
PWMU.CO– Lima kekuatan yang dimiliki Muhammadiyah sehingga menjadi organisasi maju diungkap Ketua PP Muhamamdiyah Prof Dr Haedar Nashir.
Haedar Nashir menyampaikan itu di acara Peneguhan Visi dan Komitmen Pimpinan Majelis, Lembaga, dan Biro Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2022-2027 gelombang kedua di Auditorium KH Ahmad Azhar Basyir Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sabtu (18/3/2023).
Setelah menyerahkan Surat Keputusan kepada 16 Ketua Pimpinan Majelis, Lembaga, dan Biro, Haedar menyampaikan pengarahan kepada kepada pimpinan itu.
”Saya ingin sampaikan, Muhammadiyah dan Ortomnya yang masing-masing telah lahir cukup lama. Melihat berjalan waktunya telah berbuat untuk memajukan umat bangsa dan kemanusiaan universal,” kata Haedar Nashir.
Lewat sosial kemasyarakatan, lanjut Haedar, kita telah bertumbuh besar menjadi organisasi modern yang terbesar di republik tercinta ini.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini melanjutkan, apa yang telah kita lakukan saat ini perlu kita akselerasi, kita mobilisasi dan kita kembangkan.
Alumnus S3 Universitas Gadjah Mada ini lantas menjelaskan lima kekuatan Muhammadiyah. Pertama, Muhammadiyah punya sumber manusia.
”Sumber daya manusia (SDM) yang hadir di sini dengan berbagai keahlian dengan cendekiawannya, pengalamannya, itu menunjukkan bahwa Muhammadiyah memiliki sumber daya manusia yang mencukupi untuk mengembangkan persyarikatan. Tinggal bagaimana SDM ini bersama-sama kita jadikan kekuatan kolektif dan sistem,” tuturnya.
Kalau sudah dengan berjamaah, lanjut pria kelahiran Bandung ini, maka kita akan kuat, dan yang paling penting dalam persyarikatan bahwa kekuatan itu melalui sistem.
Kedua, kerja kolektif. Di sini yang disebut dengan persyarikatan sebagai usaha kolektif adalah untuk bermufakat dalam satu sistem.
”Di situlah kemudian Muhammadiyah memperkuat jaringan organisasinya tumbuh dan berkembang. Di awal berdirinya Muhammadiyah tumbuh cabang yang saat itu disebut sebagai gerombolan sehingga di pusat-pusat dari Yogyakarta, Klaten, Surabaya kemudian sampai Semarang, Pekalongan, Garut, Bandung,” katanya.
Kemudian setelah merdeka, lanjut suami dari Noordjannah Djohantini, Muhammadiyah merata di seluruh tanah air. Ini semua adalah sumbangsih terbesar untuk Indonesia.
Ketiga, kekuatan dari sistem adalah regulasi organisasi. Organisasi apapun termasuk Muhammadiyah memiliki regulasi berisi ketentuan yang mengikat dan harus dijalankan sebagai mekanisme sistem.
”Muhammadiyah berjalan baik karena regulasinya berjalan dengan baik. Pergantian kepemimpinan dari Muhammadiyah pusat sampai ranting bisa berjalan dengan baik,” tuturnya.
Keempat, taat asas. Muhammadiyah sebagai sistem menuntut integrasi dan adaptasi dari seluruh anggotanya. Muhammadiyah menjadi kuat dan bertahan lebih satu abad antara lain karena merupakan sistem organisasi atau sistem persyarikatan.
Kelima, trust atau kepercayaan. Banyak wakaf-wakaf diberikan kepada Muhammadiyah. ”Ada yang dari saudara kita Nahdlatul Ulama, ada juga yang di Nusa Tenggara Timur (NTT) dari saudara kita Katolik untuk menyerahkannya kepada Muhammadiyah. Ini menunjukkan kepercayaan kepada Muhammadiyah. Itu semuanya telah melekat kepada orang-orang Muhammadiyah,” tandasnya.
Penulis M. Khoirul Anam Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post