Pancasila: Dipuji di Luar Negeri, Disepelekan di Dalam Negeri

Pancasila: Dipuji di Luar Negeri, Dicaci Maki di Dalam Negeri. Prof Dr KH Din Syamsuddin pada acara Studium General PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta (Adi Sasmito/PWMU.CO)
Pancasila: Dipuji di Luar Negeri, Dicaci Maki di Dalam Negeri. Prof Dr KH Din Syamsuddin pada acara Studium General PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta (Adi Sasmito/PWMU.CO)

Pancasila: Dipuji di Luar Negeri, Disepelkandi Dalam Negeri. Liputan Kontributor PWMU.CO Nely Izzatul

PWMU.CO – Prof Dr KH Din Syamsuddin MA memberikan materi pada Studium Generale yang dilaksanakan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) AR Fakhruddin Kota Yogyakarta, Kamis (23/6/2023).

Acara ini digelar di Hall Baroroh lantai 4 Gedung A Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Mengangkat tema Aktualisasi Wawasan Kebangsaan di Era Transformasi Digital.

Prof Din, sapaan akrabnya mengatakan, kerusakan dunia yang sekarang ini terjadi, karena adanya pergeseran yang luar biasa.

“Dunia yang tidak pasti, dan menghadapi kerusakan akumulatif. Ini semua karena sistem dunia yang rusak. Liberalisasi ekonomi, politik, dan budaya,” katanya.

Di hadapan kader IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta, Din menceritakan, pada tahun 2020 ia pernah menghadiri sebuah konferensi internasional. Lalu ada salah satu peserta yang mengusulkan Pancasila sebagai solusi dari kerusakan dunia.

“Ada salah satu peserta konferensi mengatakan, bahwa yang cocok untuk dunia sekarang adalah Pancasilanya Indonesia,” Din menuturkan.

Oleh sebab itu, dia menjelaskan bahwa ternyata Pancasila dipuji di luar negeri, namun seringkali dicaci maki di dalam negeri.

“IMM dan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) harus bisa mengarusutamakan Pancasila sebagai jalan tengah. Kita ingin jual Pancasila di luar, tapi di dalam ini jangan disepelekan,” tandasnya.

Namun di sisi lain Din merasa ironi. “Bagaimana kita mempromosikan negara Pancasila, kalau tenyata kesejahteraan belum merata, kondisi politik tidak stabil, dan sebagainya,” ucap Din.

IMM Jangan Pernah Diam

Oleh sebab itu, dia mengingatkan agar kader IMM harus berani bermimpi, berpikir jauh ke depan dan menyiapkan a planned future seperti yang sering dikatakan pendiri IMM, Djazman Al-Kindi.

“Sekarang mimpinya harus lebih maju lagi. Tidak hanya tingkat lokal, nasional, tapi juga harus tingkat global,” tegas Din.

Din juga mewanti-wanti kepada seluruh kader IMM, kalau melihat masalah dalam negeri jangan diam. Tapi harus selalu kembali pada lirik-lirik Mars IMM.

“Terhadap apa yang kita hadapi saat ini memang berat, apalagi berkaitan dengan instrumen digital. Tapi tolong yang muda-muda ini kuasai IT. Tidak harus kuliah di IT, tapi setidaknya gunakan,” tandasnya lagi.

Dia mengingatkan, banyak tantangan yang kita hadapi sekarang. Maka, anak-anak Muhammadiyah (IPM, IMM) jangan ketinggalan soal IT yang luar biasa cepat. Karena kalau tidak menguasai, kita ini tertinggal dan akan tertindas oleh alur zaman.

“Kita harus selalu menyuarakan amar ma’ruf nahi munkar, tapi tentu harus bi thoriqotil ma’ruf. Jangan sampai amar ma’ruf nahi munkar tapi dengan cara-cara yang munkar. Tidak harus anarkis. Represif menghadapi polisi keamanan, tapi jangan anarkis. Bermainlah dengan otak, ajukan konsep-konsep. Dan itu bisa dilakukan lewat tulisan,” pungkasnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version