
Seru! Sumatif Tengah Semester di SD Ini Bikin Layang-Layang; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Bentuk Sumatif Tengah Semester 2 di sekolah penggerak tahap I SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik tidak sekadar mengerjakan soal di lembar kertas seperti pada umumnya.
Karena berbasis proyek, siswa diminta membuat sesuatu yang baru. Koordinator Proyek Kelas IV Mi’dzinatud Diniyah SPd menerangkan, dalam ujian proyek hari pertama, khusus siswa kelas IV bikin layang-Layang secara berkelompok, Senin-Selasa (6-7/3/2023).
Satu kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Layang-layang yang mereka buat berbahan dua ruas kayu berukuran 90 dan 65 centimeter, benang, lem Uhu atau Rajawali, hiasan dan 2 kertas minyak.
Tutud menerangkan di hadapan para siswa yang duduk rapi di lapangan futsal sekolah ramah anak itu, “Yang wajib dapat di setiap kelompok adalah kertas minyak warna putih. Satu kertas tambahannya berwarna bebas.”
Para siswa juga membawa beragam hiasan untuk layang-layang mereka. Di kelompok Siti Asma Alia kelas IV Papua misalnya, ada hiasan glitter, kertas sukun, kertas lipat, dan bunga.

Asah Kreativitas
Adapun kelompok Renata Sherafina kelas IV Jawa yang jago menggambar, mendesain layang-layangnya menyerupai ikan. “Ide bentuknya dari Fara, tapi aku yang desain,” kata Renata sambil menunjuk teman kelompoknya, Farannisa Nabilah. Mereka bekerja sama mengerahkan kreativitasnya.
Fara lantas menunjuk sepotong kertas putih dengan sketsa gambar ikan karya Renata. Di situ tertulis tanda panah dengan keterangan mata, badan garis-garis, sisiknya oranye, siripnya hijau, dan ekornya yang panjang berwarna kuning.
Sementara Fathia Farisya, anggota kelompoknya, dengan detail menentukan panjang desainnya. “Ini 5 centimeter aja,” ujarnya sambil menunjuk panjang diameter mata ikannya.
Kepada seluruh siswa, Tutud menegaskan, “Hari ini layang-layangnya harus jadi karena besok waktunya presentasi.”
Sebelumnya, pada Jumat (3/3/2023), para siswa sudah mendapat penjelasan cara membuat layang-layang melalui tayangan video di aula. Maka pagi itu mereka langsung beraksi bersama kelompoknya mulai pukul 7.30 WIB.
Alhasil, Tutud tinggal mengingatkan, “Kalau menggunting kertas, jangan dipaskan kerangkanya, kasih lebihan karena nanti harus dilipat ke dalam.”
Lima dari 30 kelompok mengerjakan dengan cepat. Pada pukul 8.00 WIB, tiga kelompok sudah selesai menempelkan kertas ke kerangka. Mereka langsung lanjut menghias layang-layang.
Kerja Sama
Urutan langkah yang ditempuh setiap kelompok memang beragam. Ada kelompok yang memutuskan langsung mengolesi lem ke kerangka lalu menempel di kertas. Ada yang membuat pola dulu di kertas sesuai kerangka menggunakan penggaris dan pensil sebelum menggunting kertasnya.
Di dalam setiap kelompoknya, setiap siswa bekerja sama berbagi peran. Seperti kelompok Danisha Azka. Ada anggota kelompok yang memegang kerangka ke kertas agar tidak goyang, ada yang membuat garis putus-putus di kertasnya, dan ada yang bertugas menggunting.
Mereka lantas bertukar peran jika sudah bosan. Danisha pada akhirnya merapikan hasil guntingan Raisha Humaira dan Aniqah Khaira ketika keduanya lanjut menggambar kucing gendut di kertas menggunakan spidol warna untuk hiasannya.
Pada hari kedua, di kelas masing-masing, para siswa menulis dan mempresentasikan alat, bahan, dan prosedur pembuatan layang-layang desain. Mereka juga diminta menghitung luas layang-layang.
Tutud menjelaskan, penilaian ujian berbasis proyek ini mencakup lima mata pelajaran. “Membuat dan mempresentasikan teks prosedur untuk Bahasa Indonesia, bagaimana bekerja sama untuk Pendidikan Kewarganegaraan,” ungkapnya.
Selain itu, juga ada penilaian desain keindahan dan kerapian layang-layang untuk Seni Budaya dan Prakarya, mengukur luas layang-layang untuk Matematika, dan menentukan gaya apa yang bekerja pada layang-layang ketika diterbangkan untuk Ilmu Pengetahuan Alam. (*)
Discussion about this post