Pondok Notaris Jadi Program Prioritas Majelis Wakaf, Lamongan Sasaran Pertama

Pondok Notaris menjadi salah satu program unggulan Majelis Pendayagunaan Wakaf; Liputan Darul Setiawan, Kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
Ketua Majelis Pendayagunaan Wakaf Budi Pahlawan dan Sekretaris Budi Masruri saat serah terima di Gedung PWM Jatim (Darul Setiawan/PWMU.CO)

Pondok Notaris menjadi salah satu program unggulan Majelis Pendayagunaan Wakaf; Liputan Darul Setiawan, Kontributor PWMU.CO Sidoarjo.

PWMU.CO – Sekretaris Majelis Pendayagunaan Wakaf Budi Masruri menyampaikan program prioritas Pondok Notaris saat sambutan serah terima, Jumat (10/2/23).

Ditemui usai serah terima majelis/lembaga Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Budi mengatakan, Pondok Notaris itu menjawab minimnya kader Muhammadiyah yang mau ngurusi wakaf dan menyelamatkan aset Muhammadiyah.

“Kebanyakan kader tertarik di politik dan ini yang membuat menarik mereka, maka kita buat pondok itu dengan santri dari utusan cabang masing-masing satu. Itu nantinya untuk per daerah ada satu pondok dan santrinya dari cabang masing-masing. Kalau kita ajari mereka bisa dan kemudian mereka bisa menghidupi mereka sendiri,” ujarnya.

Perbanyak Kader Wakaf

Menurut Budi Masruri, kenotariatan merupakan ilmu terapan yang bisa menghasilkan. “Maka dari itu kami berharap nanti cabang mengutuskan dan membiayai, kalau tidak dibiayai, pasti dia akan lari. Ndak mau ngurusi Muhammadiyah, karena dia bisa cari uang sendiri dari situ,” ungkapnya.

Nah ini, lanjutnya, yang kami programkan untuk menjawab dari Bapak-bapak, untuk memperbanyak kader di majelis wakaf. “Termasuk saya berharap agar di Jawa Timur itu ada prodi Kenotariatan. Karena di Indonesia hanya ada satu miliknya Muhammadiyah, yaitu di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Umsu),” urainya.

Tahun ini kata Budi rencananya dimulai Pondok Notaris tersebut. Ada bangunan fisiknya, nanti santri tiap hari di situ, kita ajari. Artinya, dia kita kirim ke cabang, mana cabang yang belum bersertifikat. “Pertama ya pendataan dulu ke cabang, ada berapa AUM, kemudian dengan jumlah tersebut, kita tanya sudah sertifikat atau belum. Kalau belum nanti ambil datanya, kita ajari apa yang perlu diambil,” jelasnya.

Kalau masih petok, ada riwayat tanah, surat desa, dan lain sebagainya, kemudian nanti setelah selesai kemudian permohonan untuk ukur ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Untuk latar belakang santri Pondok Notaris, kata Budi tidak harus dari sarjana hukum atau notaris. Yang lebih penting santri tersebut punya keinginan. SMA atau SMP pun kalau dia ada kemampuan maka bisa. Kalau kepingin jadi notaris maka nanti sekolah lagi. “Karena ilmu ini ilmu kelihatan. Kedua, kita nanti kasih contoh form-form itu. Kita itu melengkapi berkas, itu istilahnya untuk didaftarkan ke BPN,” terangnya.

Lamongan yang Pertama

Program Pondok Wakaf ini, lanjut Budi, menjadi prioritas dan diharapkan bisa berlanjut. “Kalau itu jalan, maka ketika kita mau menyelesaikan seribu sertifikat itu menjadi ringan. Banyak yang belum bersertifikat karena kita minim tenaga,” kata dia.

Kita selama dua periode mencoba berbagai macam perkaderan. “Maka dengan Pondok Notaris ini semoga bisa lancar. Insyaallah nanti dalam jangka waktu terdekat akan kita awali dari Lamongan. Karena di sana tempat sudah siap,” imbuhnya.

Seperti diketahui empat majelis/lembaga yang ada di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim melakukan serah terima, Jumat (10/2/23) siang. Kegiatan tersebut bertempat di Aula Mas Mansyur, Jalan Kertomenanggal IV No 1 Surabaya.(*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version