Yang Kita Tolak Timnas Israel, Bukan Piala Dunia U20; Kolom oleh Prima Mari Kristanto
PWMU.CO – Kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 masih menjadi pembicaraan “panas” di mana-mana. Isu politik lebih mengemuka daripada isu-isu lainnya dibalik kegagalan tersebut. Israel, Palestina, PDIP, Ganjar, I Wayan Koster menjadi pusat pembicaraan karena dituding sebagai penyebab kegagalan.
Sementara Muhammadiyah, MUI dan PKS yang ikut menyuarakan agar menolak tim nasional Israel sedikit disinggung. Ketika bahasan politik lebih mengemuka, justru tampak adanya upaya menggiring isu olahraga ke arena politik lebih kuat. Padahal dalam rilis yang dikeluarkan FIFA tentang pembatalan, terdapat unsur lain yang lebih penting diperhatikan.
Israel bukan unggulan dalam kancah sepakbola dunia. Lolosnya tim U20 Israel dalam Piala Dunia U20 bisa disebut keberuntungan. Kedudukan tim Israel U20 jika Piala Dunia U20 dilangsungkan di Indonesia sangat mungkin diberikan perlakuan tertentu sehubungan tidak adanya hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel. Jika tim besar Rusia bisa didepak dari Piala Dunia Qatar 2022, tentu lebih mudah mengondisikan tim gurem Israel di Piala Dunia U20 Indonesia 2023.
Penting dicatat bahwa yang ditolak Muhammadiyah, MUI, PKS, Pak Ganjar dan Pak Wayan Koster adalah tim Israel, bukan Piala Dunianya. Peringatan dari tokoh-tokoh tersebut sedianya bisa menjadi masukan bagi PSSI dan FIFA untuk menghormati konstitusi Indonesia yang anti penjajahan. Konflik Israel-Palestina sejak 1948 menjadi perhatian serius Indonesia lebih dari konflik antar negara lainnya.
Saham Palestina
Palestina bisa disebut ikut menanam “saham” dalam kemerdekaan Indonesia. Bersama sembilan negara lainnya yaitu Arab Saudi, Mesir, Lebanon, Suriah, Afghanistan, Irak, Yaman, Turki, Vatikan, Palestina sebagai negara-negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut perhatian Indonesia pada konflik Palestina-Israel tidak sama dengan konflik Cina-Taiwan, Cina-Tibet, Rusia-Ukraina, Korea Selatan-Korea Utara dan sebagainya. Palestina demikian istimewa bagi Indonesia, begitu juga Palestina memandang Indonesia.
Sejak berdirinya Indonesia telah dicontohkan oleh Presiden Sukarno sebagai salah satu founding fathers bagaimana bersikap tegas dalam konflik Palestina-Israel. Air susu jangan dibalas air tuba. Palestina bukan sahabat Indonesia, lebih dari itu Palestina adalah saudara dekat Indonesia. Ketika Indonesia tidak bersahabat dengan pihak yang memerangi saudaranya bukanlah sikap radikal, tapi sikap yang sangat rasional.
Tidak ada manusia Indonesia yang menyambut gembira atas kegagalan menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Daripada saling menyalahkan lebih indah saling bergandeng tangan membenahi tata kelola sepakbola nasional. Liga 1 yang tanpa degradasi dan Liga 2 yang berhenti melukai hati banyak insan sepakbola yang harus segera disembuhkan. Liga 3 ikut terkena dampak.
Liga 1, 2, 3 dan liga-liga amatir butuh perhatian yang tidak kalah serius dengan Piala Dunia. Liga nasional telah menjadi sandaran hidup banyak masyarakat mencari nafkah dan meraih prestasi bagi para pemain. Insya Allah dengan kualitas kompetisi dan prestasi sepakbola nasional yang bisa diandalkan, ke depan tidak ada alasan bagi FIFA menolak Indonesia menjadi penyelenggara even sepakbola kelas dunia. Wallahualambishawab (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post