Wow! Ibu dan Anak Sama-Sama Terpilih Jadi Anggota PDA Kota Malang

Sebagian Anggota PDA Kota Malang 2022-2027. Dari kiri: Jihan Mawaddah SPd (sang anak), Arini Jauharoh (PWA Jatim), Fauziyah SPd, Dra Ruly Narulita MAP, Dr dr Irma Suswati MKes, Dra Lu’luatul Ummah, Dra Sri Herawati (sang ibu), dan Lailatul Fithriyah Azzakiyah SHI MPdI. Wow! Ibu dan Anak Sama-Sama Terpilih Jadi Anggota PDA Kota Malang (Fatimah Az-Zahro/PWMU.CO)

Wow! Ibu dan Anak Sama-Sama Terpilih Jadi Anggota PDA Kota Malang; Liputan Kontributor PWMU.CO Malang Hasan Albana

PWMU.CO – Sosok Dra Sri Herawati memang tidak asing bagi warga Aisyiyah Kota Malang. Pembawaannya sangat lembut namun berpadu dengan ketegasan. Tak heran jika dia kembali terpilih menjadi pucuk di Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Malang periode 2022-2027. 

Keberhasilan Hera, sapaannya, dalam memimpin organisasi tidak serta-merta meninggalkan kewajibannya sebagai ibu. Dia memegang prinsip, ibu ialah sekolah utama bagi anak-anaknya. 

Terbukti, Hera mampu melahirkan sosok pemimpin. Salah satu anaknya, Jihan Mawaddah SPd, kini dipercaya umat dalam perhelatan Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-7, Ahad (5/3/2023). Jihan terpilih menjadi bagian dari 9 Anggota PDA Kota Malang periode 2022-2027 yang diketui ibunya: Sri Herawati.

Idealnya, Jihan masih harus berkiprah di Nasyiatul Aisyiyah karena usianya masih 34 tahun. Saat ini dia menjabat Ketua Departemen Kader Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Malang periode 2016-2022. 

Baca Berita Terkait: Syok, Aktivis Nasyiatul Aisyiyah yang Terpilih Jadi Anggota PDA Kota Malang

Namun umat menginginkan lain, yakni ada generasi penerus yang energik dan ‘AMPUH’. Istilah AMPUH dicetuskan sendiri oleh ibu-ibu PDA Kota Malang, singkatan awet muda, panjang usia, dan hebat. 

Kehebatan Jihan memang tampak dengan segudang prestasi yang dia torehkan. Aktif di dunia kepenulisan membuatnya sering juara dalam ajang menulis blog, artikel, dan buku. 

Buku terlaris Jihan berjudul Gurunda Buku ini berisi perjalanan hidup seorang Ahmad Taufiq Kusuma, sang ayah, yang pernah menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang dua periode dan Penasihat PDM Kota Malang 2015-2022. Saat ini sang ayah menjabat Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Malang. 

Dalam buku itu, Jihan mengangkat lika-liku Ahmad Taufiq Kusuma dengan istri tercinta Sri Herawati dalam membesarkan ketujuh anaknya dalam berjuang di Muhammadiyah dan Aisyiyah. 

Ahmad Taufiq Kusuma dan Sri Herawati (duduk) bersama ketujuh anaknya. Beridiri dari kiri: Ahmad Rizki Mubarok, Mardliyatus Sa’diyah, Mujahidin Ahmad, Ahmad Mushoddaqul Azhar, Ahmad Shobrun Jamil, Jihan Mawaddah, dan Ahmad Multazam Al Ghifari. (Dokumentasi keluarga/PWMU.CO)

Keluarga Aktivis Muhammadiyah

Memang ini menjadi sejarah yang jarang terjadi pada keluarga lain di Indonesia. Ibu dan anak berjuang di satu ‘kendaraan’ yang sama yakni Aisyiyah. Sementara di lain kendaraan organisasi otonom (ortom)Muhammadiyah, anak dan menatu Hera juga menjadi pejuang dakwah. Suami Jihan, Fauzi Syafar Hakim MT adalah Anggota Majelis Tabligh PDM Kota Malang) 

Sementara sosok dua putranya juga mewakafkan diri di Muhammadiyah. Ahmad Sobrun Jamil adalah Ketua PDPM Malang periode 2015 -2019. Saat ini dia Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhamamdiyah(PWPM) Jawa Timur. Adiknya, Mujahidin Ahmad, ialah Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Malang periode 2019 -2023. 

Semua anak Hera memang kader sejati. Adik Jihan lainnya, Ahmad Rizki Mubarok sebagai Bendahara DPD IMM Jawa Timur. Sedangkan Mardliyatus Sa’diyah aktif di PDNA Kota Malang.

Pascamusyda Aisyiyah Kota Malang, Jihan mengaku masih merasa syok dengan hasil pemilihan kemarin. Dia tidak mengira namanya akan muncul dan menjadi bagian 9 Anggota PDA Kota Malang 2022-2027. “Karena ada banyak ibu-ibu yang lebih senior dibandingkan saya,” ujarnya. 

Kepada PWMU.CO, dia mengatakan ingin Aisyiyah bisa jadi gerakan yang merespon struktur sosial. “Bahwa perempuan bukan hanya berperan pada ranah domestik, tapi juga ranah publik untuk melakukan peran dakwah dalam usaha mencerahkan kehidupan,” ujarnya. 

“Bukan hanya al umm madrasatul ula, tapi juga bisa menjadi wadah ibu-ibu Aisyiyah untuk mengembangkan potensi dirinya, lalu dikembalikan lagi untuk manfaat bersama,” imbuhnya. (*) 

Editor Mohammad Nurfatoni/SN

Exit mobile version