Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah Tak Akan Dimuhammadiyahkan

Prof Achmad Jainuri MA PhD saat meresmikan Fortama (Foto Humas Umsida)

PWMU.CO – Pernyataan mahasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah tak akan dimuhammadiyahkan disampaikan Wakil Ketua Majelis Pendidikan Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Achmad Jainuri MA PhD saat meresmikan Forum Taaruf Mahasiswa (Fortama) Umsida 2023. 

Acara bertema Kemandirian Mahasiswa untuk Indonesia Maju ini berlangsung meriah di Kampus 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Gedung Kuliah Bersama (GKB) Lantai 5 Auditorium KH Ahmad Dahlan, Jalan Mojopahit No 666 B, Sidoarjo, Kamis (21/9/2023).

Dalam sambutannya, Prof Achmad Jainuri mengungkapkan pentingnya acara Fortama ini sebagai kesempatan untuk memperkenalkan Umsida kepada para mahasiswa baru yang akan memulai kegiatan akademik di tahun 2023/2024. Ia menyampaikan suatu tagline Umsida yang berbunyi Dari Sini Pencerahan Bersemi.

“Saya yakin saudara-saudara masuk Umsida ini karena prestasi-prestasi yang sudah disampaikan Pak Rektor tadi, melalui tagline Dari Sini Pencerahan Bersemi. Apa sebenarnya tagline itu? Tagline itu kan ungkapan singkat yang mendeskripsikan tentang apa yang ditawarkan oleh Umsida kepada saudara-saudara semua. Apa yang ditawarkan itu? Ya Dari Sini Pencerahan Bersemi,” ujar Penasihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu. 

Prof Achmad Jainuri juga mengatakan bahwa acara Fortama ini begitu menarik karena memiliki hubungan antara Dari Sini Pencerahan Bersemi dengan tema Fortama kali ini yang bertemakan Kemandirian Mahasiswa untuk Indonesia Maju

“Dengan tema Fortama kali ini ada dua kata yang sesungguhnya bisa digarisbawahi yaitu tingkat kemandirian dan dalam rangka untuk membuat Indonesia maju,” ujarnya.

  

Tiga Aspek Pendidikan Umsida

Prof Achmad Jainuri kemudian menyoroti tiga aspek penting yang menurutnya dapat merefleksikan lulusan Umsida. Pertama, aspek agama, karena mayoritas mahasiswa Umsida adalah Muslim. Ia mengingatkan pentingnya memahami Islam sebagai landasan hidup yang membawa pada praktik kehidupan sehari-hari yang berkemajuan, toleran, pluralis, dan moderat.

“Yang pertama agama, karena yang saya tahu mayoritas yang ada di sini adalah Islam, sehingga Islam yang dilandasakan dan akan diajarkan kepada saudara-saudara nanti adalah Islam yang berkemajuan. Apa itu? yaitu Islam yang memberikan dalam konteks dan relasi antarsesama manusia hubungan yang baik, toleran, plularis, moderasi. 

Karena banyak orang yang berbicara seperti itu sehingga yang perlu dipertanyakan adalah praktiknya. Karena orang yang sering mengatakan pluralitas, dan toleran pada kenyataaan nya tidak bersikap demikian, ini nanti yang akan saudara benahi.” Ucap Prof Achmad Jainuri.

Dia juga menambahkan bahwa Islam akan menjadi sangat penting, karena akan menjadi landasan untuk para hadirin yang hadir di acara Fortama 2023 ini. “Islam akan menjiwai apa yang akan saudara lakukan nanti, atau apa yang sedang dan akan saudara lakukan nanti. Jadi karena itu Islam sebagai landasan hidup. Sedangkan ilmu yang saudara tempuh nanti akan menjadi alat untuk mempermudah hidup,” ucap Prof Achmad Jainuri.

Aspek kedua ilmu pengetahuan, yang merupakan kompetensi bidang keilmuan masing-masing mahasiswa. Prof Achmad Jainuri menekankan hubungan yang erat antara ilmu dan agama. Dia mengutip peribahasa Albert Einstein, “Science without religion is lame, and religion without science is blind.” Ilmu pengetahuan, kata beliau, harus digunakan untuk memahami ajaran Islam begitu juga sebaliknya. 

“Ilmu tanpa agama akan seperti orang pincang, sebaliknya agama tanpa ilmu akan seperti orang buta. Wong beragama kok tidak menggunakan pendekatan ilmu,” katanya. 

Karena itu, dia melanjutnkan, di Muhammadiyah penting sekali pendekatan ilmu atau menggunakan ilmu dalam rangka untuk memahami ajaran Islam dan lain sebagainya. Itu yang kita harapkan. 

“Begitu ilmu itu menemani kita dalam rangka untuk pemahaman dan untuk berinteraksi itu akan memperkuat kepribadian kita,” ucapnya sambil tersenyum.

Baca sambungan di halaman 2: Tidak untuk Memuhammadiyahkan Mahasiswa

Mahasiswa baru Umsida dalam Fortama 2023. Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah Tak Akan Dimuhammadiyahkan (Foto Humas Umsida)

Tidak untuk Memuhammadiyahkan Mahasiswa

Aspek ketiga, kemuhammadiyahan, yang merupakan nilai yang dipegang oleh Umsida dan perguruan tinggi Muhammadiyah dan Asiyiyah lainnya. Prof Jainuri menekankan pentingnya berinteraksi dengan sesama mahasiswa yang memiliki latar belakang etnik, budaya, dan keyakinan yang berbeda. 

Ia menegaskan Muhammadiyah tidak memiliki niat untuk memuhammadiyahkan mahasiswa, tetapi untuk memahami dan menghormati perbedaan.

“Bukan untuk memuhammadiyahkan saudara-saudara, kami memahami bahwa yang hadir di Umsida memiliki latar belakang keyakinan agama yang berbeda. Ini perlu kami sampaikan,” ujarnya. 

Dia menegaskan, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah mengingatkan, sekali lagi, kepada perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk mewanti-wanti agar tidak ada kesan bahwa mahasiswa yang masuk di perguruan tinggi Muhammadiyah akan ‘dimuhammadiyahkan’. 

“Tidak ada paksaan dalam Muhammadiyah. Tetaplah sebagaimana Anda sendiri, yang penting adalah dasar komunikasi dan interaksi dengan sesama harus dipegang,” Ujar dia.

Prof Jainuri menekankan bahwa tiga aspek tersebut sangat penting sebagai bekal untuk menciptakan Indonesia yang maju. Menueutnya mahasiswa adalah generasi yang produktif untuk mengeksplorasi dan mengelola kekayaan Indonesia. Selain itu, ia menyoroti perubahan demografis di negara-negara industri Asia dan pentingnya mahasiswa Indonesia menjadi kompeten di bidangnya.

“Tiga aspek itu tadi sangat penting dan akan menjadi bekal bagi adik-adik mahasiswa Umsida dalam memajukan Indonesia. Melalui kompetensi ilmu yang diperoleh, adik-adik diharapkan dapat berkontribusi dalam menyongsong visi Indonesia sebagai negara yang maju, sesuai dengan target pemerintah pada tahun 2045,” pesannya.

Baca sambungan di halaman 3: Bekerja di Luar Negeri

Mahasiswa baru Umsida dalam Fortama 2023 (Foto Humas Umsida)

Bekerja di Luar Negeri

Sekarang ini, sambungnya, kita perlu bertanya berapa banyak dari tenaga kerja yang akan menggali potensi kekayaan kita yang berasal dari adik-adik mahasiswa? Belum ada, sebagian besar masih mengandalkan tenaga kerja asing. “Namun, kita harus menyadari bahwa di tahun 2045, adik-adik yang sekarang akan menjadi generasi yang dikatakan produktif untuk mengeksplorasi dan memanage kekayaan yang dimiliki Indonesia,” kata dia.

Achmad Jainuri menambahkan tentang permasalahan demografis yang sedang terjadi, yaitu pertumbuhan penduduk di Indonesia. Oleh karena itu, melalui pendidikan seperti yang diberikan oleh Umsida, kita berpotensi menjadi generasi emas. Di sisi lain, negara-negara seperti China, Jepang, Korea, bahkan Singapura, saat ini menghadapi penurunan generasi kerja yang selama ini telah menjadi pemasok hasil produksi global.

Dalam 5-10 tahun mendatang, dia memprediksi, semua tidak akan lagi menikmati hasil produksi industri dengan harga rendah seperti yang dinikmati saat ini. Ke depan akan mahal karena tenaga kerja akan langka. Dia menambahkan kebijakan pembatasan kelahiran di China, serta perubahan perilaku anak muda di Jepang dan Korea yang lebih memilih hidup mandiri, telah mempengaruhi dinamika tenaga kerja global. 

“Fenomena ini pada akhirnya juga berdampak pada banyaknya anak-anak Indonesia yang berkompeten sehingga memilih untuk bekerja di luar negeri, karena potensi mereka tidak dimanfaatkan di Indonesia,” terangnya.

Di akhir sambutannya Prof Jainuri mengingatkan kembali terkait tiga aspek yang dia sampaikan tadi.

“Tiga aspek penting yang akan saudara peroleh di Umsida itu, saya harap saudara anggap serius, karena itu akan membentuk saudara yang selain berilmu, juga memiliki kompetensi. Umsida insyaallah menjamin komponen dari proses pembelajaran menjadi sebuah sistem pendidikan yang ideal, yang insyaallah tidak merugikan masyarakat,” ucapnya. (*)

Penulis Ario Khairul Habib, mahasiswa Umsida magang wartawan di PWMU.CO. Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version