Ali Akbar, Dokter-Ulama yang Rajin Kampanye ‘Merawat Cinta Kasih’; Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku “Terampil Jurnalistik Tampil Simpatik” dan sembilan judul lainnya
PWMU.CO – Predikat Ali Akbar banyak. Pada lelaki yang lahir tiga tahun setelah Muhammadiyah berdiri ini, melekat sejumlah sebutan antara lain: Dokter, ulama, politisi, penasihat spesial masalah perkawinan/keluarga, dan penulis.
Sebagai penulis, karya bukunya yang berjudul Merawat Cinta Kasih tergolong fenomenal. Buku itu terbit pertama pada 1975. Di perpustakaan pribadi saya, ada yang terbitan 1994 dan itu sudah cetakan ke-19. Artinya, buku itu sukses dari segi penjualan sekaligus menunjukkan kebermanfaatannya di tengah-tengah masyarakat.
Dokter Plus
Siapa Ali Akbar? Dia lahir di Bukittinggi Sumatera Barat pada 12 Agustus 1915. Pendidikan yang dilaluinya, berikut ini, semuanya di Bukittinggi: Inlandsche School, VSM HIS bersubsidi, Ammbacht School, Kweek School Islamiyah, dan MULO.
Pendidikan agama, awal didapatnya dari lingkungan terdekatnya yaitu keluarganya yang agamis. Dia belajar Al-Qur’an, sampai tamat. Lalu, masuk Madrasah Diniyah di Surau Syaikh Muhammad Jamil Jambek di Bukittinggi (Muhammad Jamil Jambek seorang ulama pelopor pembaruan Islam, dikenal sebagai ahli ilmu falak terkemuka, dan KH Ahmad Dahlan adalah salah seorang muridnya).
Pada 1934, Ali Akbar meneruskan pelajaran di Nederlandsch Indische Artsen School(dengan singkatan NIAS, yaitu Sekolah Dokter Hindia Belanda) di Surabaya. Itu, dikerjakannya sampai 1942. Selanjutnya, dia selesaikan studi kedokterannya di IKA Daigaku (Sekolah Dokter Tinggi) di Jakarta pada 1943.
Dia mahir berbahasa Inggris. Hal itu didapatnya lewat Lembaga Indonesia-Amerikasampai tingkat 6, berijazah.
Padat Pengalaman
Pada zaman revolusi fisik, 1945-1948, Ali Akbar menjadi dokter di Painan (sekarang, Painan bagian dari Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat). Dia, anggota Dewan Penasihat Gubernur Militer Sumatera Tengah bidang Kesehatan Provinsi merangkap Kepala Rumah Sakit Umum dan Sekretaris Lokal Joint Committee III sampai penyerahan kedaulatan.
Adapun setelah penyerahan kedaulatan, 1950-1954, Ali Akbar diangkat menjadi dokter di Kedutaan RI di Mekkah – Saudi Arabia. Selama di sana, pelajaran agama lebih didalaminya.
Pada November 1954, Ali Akbar kembali ke Tanah Air. Dia lalu terpilih menjadi anggota DPR dari Masyumi sampai tahun 1960.
Ali Akbar sering mengadakan perjalanan ke luar negeri. Pada 1955 dia ke Iran sebagai Ketua Misi Parlemen RI. Sewaktu dalam perjalanan pulang, dia singgah di Lebanon dan berziarah ke Baitul Maqdis.
Pada 1956 Ali Akbar ke RRC selaku Wakil Ketua Misi Ulama Islam. Pada 1957 dia ke Amerika Serikat selaku Wakil Ketua rombongan parlemen dan sewaktu pulang singgah di London, Paris, Holland, Jerman, Jenewa, dan Roma.
Pada 1966 ke Tokyo sebagai Wakil Kongres Buruh Islam Merdeka. Acaranya, menghadiri Konferensi Anti-bom atom se-Asia.
Kemudian Ali Akbar diaktifkan kembali sebagai Pegawai Tinggi Departemen Kesehatan pada Bagian Fisiologi FK-UI Jakarta, 1966. Juga sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara’, di samping sebagai dosen dan Lektor UI pada 1968. Selanjutnya, Ali Akbar mendapat amanah sebagai Lektor Kepala Ilmu Faal FK-UI.
Pada 1967 ada tambahan amanah. Ali Akbar menjadi Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia (Yasri) dan Dekan Sekolah Tinggi Kedokteran Yasri, 1972. Juga, Ketua Perhimpunan Diabetes Indonesia (Perdi).
Konselor-Penulis
Di dalam perjalanannya, di Kementerian Agama lahir Badan Penasihat, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Pada 1973 dalam Konferensi BP4 ke-3, Ali Akbar terpilih menjadi anggota pengurus BP4 Pusat. Terkait itu, dia juga penulis tetap di majalah Nasihat Perkawinan dan Keluarga sebagai redaktur khusus. Majalah ini terbit sejak 1972.
Ali Akbar aktif membuat karya tulis. Dia tulis artikel untuk majalah yang diterbitkan BP4 itu. Dia tulis makalah untuk berbagai ceramah, diskusi, atau seminar.
Atas itu semua, terbit gagasan membukukan kumpulan tulisan terpilih dari berbagai karangan Ali Akbar. Hal itu, karena ada kesadaran bahwa perlu disosialisasikan secara lebih luas pikiran-pikiran Ali Akbar di bidang pembinaan keluarga.
Ide itu diwujudkan, kumpulan naskah itu dibukukan dengan judul Merawat Cinta Kasih. Isinya, ini salah satu pertimbangan yang lain, dinilai relevan dan aktual kapanpun.
Sebagai penulis, Ali Akbar meninggalkan jejak yang baik. Buku lain karyanya, berjudul Etika Kedokteran Menurut Islam yang terbit pada 1988.
Spirit Kajian
Sekilas, seperti apa isi buku Merawat Cinta Kasih karya Ali Akbar? Untuk ini, sejenak, kita buka buku itu yang terbitan 1994. Kita lihat, Bab I dan Bab VI (Penutup). Semoga, dengan cara ini, ada sedikit gambaran.
Bab I berjudul Makna Perkawinan dan Fungsi Rumah Tangga. Di sini ada tiga bahasan, yaitu: 1).Rumah Tangga Sendi Dasar Negara. 2).Perkawinan Membentuk Rumah Tangga. 3).Cinta Kasih Menjadikan Perkawinan Kekal Bahagia.
Sementara, Bab VI (Penutup), berjudul Merawat Cinta Kasih untuk Mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera. Mari, resapi di antara kesimpulan Ali Akbar di halaman 204: “Keberhasilan dalam merawat cinta kasih itu tergantung kepada suami-isteri yang setia dan patuh serta mengikuti petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya”
Kenang dan Doa
Jasa Ali Akbar tak sedikit. Maka, layak kiranya saat di belakang hari dia diberi penghargaan berupa Satya Lencana Kebaktian Sosial.
Akhirnya, kepada Ali Akbar yang wafat pada 24 Juni 1994 itu patut kita terus mengenang dan mendoakannya: Semoga senantiasa Allah beri Kasih-Nya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post