Rasa Njarem di Kaki Terbayar, Kisah Jurnalis Dadakan di Musyda Tulungagung

Dari kiri ke kanan Ahmad Suud Alhamidi, Maryudi Utomo, Apriliana Dwi Rahmawati, Ratna Wilisia, Muhammad Khoirun Nizam (Hendra Pornama/PWMU.CO), Rasa njarem di kaki terbayar, kisah Jurnalis dadakan di Musyda Tulungagung

Rasa njarem di kaki terbayar, kisah Jurnalis dadakan di Musyda Tulungagung; Liputan Aprillia Dwi Rahmawati dan Ahmad Su’ud Al-Hamidi.

PWMU.CO – Perhelatan Musyawarah Daerah (Musyda) Muhammadiyah dan Aisyiyah Tulungagung Ahad (19/03/2023) telah usai. Belasan berita telah rilis di PWMU.CO berkat semangat para kontributor. Beberapa kontributor liputan adalah kontributor karbitan yang sengaja disiapkan untuk melakukan liputan Musyda.

Ada tujuh kontributor PWMU.CO yang meliput acara Musyda PDM dan PDA Tulungagung. Mereka adalah Hendra Pornama, Ubaidillah Alif Afwan, Aprillia Dwi Rahmawati, Ratna Wilisia, Maryudi Utomo, Muhammad Khoirun Nizam, dan Ahmad Su’ud Al-Hamidi.

Sebelumnya Kamis (09/03/2023), para kontributor ini berkumpul di Warung Salman Tulungagung untuk belajar singkat menulis berita bersama Arifah Wikansari, kontributor PWMU.CO.

“Saya minta maaf tidak bisa mendampingi teman-teman saat liputan. Tapi saya sangat berharap teman-teman bisa meliput acara Musyda di Tulungagung ini dengan maksimal,” tutur ibu empat anak ini yang salah satu anggota Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi (MPID) PWM Jawa Timur periode 2022-2027.

Pengalaman Baru

Cece panggilan akrab dari Ratna Wilisia mengungkapkan bahwa ini adalah pengalaman pertamanya meliput dan menulis berita. “Awalnya bingung gitu bu, tidak tahu apa ya yang ditulis,” ujarnya.

Mahasiswa UIN SATU Tulungagung ini kemudian mencoba berpikir dan mencari objek untuk ditulis. Mendapatkan ide dari teman, dia kemudian mencoba melakukan wawancara dan mencoba menyusun beritanya.

“Saya minta tolong Bu Arifah untuk mengkoreksi tulisan saya karena tidak pede kalau langsung kirim ke grup liputan. Ternyata menulis berita itu seru,” kata gadis yang juga menjadi Front Offfice (FO) Kantor Lazismu Tulungagung ini.

Lain lagi dengan pengalaman Maryudi Utomo yang juga mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertama meliput berita secara live. “Saya harus serba cepat menyelesaikan naskah. Belum lagi agak ribet karna kemarin selain meliput berita juga sebagai panitia, peserta, dan tanggungjawab di Lazismu,” ungkapnya.

Sementara itu, bagi Muhammad Khoirun Nizam ada rasa senang bisa terlibat dalam liputan ini. “Pengalamannya sangat banyak bu bisa belajar sambil praktik langsung, karena kebetulan saya adalah mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam,” jelasnya.

Yang menarik, lanjut dia, ketika bisa melihat langsung acara mulai pra pembukaan sampai perhitungan hasil suara. “Saya bisa melihat effort semangat dan lucunya bapak-bapak saat menikmati es krim gratis dari Lazismu,” sambung ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat UIN SATU Tulungagung ini.

Rasa Njarem yang Terbayar

Sedangkan bagi Ubaidillah Alif Afwan yang telah sering menulis berita mengungkapkan, ini adalah pengalaman pertamanya melakukan liputan Musyda Muhammadiyah dan Aisyiyah. “Rasanya seneng banget tapi juga capek,” ujarnya sembari tertawa kecil.

Rasa senang karena bisa membersamai dan ikut dalam kegiatan akbar. “Juga bisa bertemu dengan pimpinan daerah dan warga persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah,” terang ayah satu anak ini.

Selain itu, Ubaid—sapaan akrabnya—juga senang karena bisa bertemu dengan Bupati Tulungagung. “Senang rasanya bisa bertemu bupati Tulungagung apalagi saya adalah warga baru di Tulunggaung ini. Lebih senang lagi karena saya bisa menikmati es krim gratis. Rasa njarem di kaki ini terbayarkan dengan sukses Musyda dan liputan berita di PWMU.CO,” pungkasnya. (*)

Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version