Seminar Orangtua Kreatif Ini Bahas Neuroparenting, liputan Riska Oktaviana, Kontributor PWMU.CO Surabaya.
PWMU.CO – Komite Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Baratajaya Surabaya menggelar Seminar Orangtua Kreatif 2023 bertema Menggali Emosi Meningkatkan Potensi Anak.
Menghadirkan narasumber dr Amir Zuhdi, acara digelar di Gedung Nusantara I Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia) Surabaya, Sabtu (28/1/2023).
Dokter lulusan Universitas Sam Ratulangi Manado ini menyampaikan neuroparenting atau pola asuh berbasis kinerja otak.
Di awal penyampaian materi, dr Amir mengatakan, ada empat macam dinamika emosi yang merupakan suatu bentuk perubahan emosi yang dinamis. “Empat dinamika emosi itu ialah menggali emosi, cakap emosi, menggali potensi meraih prestasi, dan menjadi pelatih emosi,” katanya.
Ia menambahkan, melatih anak-anak cakap emosi itu sebenarnya yaitu dengan mengenali, mengelola, meraba rasakan. “Tapi emosi ini tidak sekadar konsep. Kita tidak bisa belajar emosi hanya sekadar teori saja tapi harus praktik. Harus ada emosi experience-nya atau pengalamannya,” ucapnya.
Menurutnya, banyak orang sulit mengelola emosi karena salah satunya tidak ada pengalaman mengelola emosi itu.
Founder Neuroparenting Indonesia ini memberikan salah satu contoh mengasuh anak dengan kekerasan atau tempramental. “Kalau kita mengasuh anak-anak di usia 0-7 tahun dengan pola asuh temperamental hampir bisa dipastikan ketika remaja anak menjadi temperamental,” ujarnya.
Ketika anak-anak usia 0-7 tahun, lanjut dia, akan menjadikan pengalaman emosi ini menjadi bahan pembentukan pola pikir anak, kelak anak itu saat usia remaja akan seperti ini.
“Ini riset Lisa Friedman Barrett di buku How to Emoticons are Made. Pada 0-7 tahun nasihatnya dari riset beliau adalah asuhlah anak itu dengan bahagia. Karena emosi yang terjadi di usia itu akan membangun pembentukan pola pikir anak tersebut. Kelak ketika remaja pola pikir itu dipakai,” kutipnya.
Dua Otak
Dokter kelahiran Ngawi, Jawa Timur ini mengatakan, otak kita itu ada dua. “Ada dua belahan otak bukan dua otak, yaitu otak belahan kanan dan otak belahan kiri. Ada otak bagian dalam dan bagian luar,” katanya.
Dia melanjutkan, fungsi dominan otak dalam (sub-cortical region) berhubungan emosi dan gerak. “Sedangkan otak luar (cortical region) fungsinya berhubungan dengan pikiran, bahasa dan sosial,” jelasnya.
Founder Amir Zuhdi Brain Institute (AZBI) ini menjelaskan, cara kerja otak ketika kita berpikir itu otak luar mengendalikan otak dalam. “Contoh, kalau kita lagi kebawa perasaan atau baper itu berarti otak dalam mengendalikan otak luar,” terangnya.
Menurutnya, di otak manusia itu ada otak binatang yang menempel di manusia. “Ada yang namanya batang otak dan otak kecil itu juga ada di kadal, emosi di harimau ada, jadi ada otak binatang yang rata-rata menempati otak bagian dalam manusia yang dominan emosi,” katanya.
Yang membedakan manusia dan bukan manusia, lanjut dia, itu ada di otak bagian luar. Tempatnya di belakang dahi kita. “Di belakang dahi ada bagian otak yang spesial pada manusia, lobus frontalis dua per tiganya berubah lekukannya menjadi sebuah otak hebat yang spesial disebut Prefrontal korteks,” ucapnya.
Selanjutnya, di otak prefrontal korteks itulah membuat manusia menjadi manusia. “Manusia mengenali tuhannya dan nilai-nilai, bisa membuat pilihan-pilihan, serta bisa membuat perencanaan. Ini yang membuat manusia jadi manusia,” tutupnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni