Diwisuda, Momen Paling Bahagia sesudah Menikah

Ariyati AMd Farm (kiri) didampingi suami saat foto bersama setelah menerima penghargaan wisudawan terbaik pada acara Sidang Senat Terbuka Wisuda ke-42 Mahasiswa Diploma, Sarjana dan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) di Graha Kartini Ballroom Gresik, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023) (Musyrifah/PWMU.CO)

Diwisuda, Momen Paling Bahagia sesudah Menikah, Liputan Musyrifah

PWMU.CO
 – Lulus dan menjadi salah satu wisudawan terbaik adalah momen paling bahagia setelah menikah. Kesan itulah yang disampaikan Ariyati AMd Farm, kepada PWMU.CO melalui pesan WhatsAppn, Senin (20/3/2023).

Ariyati adalah Wisudawan Diploma III terbaik dengan IPK 3,87 Program Studi DIII Farmasi Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). 

Wanita kelahiran Surabaya ini didampingi suaminya saat diwisuda pada Sidang Senat Terbuka Wisuda ke-42 Program Diploma, Sarjana dan Pascasarjana UMG di Graha Kartini Ballroom Gresik, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023). 

Dia mengatakan momen wisuda adalah momen yang paling ditunggu-tunggu sejak kali pertama masuk ke bangku kuliah. 

“Sebab menempuh pendidikan karena tuntutan profesi berbeda dengan mahasiswa pada umumnya, banyak yang beranggapan kuliah hanya untuk mencari gelar supaya bisa tetap kerja,” ujarnya

Menurutnya, tidak ada firasat apa pun saat dinobatkan menjadi salah satu wisudawan terbaik. “Karena saya tahu teman-teman dari fakultas lain IPK-nya lebih tinggi dari saya,” ungkapnya. 

Ibu dua anak ini menempuh pendidikan selama 6 semester, kemudian ditambah 1 semester lagi. “Karena menunggu hasil ujian kompetensi  dari organisasi profesi,” katanya. 

Ariyati AMd Farm (tengah belakang) bersama keluarga usai acara Sidang Senat Terbuka Wisuda ke-42 Mahasiswa Diploma, Sarjana dan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) di Graha Kartini Ballroom Gresik, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023). Diwisuda, Momen Paling Bahagia sesudah Menikah (Hardiantono/PWMU.CO)

Pernah Kuliah di Tepi Sawah

Ariyati yang saat ini bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ini merasa banyak liku-liku yang dilaluinya selama menempuh pendidikan. 

“Pada semester pertama sebelum Covid-19, saya harus pulang pergi Lamongan-Gresik,” kenangnya. 

Pagi saya harus berangkat kerja, tambahnya, pulang kerja langsung naik bus ke kampus II yang terletak di Jalan Proklamasi Nomor 54 Gresik untuk kuliah sampai malam. 

Dia kemudian menceritakan kala musibah Covid-19 menyerang, perkuliahannya menjadi daring. “Karena rumah saya di desa, jaringan online menjadi kendala utama, susah sinyal, maka harus pakai wifi,” tutur wanita 35 tahun ini. 

Belum lagi kalau hujan, imbuhnya, di desa mesti lampu mati. “Pernah saya kuliah di tepi sawah, hanya untuk mendapatkan sinyal,” kenang dia.

Ariyati mengatakan selama kuliah tidak mengganggu waktu kerjanya. Karena sudah meminta izin terlebih dahulu ke instansi untuk melanjutkan pendidikan.

“Bersyukur dosen-dosen juga sangat pengertian terutama pada kelas yang kebanyakan mahasiswanya sudah bekerja,” paparnya.  

“Alhamdulillah semuanya dibayar lunas, Allah melancarkan semua usaha saya untuk meraih cita cita, semoga saya bisa mengamalkan ilmu dengan baik di tempat kerja dan bermanfaat bagi masyarakat,” harapnya,” harapnya. (*) 

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version