
Pengalaman Unik Belajar Bisnis di University of Paris Saclay Prancis; Catatan Achmad Hidayatullah, Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya; Mahasiswa doktoral University of Szeged, Hongaria.
PWMU.CO – Sebuah keberuntungan bagi saya karena untuk kali kedua bisa datang ke Paris mengikuti students mobility. Kegiatan tersebut sebenarnya merupakan bagian dari program aliansi lima kampus di Eropa. Kampus saya adalah University of Szeged—salah satu diantara lima kampus top di Hongaria.
Setelah melewati seleksi administrasi dan wawancara, saya terpilih sebagai salah satu peserta, mewakili kampus untuk belajar tentang entrepreneurship di University of Paris Saclay, salah satu kampus top di Prancis.
Seluruh pembiayaan, mulai dari tiket pesawat, hotel, hingga makan sudah disediakan oleh kampus yang dananya ditrasnfer sekitar dua pekan sebelum acara. Sehingga saya bisa mengelola perjalanan secara mandiri, mau naik bisa, kereta, atau pesawat langsung dari Budapest ke paris bisa bebas.
Tidak seperti saat kali pertama ke Paris, kali ini saya sudah tahu harus berhenti di titik mana,jika menggunakan kereta. Kereta metro di Paris terhubung ke seluruh tempat, sehingga cukup mudah diingat.
Lokasi Kampus Jauh dari Kota
Saya berangkat bersama teman-teman dari University of Szeged. Saat sampai di Paris kami menyewa guess house yang lumayan jauh dari lokasi acara.
Perjalanan dari tempat kami menginap tersebut ke lokasi acara memerlukan waktu tempuh hampir satu jam. Dengan transportasi yang memerlukan dua satu kali ganti. Bisa naik kereta atau bus, kemudian harus menggunakan kereta atau bus lain untuk sampai di tempat acara.
Lokasinya agak jauh dari perkotaan. Kompleksnya sangat luas, sehingga untuk sampai di fakultas atau laboratorium lain, terkadang harus dilalui dengan bus.
Kampus ini dibangun di dalam hutan yang sudah dibersihkan sehingga di sekitar bangunan masih banyak pepohonan. Pada area tersebut, beberapa pertokoan juga sedang dibangun.
Umumnya, bangunan kampus di Eropa bercorak klasik. Seperti bangunan kampus Universitas Sorbon yang tua. Sebaliknya kampus University of Paris Saclay bercorak modern seperti bangunan kotak-kota dan banyak kaca.
Karena lokasi itu pula, kampus ini juga sangat cocok untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melakukan riset dan segala hal. Karena lingkungannya tenang, tidak berada dalam hiruk-pikuk perkotaan.
Bahkan, fasilitasnya juga sangat lengkap. Misalkan, saya pernah masuk ke ruang laboratorium yang khusus untuk print 3D. Jadi saya temukan berbagai macam mesin printuntuk mencetak benda 3D.
Karena pertimbangan untuk menghemat biaya, teman-teman memilih untuk menggunakan satu kali transportasi saja, dan mencari jalan pintas dengan jalan kaki menuju lokasi. Terlihat di maps, prediksi jalan kaki dari tempat bus berhenti hanya 15 menit. Namun, jalan yang kami lalui melewati beberapa bukit dan seperti hutan.
Ada dua kali tanjakan yang cukup tinggi harus dilewati. Bahkan dua tanjakan tersebut bikin sangat lelah, bikin dada sakit. Karena jalan kaki jauh dan melalu tanjakan tersebut, pada hari pertama betis saya pun bengkak.
Akhirnya saya putuskan untuk membeli tiket double, dan saya putuskan untuk menggunakan bus dua kali. Sehingga hari kedua saya menggunakan bus, yang berhenti tepat di samping acara.

Belajar Bikin Proyek Bisnis
Lantas apa yang saya pelajari di sana? Selama sepekan kami dikelompokkan dalam sebuah tim. Selain mendengarkan bagaimana membangun bisnis dari orang-orang yang sudah berhasil, masing-masing tim diberi sebuah project untuk membuat sebuah bisnis. Adapun bisnis yang dibuat, berbasis dengan bidang studi yang dipelajari.
Saya tergabung dalam sebuah tim dengan dua perwakilan dari kampus Portugal, University of Porto yang memiliki latar belakang teknik sipil. Tim kami berjumlah empat orang, dua orang dari Indonesia, satu orang dari Brazil dan satu orang lagi dari Iran.
Kami membahas tentang penilaian terhadap tingkat kerentanan gedung bersejarah yang dibungkus dalam bentuk bisnis. Sehingga kami bikin sebuah project tentang bisnis start up untuk melakukan assessment dan renovasi terhadap gedung-gedung bersejarah.
Misalkan menyediakan software yang dapat melihat tingkat kerusakan gedung, ketahanan, dan perkiraan biaya renovasi. Dengan demikian, pengelola bisa mengetahui tingkat kerusakan dan risiko bangunan bersejarah mereka.
Adapun terkait isi dari asesmen tersebut berbasis riset yang sudah terpublikasi dalam jurnal internasional. Dua teman yang berasal dari kampus Portugal tersebut memang cocok dengan bisnis ini. Sehingga kami juga banyak belajar dari mereka.
Inkubator Bisnis
Selama sepkan belajar di kampus tersebut, selain diskusi dengan tim, kami juga mendengarkan pemaparan soal bisnis dari berbagai negara. Satu hal menarik adalah bagaimana dukungan kampus terhadap bisnis yang dilakukan oleh mahasiswa atau koneksi luar yang sudah berhasil.
Jadi inkubator yang dimiliki oleh University of Paris Saclay menjadi semacam unit yang sangat penting bagi pelaku bisnis. Melalui inkubator ini, para pelaku usaha bisa belajar dalam bentuk pelatihan untuk menganalisis dan menvalidasi proyek bisnis mereka misalkan dari segi market, bagaimana mendapatkan funding, hingga siapa saja yang perlu dilibatkan.
Dengan fasilitas laboratorium yang super lengkap memudahkan mereka yang belajar di laboratorium dengan menggunakan laboratorium dari berbagai bidang. Yang menarik dan perlu ditekankan di sini, bisnis yang dibangun bersifat inovatif dan berbasis riset. Sehingga mahasiswa atau kelompok bisnis yang belajar tersebut bisa mengukur proyek mereka.
Penilain terhadap Proyek Bisnis
Pada hari terakhir seluruh tim diminta mempresentasikan proyek bisnis. Mirip seperti apa yang dilakukan dalam program yang kita buat. Memang kerja dalam tim setiap hari selalu berdiskusi, kita mencari data jurnal yang berkaitan dengan bisnis kita.
Program yang dibuat dalam tim kami adalah Building Assessment Software and Enginering Service (Bsafe). Jadi proyek ini adalah bisnis start up yang mengintegrasikan data analisis, pengetahuan, dan laporan evaluasi terhadap bangunan gedung.
Karena dalam tim kami, semuanya mahasiswa doktor, dan teman-teman saya tersebut memiliki karier yang bagus, maka tidak ada debat hebat. Yang ada hanya sharing dan tukar pengetahuan berbasis data. Saling menghormati antarsatu dengan yang lain. Tidak ada yang menunjukkan ego, yang ada saling menghormati.
Instruktur terkadang menghampiri kami memberikan perhatian terhadap proyek kami. Karena menurutnya, di antara tema lain dalam program tersebut, tema tim kami yang paling sulit. Sehingga, proyek kami berbasis data ilmiah yang didapatkan dari sumber akurat.
Setelah melewati penilaian para juri, akhirnya tim kami terpilih menjadi tim terbaik dalam proyek tersebut.
Satu hal yang paling saya ingat dalam pelatihan dan pemaparan soal inkubator bisnis dari kampus tersebut yaitu inovasi. Inovasi ini umumnya berkaitan dengan permasalahan sosial masyarakat. Namun perlu didukung dengan data ilmiah, dievaluasi, dan divalidasi terkait marketnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni