Calon Gubernur DKI Jakarta
Tidak lama berselang bebas dari tugas sebagai menteri beliau kembali mendapat tantangan besar untuk diusung menjadi calon Gubernur DKI. Tantangan ini tentunya bukan karena lawan politik atau calon dari parpol lainnya berat dan lebih hebat. Tantangan itu lebih kepada realita bahwa DKI adalah sebuah ibukota negara besar, Indonesia.
Kebesaran DKI tidak saja karena sebuah ibukota yang sangat metropolitan, dengan penduduk yang cuku padat. Tapi DKI adalah salah satu kota besar dunia dengan permasalahan yang cukup kompleks. Dari banjir, kemacetan, kemiskinan, pengangguran, hingga kepada maraknya kejahatan dan tawuran antar pelajar.
Tapi yang terpenting dari semua itu, Jakarta adalah wajah negara Indonesia yang luar biasa. Negara besar dengan jumlah penduduk terbesar keempat dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Negara yang dikenal sebagai negara demokrasi ketiga dunia. Dan yang khusus adalah Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.
(Baca juga: Pilihan Politik Berdasarkan Agama Tak Masalah, Inilah 7 Seruan PP Muhammadiyah Jelang Pilkada Serentak 15 Februari)
Dua poin terakhir itulah yang menjadikan Indonesia lebih unik dan khas. Karena pada umumnya semua negara-negara mayoritas Muslim tidak demokratis. Tapi Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar mampu mengawinkan keduanya (Islam dan demokrasi).
Kesemua di atas itu menjadikan Anies menjadi sangat relevan pada pemilihan Gubernur DKI kali ini. Pada diri Anies terletak kwalitas-kwalitas pemimpin yang diperlukan oleh Jakarta masa kini dan Indonesia ke depan.
(Baca juga: Jurus Mabuk dan Pertarungan Politik Komunal Pilkada DKI Jakarta)
Berikut saya sebutkan beberapa kualitas yang krusial dan penting bagi pemilih Jakarta untuk dipertimbangkan:
Satu, Anies tidak diragukan lagi kapalitas inteletualitasnya, kedalaman analisa, dan keluwasan wawasan. Dunia kita saat ini memerlukan orang-orang pintar, berwawasan luas serta dalam melihat setiap masalah selalu dengan analisa tajam dan menyeluruh.
Dua, Anies berkarakter “cool” (adem), bijak, dan dewasa. Dengan permasalahan yang kompleks di Jakarta, pressure akan sangat besar. Belum lagi intrik-intrik politik dari banyak kalangan yang meminta perhatian dan bagian (keuntungan). Karena memang Jakarta adalah tempat lompatan kepentingan (interests) yang tercepat. Semua ini memerlukan pemimpin yang di satu sisi punya sikap, namun kedewasaan dan karakter tenang dan bijak diperlukan. Saya melihat Anies memiliki itu.
Tiga, Anies tidak saja memang wawasannya sangat mendunia. Tapi pengalamannya melanglang buana menuntut ilmu di luar negeri, menjadikannya memiliki kemampuan global yang mumpuni. Dunia kita saat ini adalah dunia global. Jakarta sebagai ibukota memerlukan pemimpin yang berwawasan dan memiliki pengalaman global itu. Jika tidak maka Jakarta akan tergilas oleh laju globalisasi yang semakin dahsyat.
(Baca juga: 3 Maklumat Kebangsaan PP Pemuda Muhammadiyah untuk Pilkada Serentak 15 Februari)
Empat, Anies memiliki keseimbangan dalam segala hal. Antara wawasan membangun Jakarta di bidang fisikalnya dan wawasan membangun Jakarta di bidang kemanusiaannya. Sebagai tamatan Amerika, pembangunan fisikal perkotaan bukan sesuatu yang asing. Perhatikan kota New York itu. Tapi sebagai pendidik Anies sadar bahwa pembangunan material tanpa pembangunan kemanusiaan, pada akhirnya akan menjerumuskan manusia ke dalam lubang inhumanitas (manusia tanpa kemanusiaan).
Lima, Anies memiliki kepribadian dan karakter yang memihak kepada mereka yang termarjinalkan. Walaupun datang dari kalangan keluarga pejuang, dan beliau sendiri secara pribadi sukses, namun tetap menjalani hidup sederhana. Karakter dan kepribadian ini yang nantinya akan diterjemahkan dalam kebijakan-kebijakan publiknya. Ambisi Jakarta untuk membangun tidak semestinya merendahkan aspek “compassion” atau belas kasih kepada mereka yang lemah. Hukum dan keadilan itu selalu dibarengi oleh karakter “Al-Ihsan” (kebaikan).
Enam, Anies memiliki etika dalam berkata dan bersikap. Jakarta sebagai wajah Republik seharusnya dipimpin oleh seseorang yang santun, memiliki etika dalam mengekspresikan diri, terutama kepada rakyatnya. Bangsa Indonesia itu jati diri dan karakternya memang santun, sopan, lembut, dan ramah. Ketika pemimpin ibukota berkarakter sebaliknya maka itu adalah sikap merendahkan karakter keindonesiaan itu sendiri.
(Baca juga: Inilah Beda Obama dan Trump Menurut Imam Besar Masjid New York, Shamsi Ali)
Tentu perlu ditegaskan bahwa karakter sopan, santun beretika tidak selamanya dipahami sebagai sikap lemah dan tidak tegas terhadap kejahatan, termasuk korupsi. Sebagaimana karakter baik, saleh, dan rendah hati tidak berarti harus lemah kepada syetan. Sebaliknya justru karakter dan sikap demikian adalah senjata melawan setan. Karena karakter kasar, angkuh, serta tidak beretika itu sendiri merupakan perilaku setan.
Tujuh, Anies tidak dibayang-bayangi oleh kekuatan luar, baik secara ekonomi maupun politik. Hal ini sangat penting karena Indonesia sejarahnya banyak dikontrol oleh kekuatan bayang-bayang (invisible power) dari luar. Mungkin tidak perlu disampaikan secara terbuka, tapi diakui atau tidak, disadari atau tidak, Indonesia selama ini selalu berada di bawah bayang-bayang kekuatan luar.
Didukung oleh nafsu kekuasaan dalam negeri, seringkali kekuatan luar (foreign power) ini memeras kekayaan negara. Maka masyarakat Indonesia selama negara ini merdeka selalu dijadikan pelayan (servant), bahkan budak (slave) di negara sendiri.
Penutup
Akhir kata, saya tidak punya hak pilih di Jakarta. Tidak juga punya kepentingan langsung dengan pilkada Jakarta. Tapi sebagai anak bangsa yang sudah tinggal di luar negeri sejak tamat pesantren (SMA), saya tetap cinta Indonesia dan ingin melihat Indonesia maju, jaya, dan besar bersama negara-negara besar lainnya.
Tulisan saya juga tidak mengandung hal yang mungkin dapat karegorikan atau minimal dicurigai sebagai SARA. Tapi murni sebuah pengamatan yang terlepas dari unsur-unsur tersebut. Juga terlepas dari kepentingan pribadi dan golongan.
Saya berharap sekaligus berdoa semoga pilkada Jakarta dan ratusan pilkada lainnya di berbagai belahan negeri bisa aman, berjalan lancar dan menghasilkan pemimpin-pemimpin daerah yang kapabel dan berintegritas tinggi. Sehingga pada masanya di Indonesia akan terlahir pemimpin-pemimpin yang memang diimpikan oleh bangsa ini untuk membawa Indonesia ke arah cita-cita “baldatun thoyyibatun wa rabbin ghafur“. Negeri indah yang dinaungi ridha Ilahi. Amin!
New York, 4 April 2017
*) Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation dan Imam Besar Masjid New York
Discussion about this post