Hidup Bermuhammadiyah dan Beraisyiyah Butuh ‘Anjing’

Rektor UMM Dr Fauzan (Hasan Albana/PWMU.CO)

Hidup Bermuhammadiyah dan Beraisyiyah Butuh ‘Anjing’; Liputan Kontributor PWMU.CO Kota Malang Hasan Albana.

PWMU.CO – Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr H Fauzan MPd mengungkap makna berkemajuan dalam tema Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-21 Muhammadiyah Kota Malang ‘Membumikan Islam Berkemajuan, Memajukan Kota Malang’.

Menurutnya, berkemajuan berarti gerak organisasi harus dijalankan oleh orang yang bermindset optimis. “Jangan sampai cara berpikir kita seperti tahun 70an, maka kita bukan berkemajuan namun berkemunduran,” ujarnya.

Selain itu, kata Fauzan, cara ber-Muhammadiyah juga harus inklusif, bukan eksklusif. “Terbuka dan jelas derap langkah pergerakannya!” tegasnya.

“Ketiga, perlu memiliki cara berpikir maximize bukan minimize. Kita punya energi besar di Muhammadiyah. Kalau dikembangkan maka akan jadi bom maximize. Bergerak out of the box! Senantiasa solutif bagi umat dan bangsa,” imbuhnya.

Kisah Uji Nyali

Fauzan lantas bercerita, “Ada tiga orang uji nyali. Dibimbing instruktur. Uji nyalinya melompat sungai dengan lebar tiga meter. Satu per satu melompat. Si A dipersilakan mencoba.”

A menjawab, “Maaf Pak Instruktur, kalau sperti ini, menurut saya hal biasa. Tapi untuk saat ini, saya takut dimarahi.”

“Terus? Tidak berani?” tanya sang instruktur.

Si A menegaskan, “Bukan tidak berani, tapi saya takut dimarahi orangtua.” Mendengar jawabannya, sang instruktur pun mempersilakan dia duduk lagi.

Giliran si B yang disuruh melompat. Si B bertanya, “Maaf Pak Instruktur, kalau kaki saya patah bagaimana? Tangan saya?”

“Terus?” sergah instruktur.

“Sebenarnya mudah saja, tapi kalau patah gimana?” jawab B. Alhasil sang instruktur mempersilakan dia duduk lagi.

Terakhir giliran si C. Masih sama, penuh alasan dan tidak mau mengatakan tidak bisa meskipun enggan melakukannya.

Saat itu, instruktur menegaskan, “Berarti saudara tidak bisa melompat, ya?” Ketiga peserta diam tanpa mengatakan tidak bisa.

Melihat respon ketiga peserta, sang instruktur mengatakan, “Oke, kalau begitu kembalilah ke tepi lagi semuanya!”

Di arah berlawanan, instruktur melepas seekor anjing menyalak. Satu-satunya cara menyelamatkan diri mereka adalah terpaksa masuk sungai.

Di akhir cerita, Fauzan mengatakan, “Saya ingin menyampaikan, dalam bermuhammadiyah dan Aisyiyah, hidup kita butuh anjing supaya maksimal. Dari mana anjing itu? Dari dalam maupun dari luar diri ini.”

Akhirnya dia mengajak, “Mari kembangkan diri, pacu diri untuk berkemajuan agar gerakan Muhammadiyah benar-benar sesuai jargonnya: berkemajuan!” (*)

Editor Mohammad Nurfatoni/SN

Exit mobile version