Awalnya Syok, Kini Tahu Makna Totalitas Mengajar di Sekolah Inklusi SMPM 2 Ponorogo

Suasana Pembelajaran Kelas VII didampingi Mahasiswa Asistensi Mengajar Umpo (Ismini/PWMU.CO)

Awalnya Syok, Kini Tahu Makna Totalitas Mengajar di Sekolah Inklusi SMPM 2 Ponorogo; Liputan Amira Fazailili dan Uzma Kamalin, dalam Praktik Pembuatan Berita pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMPM 2 Ponorogo. 

PWMU.CO – “Banyak pelajaran yang mungkin saja tidak bisa saya dapatkan di sekolah lain.” Kalimat tersebut disampaikan Marniwati, salah satu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) yang saat ini sedang melaksanakan Asistensi Mengajar di SMP Muhammadiyah (SMPM) 2 Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (1/09/23).

Terhitung satu bulan sejak Agustus 2023 lalu, sebanyak tiga mahasiswa Umpo yakni, Marniwati (semester 4 Pendidikan Agama Islam) serta Amaliya Fiki Nur Fajar dan Muhammad Fitra Muhibbudin (semester 6 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) sudah mulai melaksanakan tugas asistensinya.

Pada awalnya Marni mengaku sempat kaget saat mengetahui sekolah yang ditempati merupakan sekolah inklusi di mana tidak hanya mengajar anak reguler saja tetapi juga anak berkebutuhan khusus. 

“Ini pertama kalinya saya mendampingi anak berkebutuhan khusus, apalagi bertemu setiap hari, sebuah tantangan,” ucapnya. 

Tidak hanya saya, lanjutnya, teman-teman yang lain pun sempat syok ketika mendapat tugas mendampingi anak-anak tersebut. Pasalnya, anak-anak berkebutuhan khusus yang dihadapi tidak hanya satu kategori namun bermacam-macam.

“Ada autis, slowlearner, tunarungu, dan lain-lain. Semua punya respon yang berbeda-beda saat berkomunikasi,” terangnya.

Tidak menyerah begitu saja, perempuan asal Sulawesi Selatan itupun terus mencoba agar dapat berkomunikasi dengan seluruh siswa, khususnya siswa difabel.  

“Memang tidak mudah, tapi ternyata saya menemukan tips setelah berhari-hari bersama mereka,” tandasnya.  

Baca sambungan di halaman 2: Totalitas Penuh Kesabaran

Marniwati usai mendampingi salah satu siswa difabel belajar Iqra’ (Ismini/PWMU.CO)

Totalitas Penuh Kesabaran

Menurutnya,  belajar bersama anak berkebutuhan khusus itu harus benar-benar penuh kesabaran dan totalitas ikut terjun di dunianya. 

“Kadang saya menari-nari, kadang saya ikut tertawa sendiri, bahkan mengikuti teriakannya untuk saya bisa mendapatkan hatinya terlebih dahulu,” ucapnya sembari tersenyum.  

Iapun lalu mengungkapkan rasa kagumnya kepada guru-guru di SMPM 2 Ponorogo yang setiap hari harus memikirkan cara-cara baru agar pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh semua siswa. 

“Mengajar, mengondisikan, mendampingi, menjadi teman, semua guru disini bisa demikian,” terangnya. 

Perempuan berusia 20 tahun itupun berharap agar anak-anak berkebutuhan khusus nantinya mampu berkomunikasi dengan baik seperti siswa-siswa yang lain.  

“Semoga progres anak-anak semakin bagus terutama dalam hal komunikasi,” imbuhnya.

Editor Mohammad Nurfatoni/Ism

Exit mobile version