SMPM 2 Ponorogo Kembali Diamanahi 5 Siswa Berkebutuhan Khusus

Suasana ruang kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo saat pembelajaran (Ismini/PWMU.CO)

PWMU.CO – SMPM 2 Ponorogo kembali diamanahi 5 siswa berkebutuhan khusus sejak turunnya Surat Keterangan (SK) Inklusi dari Dinas Pendidikan setempat untuk SMP Muhammadiyah (SMPM) 2 Ponorogo setahun yang lalu.

Tahun lalu sekolah yang berlokasi di Jalan MH Thamrin Nomor 5 Bangunsari Ponorogo, Jawa Timur, ini telah menerima 6 siswa berkebutuhan siswa dari 16 siswa yang diterima.

Kepala SMPM 2 Ponorogo, Indah Sulistyowati SPd mengatakan tahun ajaran baru ini telah menerima 16 siswa baru.

“Ada 16 pendaftar terdiri dari 5 difabel dan 11 anak reguler,” ujarnya saat ditemui PWMU.CO Kamis (27/72023)

Ia juga memaparkan sekolah telah memiliki dua guru pembimbing khusus (GPK) yang telah bersertifikat sehingga berani menerima siswa difabel lebih dari satu.

“Memang sudah kewajiban kita mendidik anak-anak tanpa memandang status dan bagaimana fisiknya, semua butuh pendidikan dan kita juga sudah sediakan GPK yang bersertifikat,” terangnya.

Baca sambungan di halaman 2: Hambatan yang Berbeda

Suasana ruang kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo saat pembelajaran (Ismini/PWMU.CO)

Hambatan yang Berbeda

Adilah Endah Putriyani SPd, salah satu GPK di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo juga menyampaikan 5 difabel yang mendaftar tersebut memiliki hambatan yang berbeda-beda.

“Kategorinya tidak sama, ada yang ASD, ADHD, dan slowlearner,” tandasnya.

Adilah juga memaparkan bagaimana sistem pembelajaran yang dilakukan di SMPM 2 Ponorogo yakni dengan menerapkan sistem pendampingan guru.

“Sebelumnya kita ada dua guru dalam satu kelas, yang satu mengajar mata pelajaran dan yang satu guru fokus pendampingan, namun dengan beberapa analisis hambatan dan pengalaman sistem pendampingan guru satu tahun yang lalu tahun ini orang tua wali kita minta untuk menyediakan pendamping,” paparnya.

Menurutnya dengan kategori hambatan yang berbeda bisa lebih efektif apabila orang tua wali menyediakan guru pendamping (shadow teacher) untuk anaknya.

“Sehingga fokus guru bisa mengajar dan memperhatikan ketercapaian pembelajarannya,”

Indah Sulistyowati berharap antara orang tua dan guru bisa terus bekerja sama dengan baik untuk kemajuan pendidikan anak-anaknya.

“Yang penting semua saling berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik antara wali dan juga Bapak/Ibu guru sehingga pembelajaran dan pendidikan anak bisa terarah,” tambahnya. (*)

Penulis Ismini Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version