
Mahasiswa Afghanistan Ini Bicara Dinamika Muslim di Negaranya, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Lely Badriyah
PWMU.CO – Kajian Muslimah (Kalimah) SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik, Jawa Timur kali ini berbeda dengan sebelumnya. Kali ini kedatangan tamu mahasiswi jurusan Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Malalai Ahmadzai, Jumat (27/01/23).
Kegiatan yang digelar di di Andalusia Hall, Mala, sapaan akrabnya mengisi Kalimah ditemani moderator siswi kelas IX International Class Program (ICP) Karina Athandini.
“Please come join Mis Mala,” terang Karina pada peserta siswa putri kelas VII-IX ini.
Dalam Kalimah ini tema yang diangkat adalah Mengenai Dinamika Muslim di Afghanistan. Mala yang sangat lancar berbahasa Indonesia menyampaikan di Afghanistan mayoritas penduduknya adalah umat islam yang menganut Mahzab Hanafi.
“Hal ini menyebabkan dominan di sana berbeda dengan umat muslim di Indonesia,” ujarnya.
Dia memaparkan masyarakat muslim di Indonesia sangat berbeda dengan di Afghanistan, terutama perempuan. Di Indonesia sangat beruntung sekali bisa ke mana-mana, bisa menuntut ilmu tanpa ada peraturan.
“Kalau di sana (Afghanistan), perempuan jarang ada yang keluar rumah. Kalaupun keluar rumah harus dengan mahromnya. Untuk shalat pun saya lihat di sini perempuan boleh ke masjid, di sana shalat Ied saja hanya boleh di rumah, yang di masjid yaitu laki-laki,” terangnya.
Pendidikan di Afghanistan
Mala menyelaskan setelah kelompok Taliban menguasai di Afghanistan, kondisi semua masyarakar dibatasi oleh banyak peraturan. Salah satunya melarang anak-anak perempuan sekolah tinggi.
“Hanya diizinkan sampai SD saja. Bersyukurlah kalian di Indonesia semua anak-anak bisa sekolah SMP sekarang dan kalian dapat mengejar cita-cita kalian. Sedangkan anak-anak di Afghanistan pendidikannya sangat rendah karena dilarang untuk sekolah lebih lanjut,” tuturnya.
Dia menyampaikan kondisi seperti itu juga dialami oleh adik Mala yang ada di Afghanistan. Dia tidak bisa kuliah lagi. “Beruntungnya saya bisa menempuh pendidikn jauh-jauh ke Indonesia dengan mengikuti program beasiswa.”
Kesempatan ini, tegasnya, harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga beradaptasi dengan muslim di sini dan tentunya bisa menempuh pendidikan di Indonesia. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post