Tiga Dimensi Sukses di Tahun Baru Islam

Tiga dimensi
Ikhwan Ahada

PWMU.CO – Tiga dimensi sukses di Tahun Baru Islam disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta, Ikhwan Ahada, diwawancarai Rabu (19/7/2023).

Dia mengatakan, Tahun Baru 1445 Hijriyah menjadi momentum yang amat berharga bagi tonggak perjalanan umat Islam. Di dalamnya mengandung tiga dimensi keterlibatan hijrah.

Pertama, dimensi spiritual. Kedua, dimensi psikologis. Ketiga, dimensi fisik. Bagi Ikhwan, hijrah adalah manifestasi ketundukan seseorang kepada ilahi yang erat kaitannya dengan perintah Allah dan contoh Rasulullah saw.

Allah SWT mengungkapkannya soal hijrah 31 kali dalam al-Quran, termasuk derivatnya. “Kata hijrah mengandung makna positif dan perilaku hijrah  menandakan laku seseorang menuju kepada kebaikan dan ridha Allah,” kata Ikhwan.

Perihal hijrah ini, lanjut Ikhwan, Allah berfirman:

.. فَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ اَوْلِيَآءَ حَتّٰى يُهَا جِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ 

Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah.” (An-Nisa’ 4: 89)

Perintah dalam ayat di atas, menurut Ikhwan, menuntut ketaatan kita sebagai hamba-Nya. “Begitu pula dalam ayat-ayat lain dengan makna yang bervariasi,” tandasnya.

Kata Ikhwan, seseorang yang berhijrah berarti orang tersebut telah melibatkan kesiapan psikologis yang matang. “Seperti keberanian mengambil risiko atas keputusan hijrahnya,” ungkap Ikhwan.

Kepercayaan diri atas keyakinannya sehingga mampu mengorbankan kesenangan sesaat untuk tujuan yang mulia.

“Berpisah dan meninggalkan kondisi awal dan mapan, baik secara finansial dan sosiologis, bisa jadi sangat berat secara kejiwaan bagi seseorang,” kata Ikhwan.

Bagi orang yang tidak siap dan tidak memiliki tekad hijrah yang kuat, pastilah orang tersebut enggan untuk berhijrah. “Dengan demikian orang yang telah berazam dan melaksanakan hijrah, tidak lagi diragukan kesiapan dan kematangan psikologisnya,” ungkap Ikhwan.

Rasulullaah dan para sahabatnya berpindah dari Makkah ke Yatsrib (Madinah), yang jaraknya kurang lebih 281 mile. Jarak tersebut setara dengan 450 km. “Bukan jarak yang dekat saat peristiwa hijrah tersebut terjadi,” terang Ikhwan.

Jangankan kendaraan bermesin. Unta harus keluar diam-diam untuk digunakan, lantaran gerak Rasulullah dan para sahabat diawasi ketat oleh kaum kafir Quraisy.

Hijrah Masa Kini

Demikian hijrah saat ini. Pengorbanan fisik dan bahkan materi harus terjadi manakala mereka hendak menuju ke dunia baru dalam hidupnya. “Bisa jadi bukan soal jarak tempuh saja, melainkan kelelahan dan kepenatan fisik dalam menghadapi tekanan dan risiko jasmani, sering dijumpai bagi mereka yang sedang berproses menuju perubahan hidup lebih baik,” ujar Ikhwan.

Tiga dimensi hijrah tidak terpisahkan ketika seseorang hendak menjadikan kehidupan masa depannya lebih baik.

Hal menarik dalam hadits Rasulullaah riwayat Umar r.a.

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR Bukhari, Muslim dan empat imam Ahli Hadits)

Hadits di atas berbicara tentang niat dan kegiatan hijrah menjadi contoh terapan niat yang nyata. “Sehingga niat seseorang merupakan landasan ideologis dalam menggapai tujuan akhir,” ungkap Ikhwan.

Karena, kata Ikhwan, untuk hijrah perlu pengorbanan fisik material, kesiapan mental psikologis dan kekuatan Iman.

“Ketiganya menjadi satu kesatuan di mana ketaatan dan kesiapan serta harapan besar sekaligus membutuhan pengorbanan, baik materiil maupun nonmateriil untuk kita bisa berhijrah sesuai dengan landasan tahun baru hijriyah itu sendiri,” papar Ikhwan.

Tahun Baru Hijriyah yang jatuh tanggal 19 Juli 2023 Masehi ini, bagi Ikhwan membawa harapan besar bagi masing-masing umat Islam.

”Mudah-mudahan ketaatan dan kesiapan kita secara psikologis dan sekaligus kesiapan kita dalam berkorban secara fisik dan materil menjadikan perjuangan menjadi mudah dan yang terpenting mendapatkan ridha Allah SWT,” tutur Ikhwan. (*)

Penulis Affan Safani Adham  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version