
Saat Benar Salah Berbalut Kabut; Liputan Moh. Ernam, Kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jawa Timur, menggelar Synergy Building untuk kelas XII di Blessing Hills, Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (2/2/2023).
Sat itu kabut tiba-tiba datang dan menyelimuti seluruh peserta. Jarak pandang menjadi samar dan terbatas. “Ini malah membuat anak-anak senang karena kejadian tidak biasa di Sidoarjo”, terang Naimul Hajar.
Pria yang menjadi ketua panitia itu sedang memandu permainan True or Fals alias Benar Salah saat kabut tiba-tiba datang. Pergerakan kabut begitu cepat sehingga dalam sekejap sudah menyelimuti peserta.
“Ada instruktur pendamping yang mengasi anak-anak sehingga permainan tetap bisa berlangsung. Bahkan makin seru”, tambah pria yang akrab disapa Pak Naim.
Tetap Berlangsung Seru
Walaupun kabut menyelimuti peserta, tapi permainan tetap bisa dilangsungkan. Permainan yang cukup sederhana, tanpa alat, tanpa bahan, dan hanya mengandalkan kekompakan. “Ini namanya permainan bernama Benar Salah, peserta cukup mengikuti aba-aba yang diberikan instruktur,” terang Pak Naim.
Guru pengampu mata pelajaran Informatika ini langsung memberikan aba-aba, “Sebenarnya”. Peserta juga mengulangi aba-aba yang diberikan. “Sebenarnya,” teriak peserta kompak.
Pak Naim memberikan aba-aba lanjutan, “kanan!”. Peserta kompak teriak, ‘Kanan’ sambil melompat ke kanan. Pak Naim menambahkan dengan perintah selanjutnya seperti depan, kiri, dan belakang. Peserta mengikuti dengan kompak sesuai aba-aba.
Kondisi berbeda terjadi saat Pak Naim memberi aba-aba kedua, “Sebaiknya!” teriak Pak Naim. Peserta kompak menjawab, “Sebaliknya!”
Kegaduhan terjadi ketika aba-aba lanjutan diberikan. “Kanan,” teriak Pak Naim. Peserta kompak teriak, ‘kiri’ sambil melompat ke kiri. “Depan,” teriak Pak Naim. Sontak peserta teriak ‘belakang’ sambil lompat ke belakang.
Pendek kata, jika aba-aba ‘sebenarnya’ peserta bergerak sesuai perintahnya. Namun ketika aba-aba ‘sebaliknya’ peserta bergerak kebalikan dari perintahnya. “Ini memang seninya game ini, menguji kekompakan antara gerak dan otak dan kekompakan antarpeserta,” tegas pria asal Ponorogo itu.
Benar saja, ketika aba-aba ‘sebenarnya’ peserta bisa melakukan dengan baik. Namun begitu aba-aba ‘sebaliknya’, banyak peserta berguguran.
Kelompok yang salah keluar barisan dan tidak bisa melanjutkan permainan. Sorak-sorai terjadi ketika ada kelompok yang yang melakukan kesalahan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post