Ponpes Al-Ishlah di Mata Ketua LPP PWM Jatim

Ketua LPP PWM Jatim, Pradana Boy ZTF SAg MA (dua dari kanan) bersama Pengasuh Ponpes Al-Ishlah, Kiai Dawam Saleh, Dirjen PHU Kemenag RI Prof Hilman Latief MA PhD, Direktur Stiqsi Piet Hizbullah Haidir, saat menuju arena acara silaturahim di Ponpes Al Ishlah Sendangagung, Ahad 19/2/2023 (Yeni Ika/PWMU.CO)
Ketua LP2 PWM Jatim, Pradana Boy ZTF SAg MA (dua dari kanan) bersama Pengasuh Ponpes Al-Ishlah, Kiai Dawam Saleh, Dirjen PHU Kemenag RI Prof Hilman Latief MA PhD, Direktur Stiqsi Piet Hizbullah Haidir, saat menuju arena acara silaturahim di Ponpes Al Ishlah Sendangagung, Ahad 19/2/2023 (Yeni Ika/PWMU.CO)

Ponpes Al-Ishlah di Mata Ketua LPP PWM Jatim. Liputan Yeni Ika, Kontributor PWMU.CO Lamongan

PWMU.CO – Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LPP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Pradana Boy ZTF SAg MA (AS) PhD mengungkapkan kekaguman pada Ponpes Al-Ishlah Sendangagung.

Hal itu dia utarakan saat acara Silaturahim bersama Direktur Jenderal (Drijen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Prof Hilman Latief MA PhD (Ahad, 19/02/2023), di Pondok Pesantren Al-Ishlah Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

“Ponpes Al-Ishlah ini banyak disukai oleh khalayak umum karena termasuk Ponpes yang tidak mengeluarkan biaya banyak. Justru pesantren yang sederhana seperti ini lebih baik untuk pendidikan karakter anak,” kata Boy, sapaan akrabnya.

Menurutnya, ada tiga pendidikan karakter yang diajarkan Ponpes Al-Ishlah ini, sehingga memunculkan rasa kekagumannya pada Al-Ishlah.

“Pertama adalah karakter mandiri. Secara otomatis, anak yang jauh dari orang tuanya akan terlatih untuk bisa mengurus dirinya sendiri. Karakter seperti ini tidak akan bisa ditemukan di sekolah luar lainnya, kecuali di pesantren,” katanya.

Kedua, karakter hidup sederhana. Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini mengatakan, Ponpes Al-Ishlah termasuk salah satu ponpes yang sederhana, bukan ponpes yang mewah.

“Ponpes mewah yang saya sebut adalah yang biayanya puluhan juta, sedangkan Al-Ishlah ini kan tidak sampai segitu. Lebih baik anak itu disiapkan menjadi orang yang tidak punya, dari pada terbiasa menjadi orang punya. Sehingga mereka akan memiliki daya juang yang tinggi,” tutur pria lulusan S2 di Australian National University dan S3 di National University of Singapore ini.

Pesantren Ajarkan Kesetaraan

Ketiga, karakter gotong royong. Di pesantren, anak-anak akan dipandang sebagai manusia yang setara, tidak dibeda-bedakan mana yang kaya dan tidak kaya.

“Anak-anak juga akan mendapatkan perlakuan yang sama, mereka akan terdorong melakukan apapun secara bersama-sama. Sehingga akan muncul karakter suka dengan kebersamaan pada diri mereka,” ucapnya.

Boy mengaku sangat bahagia saat bisa berkunjung ke Ponpes Al-Ishlah, untuk yang kesekian kalinya. Sebab bisa bertemu langsung dengan Pengasuh Ponpes Al-Ishlah, yakni Drs KH Muhammad Dawam Saleh, yang juga merupakan Tim Ahli dalam struktur LPP PWM Jawa Timur.

Dia mengungkapkan, salah satu alasan memilih Kiai Dawam Saleh untuk menjadi bagian dari LPP PWM Jawa Timur, karena menurutnya, Kiai Dawam patut dijadikan inspirasi di banyak tempat.

Success story Kiai Dawam pantas untuk dibagikan kepada pesantren-pesantren Muhammadiyah di tempat lain. Beliau adalah sosok yang bisa memberikan pandangan futuristik tentang formulasi pesantren dalam alam modern Muhammadiyah,” katanya.

Menurut Boy, Pesantren dengan tradisi Kiai seperti Al-Ishlah ini banyak dicari, karena selain tetap menghidupkan aspek tradisional, juga tidak menutup kemungkinan untuk memasukan unsur modernitas di dalamnya. (*)

Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version