Oesman, kepada Syaiful Rizal SPdI yang duduk di shaf belakang putra, Kamis (12/1/2023) usai shalat dhuhur.
Pembiasaan shalat berjamaah Dhuhur dan Ashar di Masjid bagi siswa kelas V dan VI SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik sudah berjalan dua pekan. Yakni mulai semester II tahun pelajaran 2022-2023 ini.
Sejak pukul 11.15 WIB, siswa mulai berwudhu di sekolah. Berselang sepuluh menit, mereka berbaris di lapangan timur. Tepat pukul 11.30 WIB, mereka berjalan bersama menuju masjid. Mereka kembali berbaris dalam satu banjar lalu berjalan ke sekolah dengan tertib pukul 12.05 WIB.
Kepala SD Mugeb Mochammad Nor Qomari SSi menyatakan, tujuan program pembiasaan ini agar para siswa sekolah ramah anak itu semakin cinta masjid. Ini tak terlepas dari tim Pembinaan dan Pembiasaan Karakter SD Mugeb mengajak siswa simulasi.
Simulasi digelar selama empat hari, Senin-Kamis (2-5/1/2023), setiap pukul 9.30-11.15 WIB. Selama pekan simulasi itu, siswa mendapat materi adab, wudhu, bacaan dan gerakan shalat, serta dzikir dan doa sesudah shalat.
Adab Menuju dan di Dalam Masjid
Pada hari pertama, Selasa (3/1/2023), Wakil Kepala Sekolah bidang Pembiasaan dan Pembinaan Karakter (PPK) Nur Hamidah SPd menerangkan adab berjalan menuju masjid. “Seorang muslim berjalan dengan tenang, tidak terlalu lambat atau bermalas-malasan, juga tidak terlalu cepat. Fokus jaga pandangan ke jalan dan menjaga kesantunan,” jelasnya.
Mida, sapaannya, mengutip sabda Rasulullah SAW, “Terlalu cepat berjalan bisa menghilangkan keindahan orang mukmin.”
Tidak mendahului orangtua juga dia sampaikan. “Kita hormati orangtua dengan tidak mendahului tanpa izin. Kalau ingin mendahului, sebaiknya bilang permisi ya, Nak!” tuturnya.
Pesan selanjutnya, tidak berjalan sambil makan meski cuma makanan ringan. “Makanan sebaiknya dikunyah dan ditelan, baru berjalan ke masjid,” imbuh ibu dua anak itu.
Dia juga mengimbau agar para siswa berangkat ke masjid dalam keadaan telah berwudhu. Katanya, “Buang air kecil dulu agar nanti tidak wudhu lagi, tidak izin-izin ke kamar mandi ketika di masjid. Manfaatkan waktu di masjid untuk berdzikir dan berdoa.”
Karena hendak menghadap Allah SWT (shalat), Mida juga mengimbau agar siswa merapikan seragam yang dikenakan. “Gunakan pakaian yang layak!” tuturnya di lantai 1 masjid itu.
Kalau sudah sampai masjid, lanjutnya, letakkan sandal dengan rapi. “Posisi sandal menghadap ke luar! Lalu masuk masjid dengan mendahulukan kaki apa?” tanya dia yang langsung bersambut dengan jawaban kaki kanan.
Dalam kesempatan itu mereka juga menghafal doa ketika hendak masuk dan keluar masjid. Kemudian, pada hari yang sama, siswa kelas V dan VI menyimak adab di dalam masjid. Yaitu menuju shaf paling depan, shalat tahiyatul masjid sebelum duduk, menjaga ucapan dari berteriak atau membuat gaduh di dalam masjid, merapikan dan meluruskan shaf, berdzikir, tidak melewati depan orang yang shalat, dan menjaga kebersihan masjid.
Evaluasi dan Simulasi
Pada hari kedua, Rabu (4/1/2023), Mida lanjut mengevaluasi sikap siswa mulai dari berjalan menuju masjid sampai kembalinya ke sekolah penggerak tahap I itu.
“Ustadzah masih mendengar ada 1 anak yang berteriak, 1 anak yang membawa mainan ke masjid, 3 anak yang goyang-goyang ketika rukuk, dan ada 4 anak yang tidak shalat sunnah. Yang terlambat hadir ada 8 anak,” urainya.
Dia lantas mengingatkan apa saja hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan sesuai adab dalam Islam. “Jika sudah selesai shalat sunnah dan belum masuk waktu iqamah, maka bisa digunakan untuk berdzikir,” tuturnya.
Dia menambahkan, “Langsung isi shaf kosong ketika shalat berjamaah. Tidak perlu memindahkan atau menggeser sajadah.”
Di akhir pemaparannya, Mida menegaskan, “Di mana pun kalian berada, jadi apa pun kalian, setinggi apa pun cita-cita kalian, jadilah anak yang hatinya selalu tertaut dan dekat dengan masjid. Boleh jadi bupati, presiden, guru, arsitek tapi jadikan al-Quran sebagai landasan melakukan semua hal!”
Kemudian, mereka mulai simulasi mulai dari masuk masjid. Dua ustadzah berjaga di masing-masing pintu masuk putra (sebelah kanan) dan putri (sebelah kiri). Mereka memastikan siswa memahami langkah kaki yang didahulukan beserta doanya.
Ketika simulasi keluar masjid, siswa juga langsung praktik keluar dengan rapi. Mereka berbaris dari shaf paling belakang, kemudian mengular diikuti shaf depannya.
Simulasi wudhu juga dilakukan bersama-sama. Mereka berjajar membentuk setengah lingkaran. Lalu praktik wudhu dengan bimbingan guru Ismubaqu Syaiful Rizal SPdI. (*)
Discussion about this post