ADVERTISEMENT
  • Home
  • Musywil
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Sabtu, Juni 10, 2023
  • Login
  • Home
  • Musywil
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Musywil
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Joki dan Dilema Kebijakan Publikasi Ilmiah

Selasa 21 Februari 2023 | 11:00
6 min read
604
SHARES
1.9k
VIEWS
Siapa Sesungguhnya yang Disembelih Ibrahim? Kolom ditulis oleh M Arfan Mu’ammar, Sekretaris Program Pascasarjana Unversitas Muhammadiyah Surabaya.
M Arfan Mu’ammar: Joki dan Dilema Kebijakan Publikasi Ilmiah (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Joki dan Dilema Kebijakan Publikasi Ilmiah; Oleh: M. Arfan Mu’ammar; Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik.

PWMU.CO – Sepuluh tahun yang lalu, peringkat publikasi ilmiah di Indonesia masih berada di urutan ke-54 di Asia Tenggara. Tetapi pada tahun 2020, publikasi ilmiah Indonesia naik menjadi peringkat ke-21 di Asia Tenggara. Padahal negara tetangga seperti Malaysia mengalami penurunan dari posisi 23 ke 24 dan Singapore dari 40 ke 41 (Scientific Journal Rangkings [SJR]).

Tapi jika melihat peringkat literasi Indonesia, Indonesia masih berada di nomor urut 62 dari 70 negara (PISA 2019). Mestinya, meningkatnya publikasi ilmiah dibarengi dengan meningkatnya tingkat literasi. Sebab penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Tidak ada penulis buku best seller yang tidak melalui proses membaca yang tekun. Apalagi menulis artikel ilmiah, tentu membutuhkan proses membaca yang tekun dan mendalam. Karena menulis artikel ilmiah merupakan proses akumulasi dan kristalisasi pengetahuan yang telah ia baca dan dalami dalam waktu yang tidak singkat.

“Rendahnya dana riset tentu berdampak pada rendahnya tingkat publikasi, tetapi mengapa ini justru berlaku terbalik?”

Tapi kenapa peningkatan publikasi di Indonesia tidak dibarengi dengan peningkatan peringkat literasi? Sebuah ironi.

Selain itu, pendanaan riset di Indonesia tergolong minim sekali, jika dibanding negara lain, padahal dari riset itu akan menghasilkan Research Paper atau publikasi ilmiah. Berdasarkan data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) dan World Bank 2019, anggaran dana riset Indonesia masih di angka 0,08 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini masih jauh di bawah Kamboja (0,12 persen) dan Filipina (0,14 persen).

Rendahnya dana riset tentu berdampak pada rendahnya tingkat publikasi, tetapi mengapa ini justru berlaku terbalik? Kembali menjadi sebuah ironi.

Dari data sederhana itu saja, sebenarnya sudah bisa disinyalir adanya praktek perjokian dalam publikasi ilmiah di Indonesia. Praktik perjokian, berakibat pada dosen ataupun mahasiswa tidak melalui proses riset mendalam, juga tanpa melalui proses membaca yang intens. Mereka hanya tinggal terima jadi hasil publikasi ilmiah, tinggal transfer sejumlah dana yang dibutuhkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa publikasi di Indonesia bukan merupakan representasi dari proses riset yang serius atau proses pembacaan literasi yang mendalam. Publikasi di Indonesia hanya sebuah pemenuhan syarat butuh dan syarat lulus yang telah ditentukan kebijakannya oleh pemerintah.

Dampak Kebijakan Pemerintah

Diakui atau tidak, pemicu meningkatnya publikasi di Indonesia adalah kebijakan. Bukan kesadaran riset dan kesadaran berliterasi. Sudah sejak lima tahun yang lalu, banyak kampus menerapkan publikasi ilmiah sebagai syarat kelulusan, baik di tingkat S1, S2 dan S3. Hal itu merujuk pada Surat Edaran dari Kemenristek Dikti Nomor: B/323/B.B1/SE/2019 tentang Publikasi Karya Ilmiah Program Sarjana, Magister dan Doktor. Tingkat publikasinya tentu menyesuaikan jenjang pendidikan. Untuk jenjang S1 cukup jurnal nasional terakrediasi, S2 jurnal internasional tidak bereputasi, sedang S3 publikasi di jurnal internasional bereputasi.

Anda bisa bayangkan, berapa juta mahasiswa yang lulus dalam setahun? Maka sebanyak itu pula publikasi ilmiah baru yang terbit. Tentu terlepas dari konteks kualitas artikel ilmiah mereka. Kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh pengelola jurnal ilmiah. Sehingga muncul ragam tarif dalam publikasi, mau reguler atau fast track.

Jika fast track dengan minor revision atau bahkan nihil revisi, maka penulis harus membayar sejumlah uang. Tetapi jika masuk di reguler, penulis akan melalui proses review yang cukup berbelit dan lama. Bagi mahasiswa yang ingin cepat lulus, tentu jalur fast track menjadi pilihan favorit, walaupun harus merogoh kocek yang dalam.

“Jika mereka tidak mendapatkan dosen muda yang produktif untuk dimintai bantuan, maka mereka akan mencari joki di luar sana.”

Kewajiban publikasi ilmiah bukan hanya untuk mahasiswa, tetapi jauh sebelum itu, pemerintah telah menetapkan kebijakan publikasi bagi dosen yang ingin naik jabatan fungsional, baik dari asisten ahli, lektor, lektor kepala dan guru besar. Selain itu, dalam Beban Kerja Dosen (BKD) setiap semester, dosen juga wajib melakukan publikasi ilmiah, jika tidak maka tunjangan profesi dosen tidak bisa dicairkan.

Bagi dosen muda yang produktif, hal itu tidak menjadi masalah, karena mereka mampu mengerjakannya. Tetapi bagi dosen yang sudah hampir pensiun atau guru besar yang kurang produktif, dalam istilah lain GBHN (Guru Besar Hanya Nama) he-he-he. Maka hal itu menjadi sebuah masalah. Oleh sebab itu, para dosen tersebut akan mencari berbagai cara agar mereka mampu memenuhi syarat itu. Jika tidak, maka mereka tidak bisa naik pangkat ke guru besar dan tunjangan profesinya terancam diberhentikan.

Maka mereka mencari joki untuk menuliskan karya ilmiah mereka atau mereka mendekati dosen muda yang produktif untuk membantu mereka. Bisa jadi, dosen muda yang produktif tersebut tidak berprofesi sebagai ghost writer, tetapi karena tawaran dan imbalan rupiah yang menggiurkan, maka dosen muda tersebut berkenan untuk membantu. Jika mereka tidak mendapatkan dosen muda yang produktif untuk dimintai bantuan, maka mereka akan mencari joki di luar sana.

Ada Kontribusi

Sebenarnya, meminta bantuan untuk melakukan riset atau publikasi ilmiah kepada orang lain bisa dikatakan sah, jika kita juga memiliki kontribusi pemikiran dalam pembuatan artikel atau riset tersebut. Karena kalau kita melihat SBK (Standar Biaya Keluaran) Riset Nomor 112/PMK.02/2020, maka akan didapati dana untuk pengambil data dan dana untuk pengolah data. 

Ini menjukkan bahwa riset tidak bisa dilakukan sendiri. Kalau Anda melihat publikasi jurnal ilmiah internasional, maka penulisnya mayoritas lebih dari satu penulis, itu menunjukkan bahwa artikel riset itu memang dikerjakan bersama, setiap penulis punya kontribusi intelektual dalam artikel tersebut. Penulis pertama memiliki kontribusi ilmiah paling tinggi, disusul penulis kedua, ketiga, dan seterusnya.

“Jika dipikir-pikir, kalau pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan tentang kewajiban publikasi ilmiah bagi dosen ataupun mahasiswa, tentu peringkat publikasi Indonesia tidak bisa meningkat.”

Maka sah-sah saja, jika dosen membuat tim riset dan publikasi, yang di dalamnya terdapat dosen dan mahasiswa. Tetapi dosen penggagas tersebut harus juga memiliki kontribusi yang besar, agar namanya dapat ditaruh pada urutan pertama. Kontribusi di sini bukanlah kontribusi dana yang besar, tetapi lebih kepada kontribusi intelektual.

Akan tetapi, ironisnya saat ini bukan itu yang terjadi. Dosen atau mahasiswa membayar sejumlah uang tanpa memberikan kontribusi intelektual apapun, namun namanya ditulis sebagai penulis pertama. Kalau bahasa umumnya wis terimo dadi. Tentu praktik seperti itu yang tidak dibenarkan, dan itu yang dimaksud dengan perjokian ilmiah.

Namun, jika dipikir-pikir, kalau pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan tentang kewajiban publikasi ilmiah bagi dosen ataupun mahasiswa, tentu peringkat publikasi Indonesia tidak bisa meningkat. Tetapi di sisi lain, jika kewajiban publikasi itu diterapkan, konsekuensinya akan semakin menjamurnya praktik perjokian karya ilmiah. Kondisi yang sangat dilematis.

Mestinya, pemerintah tidak hanya sibuk menekan dosen dan mahasiswa untuk publikasi saja, tetapi pemerintah juga harus memikirkan bagaimana budaya literasi dosen dan mahasiswa meningkat. Jika budaya literasi dosen dan mahasiswa meningkat, lambat laun peringkat publikasi juga akan meningkat. Wallahu a’lam bi ashawab. (*)

Joki dan Dilema Kebijakan Publikasi Ilmiah; Editor Mohammad Nurfatoni

Tags: M. Arfan Mu’ammar
SendShare242Tweet151Share
ADVERTISEMENT

Related Posts

Membahas Pesantren di Pesantren, Raker LPP PWM Jatim

Sabtu 3 Juni 2023 | 19:38
809

Peserta raker LPP PWM Jatim (Istimewa/PWMU.CO) PWMU.CO - Lembaga Pengembangan Pesantren (LPP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM)...

Rekor Lagi, Majelis Dikdasmen dan LPP, UPP PDM Gresik yang Pertama Raker

Sabtu 27 Mei 2023 | 18:26
308

Dari kanan: Ketua Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non Formal (PNF) M Fadloli Aziz, Wakil Ketua...

Pengalaman Mengelola “Angpau” Lebaran Anak

Sabtu 22 April 2023 | 09:05
111

M Arfan Mu'ammar: Pengalaman Mengelola “Angpau” Lebaran Anak (Sketsa ulang foto oleh Atho' Khoironi/PWMU.CO) Pengalaman...

Inilah Susunan Pesonalia Lembaga Pengembangan Pesantren PDM Gresik

Rabu 19 April 2023 | 16:09
286

Suasana pertemuan LP2 PDM Gresik (Istimewa/PWMU.CO) PWMU.CO - Surat Keputusan (SK) Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan...

Masjid Ramah Anak dan Kekhusyukan Shalat

Sabtu 8 April 2023 | 05:59
400

M Arfan Mu'ammar: Masjid Ramah Anak dan Kekhusyukan Shalat(Sketsa ulang foto oleh Atho' Khoironi/PWMU.CO) Masjid...

Produktif Berkarya karena Titip Nama

Selasa 28 Februari 2023 | 11:35
328

M Arfan Mu'ammar (Sketsa ulang foto oleh Atho' Khoironi/PWMU.CO) Produktif Berkarya karena Titip Nama; Oleh:...

Menyikapi Gempa di Turkiye

Sabtu 11 Februari 2023 | 11:27
437

M Arfan Mu'ammar; Menyikapi Gempa di Turkiye (Sketsa ulang foto oleh Atho' Khoironi/PWMU.CO) Menyikapi Gempa...

Puisi Satire Ashma’ dan Sikap Rasulullah

Selasa 27 Oktober 2020 | 15:50
923

M Arfan Mu'ammar Puisi Satire Ashma' dan Sikap Rasulullah Puisi Satire Ashma' dan Sikap Rasulullah,...

Siapa Sesungguhnya yang Disembelih Ibrahim?

Sabtu 1 Agustus 2020 | 10:48
4.7k

M Arfan Mu'ammar, penulis Siapa Sesungguhnya yang Disembelih Ibrahim? (Sketsa ulang foto oleh Atho' Khoironi/PWMU.CO)...

Momentum Langka Shalat Id di Rumah

Selasa 26 Mei 2020 | 00:47
284

M Arfan Mu'ammar sedang menyampakan khutbah Idul Fitri di rumah. Momentum langka. (Istimewa/PWMU.CO) Momentum Langka...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Smamsatu Gresik Teken MoU dengan International Islamic School Malaysia

    23186 shares
    Share 9274 Tweet 5797
  • Praktik Merawat Jenazah di Smamsatu, sang Model Mayat: Masuk Keranda Mengerikan

    5179 shares
    Share 2072 Tweet 1295
  • Ujian MBS Madinatul Ilmi Smamsatu: Dari Bahasa Arab, Tahfidh, hingga HPT

    21556 shares
    Share 8622 Tweet 5389
  • Ketua PWM Jatim: Gubernur Khofifah Mengayomi Semua Golongan

    1476 shares
    Share 590 Tweet 369
  • Spemdalas Umumkan Kelulusan Siswa  

    1232 shares
    Share 493 Tweet 308
  • Ini Kesan 3 Sekolah Muhammadiyah saat Bertamu di Spemdalas

    3628 shares
    Share 1451 Tweet 907
  • Siswa Spemdalas Mengikuti Upgrading Ibadah

    1451 shares
    Share 580 Tweet 363
  • Kesan Warga Negara Jordania pada Jamaah Masjid Taqwa Spemdalas

    2116 shares
    Share 846 Tweet 529
  • Syarat Kelulusan, Siswa Spemdalas Mengikuti Munaqasah

    3145 shares
    Share 1258 Tweet 786
  • Sang Spiderman Smamsatu Juara I Panjat Tebing di Singapura

    22700 shares
    Share 9080 Tweet 5675

Berita Terkini

  • Munu
    Munu, Muda, Ada Pula Marmud di MuhammadiyahJumat 9 Juni 2023 | 21:21
  • CCTV
    CCTV dan Tuhan di Kios HandphoneJumat 9 Juni 2023 | 20:21
  • Hikmah Besar Ibadah KurbanJumat 9 Juni 2023 | 19:00
  • Ada Mading 3D dan Inovasi Tempe Jagung Kedelai di Sumatif SmamsatuJumat 9 Juni 2023 | 18:57
  • Sat-setnya Tim SD Muhammadiyah Benjeng Bikin Evoting Musycab LancarJumat 9 Juni 2023 | 18:50
  • Jelang Musyda Ke-11, PDNA Lamongan Audiensi ke BupatiJumat 9 Juni 2023 | 18:34
  • Spemutu Gresik Menggelar Tasmik BilghaibJumat 9 Juni 2023 | 18:32
  • Siswa Spemaju Juara I Pantomim di FLS2NJumat 9 Juni 2023 | 18:24
  • Drama Kolasal SMK Muda Tampil Apik di Musycab BenjengJumat 9 Juni 2023 | 18:20
  • Idul Adha beda
    Idul Adha Beda, Muhammadiyah Usul Libur Dua HariJumat 9 Juni 2023 | 18:14

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Musywil
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In