Kammil Spemdalas Bahas 6 Enam Langkah Menyucikan Hati, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Ichwan Arif
PWMU.CO – Kajian Muslim Milenial (Kammil) SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik, Jawa Timur mengangkat tema Sucikan Hati Menggapai Ridha Ilahi, Jumat (5/5/2023)
Dalam materinya, Chanif Ichsan SFil menyampaikan batu yang keras bisa dihancurkan dengan alat pemecah batu atau beton yang keras bisa dihancurkan dengan alat berat.
“Bagaimana dengan hati yang sudah mengeras seperti batu? Tidak mungkin bisa hati yang keras dihancurkan dengan palu/alat berat,” ucapnya di depan siswa putra kelas VII-IX di Masjid Taqwa Spemdalas.
Diriwayatkan HR Muslim, Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati.
Apa Pengertian Qalbun?
Chanif Ichsan menjelaskan, Imam Al Ghazali menyebutkan organ tubuh yang memompa darah ada hubungan dengan dunia kedokteran dan tidak ada hubungan dengan tujuan-tujuan agama
“Makna yang bersifat substansial yang bersifat lembut, nurani, ruhani yang menjadi satu kesatuan dalam diri manusia hidup. Sesuatu yang lembut itulah hakikat manusia.”
Macam Hati Manusia
Chanif Ichsan menuturkan hati yang sehat atau qolbun salim adalah hati bersih dan selamat dari berbagai syahwat, selalu taat perintah dan menjauhi larangan-Nya.
“Yang selamat dari perbuatan syirik, ikhlas beribadah, tunduk, patuh dan cinta kepada Allah.”
Hati yang sakit, ada saling tarik menarik jika penyakitnya kambuh, maka hatinya menjadi keras dan mati, dan jika ia mengalahkan penyakit hatinya maka hatinya menjadi sehat dan selamat. Hati yang mati atau keras, yaitu hati yang tidak menerima dan taat pada kebenaran.
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Kitab Ighâtsatul Lahfân menyebutkan, bagaimana dengan hati kita?
Hati yang sehat selalu mengutamakan hal yang bermanfaat, mengutamakan akhirat daripada dunia, Bertaubat kepada Allah dan menggantungkan hidupnya kepada-Nya.
“Selalu ingat kepada Allah dan tidak bosan dalam beribadah kepada-Nya dan Bersedih apabila terluput dari wirid, lebih sedih daripada kehilangan harta.”
Bagaimana dengan hati kita? Dimana dalam hati ada iman, ibadah, ada pahala. Akan tetapi masih ada kemaksiatan dan dosa-dosa (kecil/besar). Hati merasa gelisah, suka merah, tidak punya rasa puas, susah menghargai orang lain, rasa sombong, merasa benar padahal salah dan sebagainya.
Di dalam hati yang sakit juga ada kecintaan kepada nafsu, keinginan dan usaha keras untuk mendapatkannya, dengki, takabbur, bangga diri, cinta jabatan dan membuat kerusakan di bumi.
“Hati yang kosong dari kehidupan adalah tidak mengetahui Rabbnya, apalagi beribadah kepada-Nya. Dia selalu menuruti keinginan nafsu dan kesenangan dirinya, meskipun akibatnya ia akan dimurkai dan dibenci Allâh Azza wa Jalla.”
Hati ini telah mengeras dan membatu diakibatkan kerak (dosa-dosa yang dilakukan), sehingga menghalangi rahmat dan petunjuk Allah SWT.
Menyucikan Hati
Chanif Ichsan menjelaskan ada enam langkah dalam menyucikan hati. Pertama, menjaga kekuatan mental. Ibnu Qoyim menjelaskan salah satu upaya yang harus dilakukan mensucikan hati adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan.
“Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah, serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu dan amal merupakan nutrisi bagi hati manusia.”
Kedua, hati harus disucikan semua perbuatan dosa dan maksiat. Ketiga, hati harus disucikan membaca al-Quran dan tadabbur (merenungkannya). Ketika mulai merasa kesal dan sakit hati cobalah untuk membaca al-Quran dan Tadabburi Quran agar mendapat ketenangan lahir dan batin.
Keempat, hati harus dicuci dengan meninggalkan suka dipuji atau hubbul mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan manusia dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang luar biasa.
Kelima, hati harus dicuci dengan tobat. Tobat yang dimaksud adalah taubatan nashuha atau sungguh-sungguh dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika perlu tobat itu disertai dengan puasa tiga hari sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari
“Keenam, hati harus dicuci dengan banyak mengingat atau berdzikir kepada Allah.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post